Sinopsis Ashoka Samrat episode 358 bag 2 by Kusuma Rasmana.
Devi dan Kaurwaki yang berlari segera bersembunyi di balik pohon karena
melihat tanda-tanda ada prajurit mengejarnya. Empat prajurit Nirankush yang
mengejarnya melewati tempat itu, namun tidak melihat mereka. Kaurwaki yang
bersembunyi sambil melindungi Devi sudah siap dengan pedangnya bila prajurit itu
menyerangnya. Mereka berdua akhirnya bernafas lega setelah prajurit itu berlalu.
Devi mengkhawatirkan Dhaniram tapi Kaurwaki meyakinkan dirinya bahwa ayahnya
akan baik-baik saja.
Devi ingin mencari ayahnya tapi Kaurwaki menahannya. "Kita harus menyelamatkan diri kita sendiri, lebih dulu", kata Kaurwaki. Sementara itu, Ashoka telah mengikat semua prajurit yang terluka dengan tali yang disambung ke leher Garuda. Dia menunggangi Garuda dan menyeret beberapa prajurit bernasib sial itu.
Kaurwaki dan Devi kembali berlari dari tempat itu. Mereka lalu berhenti setelah beberapa saat.
Devi berkata, "Terima kasih banyak karena Anda menyelamatkan hidupku. Melihat keberanian Anda, tampaknya Anda wanita yang luar biasa!. Siapa sebenarnya Anda?"
Kaurwaki menjawab dengan nada merendah, "Tidak ada yang istimewa di dalam diriku"
Devi berkata, "Tapu bagiku Anda sama seperti dewa".
Devi yang tertunduk melihat luka di kaki Kaurwaki. "Ya Tuhan, luka Anda..", kata Devi berjongkok memeriksa kaki Kaurwaki. Dia membuat Kaurwaki duduk di batang pohon dibawah rumpun bambu kuning itu.
"Apakah Anda tidak merasakan sakit?", tanya Devi sambil merobek kainnya dan membalut kaki Kaurwaki.
Kaurwaki menjawab, "Aku tidak merasakan sakit selain apa yang ada di hati".
Devi yang sudah selesai membalut luka itu bertanya, "Bagaimana Anda mengenal Chanda?".
Kaurwaki menjawab, "Aku tidak tahu Chanda tapi hanya kenal Ashoka-ku"
Devi kaget menatap Kaurwaki dan bertanya, " Apakah itu berarti Chanda adalah Ashoka?"
Kaurwaki menjawab, "Ya!".
Devi mengingat semua yang telah terjadi di rumahnya, dimana seorang pangeran Magadha bernama Sushima mencari Pangeran Ashoka yang konon bersembunyi di rumahnya.
Devi berdiri dan berkata penuh penyesalan. "Jadi mereka adalah Pangeran Ashoka, Rani Dharma dan Pangeran Witashoka. Mereka, keluarga bangsawan yang tinggal di rumah kami selama ini, menghadapi banyak kesulitan di setiap titik kehidupan mereka. Dan Kami, aku dan ayah telah berperilaku begitu buruk kepada mereka", kata Devi.
Kaurwaki menanggapi, "Aku dan keluargaku juga melakukan hal yang sama. Rani Dharma benar bahwa waktu akan berubah. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi".
Perhatian Kaurwaki dan Devi terusik oleh suara puja mantra yang
dilantunkan oleh seorang dari sebuah arah. Mereka segera bangkit dan pergi untuk
melihat ke arah datangnya puja mantra itu. Keduanya melihat beberapa orang
sedangkan mengadakan ritual di tepi sungai yang membentang didepan mereka. Ada
beberapa orang berpakaian putih, mungkin yang melakukan ritual dan pendeta dan
ada beberapa berpakaian prajurit sedang melakukan pengawalan. Kaurwaki tertegun
karena dia mengenali prajurit itu adalah prajurit Kalingga. Dan salah seorang
pria setengah baya yang bersila didepan pendeta itu adalah Jagannatha yang
adalah ayahnya sendiri. Seorang pendeta bangkit dari duduknya sambil memegang
guci yang berisi abu jenazah.
"Yang Mulia Jagannatha, anda harus mengikhlaskan kepergian putri Anda. sekarang Anda serahkan abunya kepada sungai Gangga agar jiwanya damai", kata pendeta itu. Jagannatha hanya diam membisu dalam kesedihannya sambil menerima guci itu.
"Yang Mulia Jagannatha, anda harus mengikhlaskan kepergian putri Anda. sekarang Anda serahkan abunya kepada sungai Gangga agar jiwanya damai", kata pendeta itu. Jagannatha hanya diam membisu dalam kesedihannya sambil menerima guci itu.
Kaurwaki kaget melihat adegan itu. Segera dia menyimpulkan bahwa Jagannatha sedang melakukan ritual terakhir bagi abu jenazah putrinya yang dianggap mati dalam kebakaran ditendanya. Kaurwaki hatinya merasa hancur harus melihat ayahnya melakukan ritual sambil bersedih karena kehilangan putrinya yang sebenarnya masih hidup.
Devi heran melihat Kaurwaki tiba-tiba terguncang, badannya gemetaran, bibirnya bergerak-gerak tanpa suara, seperti orang yang terkejut, ketakutan dan kedukaan amat dalam. Devi bertanya, "Ada apa? Mengapa Anda terlihat sangat ketakutan?".
Di tepi sungai, Jagannatha menangis sambil meratapi abu dalam guci itu. "Mengapa kau melakukan ini Kaurwaki? Kau mengorbankan hidupmu untuk Ashoka itu! Putri mana yang menghukum ayahnya seperti ini? Kau benar-benar menghukumku dengan buruk, Kaurwaki!", ratap Jagannatha tersedu-sedu.
Devi yang memasang telinga mendengar dengan jelas ratapan itu. Sementara Kaurwaki ikut menangis sedih. "Ayah", gumannya sambil terus menangis. Devi terhenyak mendengar gumanan Kaurwaki.
Jagannatha melangkah mendekati bibir sungai, dia akan menuangkan abu jenazah dari guci itu dengan hati terluka karena sedih. Sementara Devi kebingungan dengan kejadian itu dan juga gumanan Kaurwaki.
"Tadi Jagannatha menyebut Kaurwaki mengorbankan hidupnya demi lelaki yang dicintai yaitu Pangeran Ashoka. Jagannatha melakukan ritual terhadap abu Putri Kaurwaki sementara wanita yang ada disini memanggilnya ayah? Lalu, abu siapa yang dipegang itu jika wanita yang ada disini adalah Putri Kaurwaki?", batin Devi yang diliputi bingung tak mengerti.
Kaurwaki duduk di bawah rumpun bambu sambil memikirkan kata-kata terakhir dari Bela, pelayan kesayangannya yang bertekad menebus kesalahannya. Kaurwaki segera bangkit dan menggumankan nama Bela. Dia bermaksud menuju tepi sungai namun Devi menghentikannya. "Anda mau kemana? Luka Anda perdarahan lagi", kata Devi menunjuk luka di kaki Kaurwaki.
Kaurwaki tidak peduli dengan lukanya. Dia menangis dan berujar, "Ini tidak seberapa, tanganku yang telah berlumuran oleh darah seseorang".
Devi bertanya kepada Kaurwaki tentang apa sebenarnya yang terjadi, mengapa dia harus bersedih dan mengapa Jagannatha juga menangis dalam melakukan ritual itu.
Kaurwaki hanya menanggapi sekilas, dia malah menyuruh Devi agar kembali mencari ayahnya. "Tidak semua orang seberuntung dirimu", kata Kaurwaki menangis.
Di tepi sungai, Jagannatha menuangkan abu jenazah dari dalam guci dan jatuh ke air sungai yang mengalir tenang itu. "Maafkan aku, putriku", kata Jagannatha.
Kaurwaki yang melihatnya dari jauh terus menangis.
Devi yang masih bingung mengingat saat masih di rumahnya di Awantipuram, Ujjain. Chanda mengigau menyebut nama Kaurwaki dalam tidurnya. Sekarang Devi menyadari semuanya dan menghubungkan semua kaitan itu.
"Chanda adalah Rajkumar Ashoka dan ini adalah Rajkumari Kaurwaki? Mereka telah menunggu begitu lama untuk bertemu satu sama lain. Mereka harus kehilangan kesempatan itu hari ini karena aku. Aku sangat berhutang budi kepada mereka. Sungguh sangat tidak tahu berterima kasih dan egois, jika aku meninggalkan mereka sendirian hari ini", guman Devi, "Tidak! Aku tidak akan meninggalkan Kaurwaki sendiri".
Sementara itu Nirankush dan seorang kepala prajurit yang
terluka di pahanya sedang berlarian menyusuri semak belukar. Mereka segera
berhenti dibawah pohon untuk mengistirahatkan tubuhnya dan menenangkan nafasnya
yang memburu setelah berlari. Kepala prajurit mengeluh ketakutan, "Kita sekarang
harus menerima akibat dari apa yang terjadi, bukan saja ketahuan, Pangeran
Ashoka sendiri telah mengagalkan rencana kita, Tuan! Raja Bindushara tidak akan
mengampuni kita!".
Nirankush menanggapi, "Aku tidak peduli tentang Bindushara! Dia akan melakukan apa yang ia lakukan tetapi jika kita tidak memberikan sesuatu kepada Gondna tepat waktu maka kita tidak tahu apa yang akan dilakukan Gondna kepada kita!".
Nirankush menanggapi, "Aku tidak peduli tentang Bindushara! Dia akan melakukan apa yang ia lakukan tetapi jika kita tidak memberikan sesuatu kepada Gondna tepat waktu maka kita tidak tahu apa yang akan dilakukan Gondna kepada kita!".
Adegan menampilkan, di sebuah tempat yang gelap, berdiri seseorang yang mulai mengenakan pakaian dan perhiasannya. Dia memakai alas kaki dari kulit, memakai gelang kaki, jubah dan melangkah menyusuri lorong yang juga gelap, hanya sedikit cahaya temaram dari lubang ruangan itu. Sosok itu kemudian menuju sebuah kursi kayu yang agak tinggi. Wajahnya tidakterlihat karena dia masih memakai jubah yang hampir menutupi seluruh badannya dan karena gelapnya ruangan itu.
Kembali ke tepi sungai, Kaurwaki dan Devi melihat dari bawah
pohon agak jauh dari tempat itu. Sementara Jagannatha melangkah naik dari tepi
sungai sambil berguman pelan.
"Aku melakukan apapun yang aku pikir benar. Aku tidak ingin kau ditipu dengan cara yang sama oleh Magadha seperti aku! Aku tidak bisa membuatmu memahami alasan balik aku begitu keras kepadamu. Aku akan hidup dengan penyesalan ini sepanjang hidupku bahwa aku tidak bisa memelukmu dan meminta maaf kepadamu walau hanya sekali. Aku akan merindukan semua hidupku untuk memberitahumu betapa aku menyayangimu", guman Jagannatha sambil duduk diatas bangku ritual yang sudah selesai. Tiga orang berpakaian putih disampingnya hanya diam ikut bersedih. Sementara Kaurwaki sangat sedih melihat dan mendengar ratapan kesedihan ayahnya.
Jagannatha yang masih meratap mencakupkan tangannya. "Maafkan aku, Putri, maafkan Aku!", ratapnya lagi.
Kaurwaki yang sedih dengan hati hancur berteriak, "Ayah!".
Jagannatha kaget karena seperti mendengar suara Kaurwaki. Dia bangkit dan melihat sekitar tempat itu, namun tidak menemukan siapa pun.
"Aku melakukan ritual terakhirmu namun aku merasakan kehadiranmu saat ini. Aku merasa kau seperti memanggilku. Kau akan datang berlari dan memelukku, Kaurwaki", ratap Jagannatha menangis tersedu-sedu sambil menjatuhkan badannya di bangku itu lagi.
Kaurwaki terus menangis melihat kondisi ayahnya. Tiga orang didekatnya membawa Jagannatha yang masih sedih pergi dari tepi sungai itu. Kaurwaki melihat itu dan dia meninggalkan tempat itu bermaksud mengejar kepergian ayahnya. Namun terlambat, di tepi sungai tidak ada siapapun lagi. Dia hanya melihat sepotong kain yang tadi dipakai ayahnya dalam ritual tergeletak di tanah. Dia mengambil kain putih itu dan memeluknya sambil menangis.
Mungkin Devi menganggap Kaurwaki akan mengejar ayahnya, Devi yang datang segera memegang tangannya. "Pikirkan sekali tentang Ashoka sebelum mengambil langkah lain. Pikirkan pengorbanan Bela, pelayan yang juga sahabat Anda. Apa Anda akan membiarkan semua itu jadi sia-sia?", tanya Devi.
Kaurwaki berkata sedih,"Tapi, bagaimana dengan ayahku? Bagaimana bisa aku memikirkan kebahagiaanku melihat air mata kesedihan dan rasa sakit yang dialami ayahku?". Kaurwaki bersedih sambil merangkul kain putih itu. Devi ikut sedih melihatnya.
CUPLIKAN : Seorang prajurit datang menghadap Bindushara di
singgasana. "Seseorang meminta izin dari Rani Dharma untuk masuk ke
Pattaliputra. Dia menyebut dirinya putra sulung Rani Dharma, Rajkumar Ashoka",
kata prajurit itu. Semua orang terkejut! Bindu berkata, "Beraninya dia masuk ke
Pattaliputra tanpa izin! Tangkap dia sebelum ia masuk ke Pattaliputra!".