Sinopsis Ashoka Samrat episode 358 by Kusuma
Rasmana. Di mulut gua di atas bukit di luar Pattaliputra, Magadha,
Tantrik sedang berhadapan dengan Sushima.
Tantrik berkata, "Ini adalah waktumu sampai besok. Oh, tidak! Ini adalah waktu bagi Ashoka. Waktu telah berubah sekarang! Ashoka tidak datang kembali tetapi bukan berarti dia tidak akan datang kembali. Dia akan segera kembali dan kali ini, sang waktu akan berpihak kepadanya, bukan Kau!", kata Tantrik berapi-api. Sushima hanya menyimaknya dengan marah.
Tantrik berkata, "Ini adalah waktumu sampai besok. Oh, tidak! Ini adalah waktu bagi Ashoka. Waktu telah berubah sekarang! Ashoka tidak datang kembali tetapi bukan berarti dia tidak akan datang kembali. Dia akan segera kembali dan kali ini, sang waktu akan berpihak kepadanya, bukan Kau!", kata Tantrik berapi-api. Sushima hanya menyimaknya dengan marah.
Tantrik melanjutkan, "Dia akan keluar dari terowongan yang gelap dan akan dalam penerangan sekarang. Sepuluhtahun ini adalah tahun-tahun badai dari kemarahannya. Dia akan segera membebaskan diri dari ikatan itu. Dia akan kembali dengan kekutan lebih hebat dari sebelumnya. Dia tidak akan hanya membuka kebenaran lama yang tersembunyi tetapi juga akan menghukum semua orang yang terlibat. Dia telah belajar untuk mengubah dirinya sesuai situasi dan waktu. Kau hanya memiliki sedikit waktu yang tersisa sekarang. Jika kau tidak melakukannya sekarang maka kau tidak akan pernah bisa melakukannya. Karena setelah itu, saudara mudamu akan menjadi Chakrawarti Ashoka Samrat (Raja Agung Ashoka) dan itu juga dengan membunuhmu!".
Sushima terkejut mendengar ucapan Tantrik yang baginya seperti ramalan menakutkan.
Tantrik menambahkan, "Telah tertulis dalam lembaran nasibnya bahwa dia akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya dan berjalan diatas mayat orang yang dicintainya sendiri. Ini berarti hanyalah dirimu!".
Sushima terperangah marah, dia melihat tanda luka di dadanya dan merabanya. Dia merentangkan tangan sambil berteriak marah menumpahkan kekesalannya.
Di hutan, Ashoka berjalan menuntun kudanya sambil menggendong
Kaurwaki dipangkuannya. Kaurwaki mencuri-curi pandang melihat wajah Ashoka,
demikian juga Ashoka. "Sejak kapan kau ketakutan kepada hewan?", tanya
Ashoka
Kaurwaki menjawab, "Sejak kecil".
Ashoka menggeleng kepala, "Aku tidak merasakan itu saat melihatmu", katanya.
Kaurwaki bertanya, "Apa yang kau rasakan saat kau menatapku?"
Ashoka segera menatap Kaurwaki yang sedang menatapnya juga. Mereka pun saling menatap satu sama lain.
Ashoka menjawab, "Tidak ada".
Kaurwaki menjawab, "Sejak kecil".
Ashoka menggeleng kepala, "Aku tidak merasakan itu saat melihatmu", katanya.
Kaurwaki bertanya, "Apa yang kau rasakan saat kau menatapku?"
Ashoka segera menatap Kaurwaki yang sedang menatapnya juga. Mereka pun saling menatap satu sama lain.
Ashoka menjawab, "Tidak ada".
Sengaja atau tidak, gelang kaki Kaurwaki terlepas dan jatuh ke tanah. "Gelang kakiku jatuh!", kata Kaurwaki. Ashoka berhenti dan merendahkan tubuhnya untuk mengambil gelang itu. Ashoka bermaksud memakaikan gelang itu di kaki Kaurwaki, namun kesulitan karena Kaurwaki masuh dipangkunya dan bertumpu di lutut Ashoka. Ashoka lalu menyimpan sebelah gelang kaki Kaurwaki itu dalam lilitan kain dipinggangnya. Kaurwaki mengucapkan terima kasih atas perhatian Ashoka akan gelangnya. Ashoka segera mengangkatnya dipangkuan lagi dan melanjutkan perjalanan.
Sambil melangkah Ashoka bertanya, "Apakah Tuan Putri perlu sesuatu lagi?"
Kaurwaki bertanya, "Mengapa kau kau memanggilku Tuan Putri?"
Ashoka menjawab, "Hanya Tuan Putri yang minta dilayani".
Kaurwaki berkata, "Tuan Putri sekarang sedang lapar ingin makan sesuatu. Bisakah kau menyiapkan makanan untukku?". Ashoka tidak menjawab, dia hanya melangkah diam. Sejenak kemudian, tiba-tiba Ashoka menjatuhkan Kaurwaki dari gendongannya dan dia jatuh di tanah. "Tentu", kata Ashoka melangkah pergi.
Kaurwaki yang jatuh kaget melihat Ashoka pergi. "Hei, berhenti! Aku juga akan pergi denganmu", teriak Kaurwaki segera melangkah mengejarnya.
Ashoka segera berbalik, "Bukankah kakimu keseleo?!", tanyanya. Kaurwaki tersadar dan merasa keki, "Benar", katanya sambil memegang kakinya dan berpura-pura masih keseleo.
Ashoka menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kau tinggallah bersama Garuda disini. Aku akan membawa makanan untukmu".
Ashoka segera melangkah pergi sambil menyembunyikan senyumnya. Kaurwaki bengong tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia tidak mungkin mengejarnya karena kakinya masih "keseleo".
Kaurwaki melihat kepergian Ashoka. "Cepatlah kembali Ashoka. Sekarang ini benar-benar sulit bagiku untuk menunggumu!", guman Kaurwaki.
Ashoka melangkah mondar-mandir sambil melihat pepohonan atau
tanah dibawahnya namun tidak bisa menemukan buah apapun yang bisa di makan di
sekitar hutan itu. Dia melangkah lagi, namun berhenti dibawah pohon, dia
memikirkan Kaurwaki.
"Ini sangat sulit bagiku untuk pergi jauh darimu setelah kita begitu dekat. Aku tidak tahu apakah saat ini waktu yang tepat atau tidak bagi kita untuk bersatu", guman Ashoka.
"Ini sangat sulit bagiku untuk pergi jauh darimu setelah kita begitu dekat. Aku tidak tahu apakah saat ini waktu yang tepat atau tidak bagi kita untuk bersatu", guman Ashoka.
Dia bermaksud memetik buah di ranting pohon yang menjuntai didekatnya ketika mendengar seseorang berteriak minta tolong. Terdengar juga seseorang berteriak marah dan suara cambuk yang dipukulkan. Ashoka segera melihat ke arah datangnya suara, kembali terdengar orang berteriak dan suara tawa yang tergelak. Ashoka mengenali suara teriakan itu berasal dari seorang perempuan yang pernah dikenalnya. "Devi?!", gumannya penuh tanya. Ashoka segera berlari menuju arah teriakan itu.
Tidak jauh dari tempat itu, di jalan besar, tampak Nirankush berjalan didepan iringan itu sambil dipayungi oleh pelayan. Dia tertawa tergelak-gelak sambil menyuruh prajuritnya terus memukuli Dhaniram dan budak lainnya dengan cambuk. Dhaniram dan para budak lainnya sedang mendorong gerobak yang sebenarnya kerangkeng besi yang berisi perempuan yang dikurung didalamnya termasuk Devi, putri Dhaniram. Devi yang kasihan melihat ayahnya dicambuk berteriak minta tolong.
Iringan itu berhenti karena seseorang berdiri menghadang perjalanan Nirankush dan rombongannya di jalan itu. Nirankush terkejut mengenali orang yang menghadangnya. Demikian juga Devi dan Dhaniram kaget melihat dia.
"Chanda?", guman Devi sumringah.
Ashoka berkata lantang, "Ibuku menghentikanku hari itu tapi kematianmu telah membawamu kehadapanku hari ini!"
Nirankush tertawa tergelak, "Ibumu membuatmu lari dari tempat itu sehingga kau masih hidup. Kau lari seperti anjing hari itu. Apakah kau tidak ingat? Aku akan menyerahkanmu kepada Sushima. Ibumu bisa menipu Sushima tetapi Nirankush tidak akan tertipu. Aku telah membuat mereka menjadi budakku. Aku tahu kau akan datang ke sini mencari mereka. Aku tidak tahu bahwa kau akan jatuh ke dalam perangkapku begitu mudah dan begitu cepat!".
Ashoka mengingat ketika Nirankush telah datang ke rumah yang disewanya saat dia tidak ada dan bagaimana perlakuan Dhaniram jadi berubah kepadanya. "Ini berarti bukan hanya ibu dan Witashoka, tetapi Devi dan Dhaniram juga telah mempertaruhkan nyawa mereka demi aku?", batin Ashoka.
Nirankush kembali tertawa melihat Ashoka yang hanya diam.
Ashoka berkata, "Adalah sebuah dharma bila kita menghormati seorang wanita. Orang yang tidak bisa melakukannya hanya harus dihukum mati! Aku akan membunuhmu!".
Tawa Nirankush berganti menjadi kemarahan mendengar ucapan Ashoka. Dia mengisyaratkan prajuritnya untuk menyerang Ashoka. Dua prajuritnya menyerbu Ashoka, namun keduanya berhasil dirobohkan. Menyusul seorang lainnya menerjang, Ashoka melayangkan tinjunya yang menghantam prajurit itu hingga berputar jatuh ke tanah.
Dhaniram dan Devi tampak senang melihatnya sementara Nirankush menjadi tegang. Prajurit kepala pengawal menerjang dengan pedangnya, lagi-lagi roboh oleh hantaman tangan Ashoka dan pedangnya jatuh.
Ashoka mengambil pedang itu dan menyambut serangan beruntun tiga prajurit Nirankush yang sudah bangkit lagi. Ketiganya roboh karena sabetan pedang di tangan Ashoka. Ashoka terus maju dan merobohkan prajurit yang mengawal Nirankush dengan tendangannya. Nirankush yang melihat Ashoka mendekat segera menyabetkan pedangnya, namun Ashoka menepis serang itu dengan pedangnya. Disusul hantaman tinjunya yang membuat Nirankush terhuyung jatuh ke gerobaknya. Dia berusaha berpegangan di gerobaknya namun Ashoka terus menghajarnya dengan parah.
Sementara itu di hutan, Kaurwaki duduk diatas batu sambil
menunggu Ashoka dengan gelisah. "Mengapa Ashoka begitu lama? Dimana dia
sekarang?", gumannya. Kaurwaki terkejut karena Garuda tiba-tiba meringkik dan
berlari dari tempat itu. Kaurwaki segera mengejarnya untuk menghentikannya.
"Hei! Berhenti... berhenti!", teriak Kaurwaki sambil mengejar Garuda yang terus
berlari.
Kembali Ashoka harus berhadapan dengan prajurit Nirankush yang
menghadangnya. Sementara Dhaniram segera menghancurkan gembok kerangkeng tempat
Devi dan perempuan lainnya dikurung dengan gagang pedang. Dia membebaskan
putrinya dan perempuan lainnya yang dikurung. Ashoka terus merobohkan prajurit
Nirankush yang masih terus melawannya. Dhaniram membebaskan para budak lainnya,
para perempuan dan budak itu pun segera melarikan diri. Devi yang sudah bebas
malah berdiri dan terus melihat ke arah Ashoka yang masih bertarung.
Dhaniram meminta dia Devi agar segera pergi. "Ini adalah waktu yang tepat untuk melarikan diri", katanya.
Dhaniram meminta dia Devi agar segera pergi. "Ini adalah waktu yang tepat untuk melarikan diri", katanya.
Namun Devi menolak, "Aku akan pergi setelah Chanda sudah benar-benar aman dan selamat".
Dhaniram berkata ketus, "Kita telah kehilangan segalanya karena mereka!"
Devi berkata, "Aku bisa kehilangan 100 kali lebih banyak jika harus!"
Ashoka masih berhadapan dengan seorang prajurit saat seorang prajurit lainnya hendak menusuk Ashoka dari belakang. Namun langkah prajurit itu terhenti karena tusukan sebilah pedang menghunjam punggungnya. Ashoka yang berbalik kaget melihat prajurit yang tiba-tiba roboh dibelakangnya. Tampak Kaurwaki dengan pedangnya berlumuran darah yang rupanya telah membunuh prajurit itu pada saat yang tepat.
Devi bengong melihat perempuan yang sudah membunuh prajurit itu. Demikian juga Ashoka kaget menyadari Kaurwaki ada disitu dan menyelamatkan nyawanya.
Kaurwaki berkata, "Orang perlu berhati-hati jika berada di dalam hutan". Kaurwaki tersenyum, tanpa disadari seorang prajurit bangun dan akan menyerangnya dari belakang. Ashoka secepat kilat mengayunkan belati ke arah prajurit itu hingga tewas di tempat. Kaurwaki yang berbalik kaget namun tersenyum lebar. Devi dan Dhaniram masih berdiri ditempat itu melihat mereka dengan takjub.
Ashoka memperingatkannya, "Kau harus berhati-hati. Apa pun bisa terjadi kapan saja!". Keduanya saling tatap namun mereka kaget karena dua prajurit kembali menyerangnya. Mereka berdua akhirnya kembali bertarung melawan para prajurit itu. Sambil terus menghadapi lawannya, Ashoka meminta Kaurwaki agar segera pergi. Kaurwaki berhasil merobohkan lawannya, demikian juga Ashoka. Kembali Ashoka minta agar Kaurwaki pergi, namun Kaurwaki menolak untuk menempatkan kehidupan mereka masing-masing dalam bahaya.
Seorang prajurit kepala pengawal Nirankush menarik rambut Devi dan menyanderanya. Devi berteriak kesakitan. Dhaniram memohon agar prajurit itu melepaskan putrinya. Prajurit itu marah tidak menuruti permintaan itu.
Ashoka kaget melihat itu, Kaurwaki tanpa buang waktu melemparkan belati ke arah prajurit itu. Prajurit itu terhenyak setelah belati menancap dipangkal pahanya, dia melepaskan pegangannya dan roboh kesakitan.
Ashoka kembali menghadapi dua prajurit yang datang menyerang. Dia meminta Kaurwaki untuk pergi, "Selamatkan kedua orang itu. Mereka (Dhaniram dan Devi) telah melakukan banyak kebaikan kepada keluargaku".
Kaurwaki menurut permintaan Ashoka, dia meminta Dhaniram segera berpencar dengan Devi, agar pergi ke arah yang berbeda. Dhaniram menurut, dia berlari ke arah yang ditunjuk Kaurwaki. Sedangkan Kaurwaki dan Devi pergi ke arah lainnya.
Prajurit kepala pengawal yang terluka memerintahkan beberapa prajurit untuk mengejar Dhaniram. Sementara dia berhasil mencabut belati yang menancap segera bangkit berdiri. Ashoka bermaksud mengejar kepala pengawal itu, namun sebuah tongkat menghajar belakang kepalanya. Ashoka pun menjadi limbung dan jatuh ke tanah karena hantaman tongkat yang dilakukan Nirankush. Nirankush segera memanggil prajurit kepala pengawal dan pergi dari tempat itu. Ashoka segera bangkit sambil memegang belakang kepalanya. Nirankush dan kepala prajuritnya sudah tidak ada di tempat itu.