Sinopsis Ashoka Samrat episode 348 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 348 by Kusuma Rasmana. Di Rajagira, di dalam rumahnya, Dharma duduk mencakupkan tangannya di depan lingga Shiwa dalam ruangan itu. Dia berdoa demi keselamatan Ashoka.
"Ya, Bholenatha (Shiwa), putraku telah pergi untuk ambil bagian dalam kompetisi gulat. Dia harus pergi untuk mendapatkan keadilan bagi seorang ibu atas kematian anaknya. Bahkan seorang pria yang paling sabar akan kehilangan kesabarannya dalam situasi seperti ini. Aku harap Chanda tidak demikian, semoga dia masih tetap sabar", kata Dharma.
"Aku yang telah kehilangan kesabaranku, Ibu!", Witashoka yang datang langsung berkata.
Dharma berdiri dari duduknya, dia melangkah mendekati putra bungsunya itu dan menatapnya heran. "Apa yang terjadi denganmu?", tanya Dharma.
Witashoka langsung bertanya, "Siapa Bindushara?"


Dharma kaget dengan pertanyaan Witashoka yang tanpa pengantar apapun.
Di Nalanda, dalam sebuah ruangan besar tempat latihan, para peserta yang merupakan para petarung sedang sibuk berlatih fisik. Ada peserta yang mengangkat beban, mengayun-ayunkan gada, melatih ketahanan tangan dalam pasir yang dipanaskan, melatih ketangkasan dari satu pijakan ke pijakan lain. Ada juga melatih ketangkasan memukul dan menendang. Ashoka juga dalam ruangan itu, namun dia tidak ikut berlatih. Dia baru mengganti pakaian dengan pakaian bertarung yang berwarna gelap dan sedang memakai kalungnya. Ashoka mengeluarkan kain ibunya yang ada bekas alas kaki dari buntalan barangnya.

"Aku tersesat di sebuah terowongan selama 10 tahun. Aku hanya bisa mendengar rasa sakit ibu dan Guruku. Sudah lama aku menunggu untuk saat ini. Aku telah menunggu untuk mulai mengakhiri musuh-musuh ibuku dan ibu pertiwi. Hari itu adalah saat ini dan tempatnya di sini!", batin Ashoka memegang kain itu.
Ashoka melilitkan kain itu dan mengikatnya di sekeliling pinggangnya. "Sampai sekarang sumpah ibu telah menghentikanku tapi Sushima harus mati sekarang! Siapa pun yang mencoba menghalangi harus mati juga!", batin Ashoka lagi.

Seorang peserta yang berlatih memakai gada mendekati peserta yang berkulit gelap dan botak. Mereka mengejek Ashoka karena akan menantang Mallu, yang dianggapnya nasib sial bagi Ashoka karena pasti Ashoka akan kalah telak. Demikian anggapan dua orang yang mengejek itu dengan tertawa-tawa. Ashoka yang mendengar ejekan mereka hanya diam. Namun dua orang yang tertawa itu mendadak diam saat melihat siapa yang sedang melangkah di koridor atas. Demikian juga beberapa peserta lainnya, mereka panik dan ketakutan setelah mereka melihat Sushima yang sedang melangkah. Seorang peserta berbicara tentang Sushima dengan nada ketakutan. Ashoka yang mendengar celotehnya ikut menoleh dan dia melihat Sushima yang melangkah dekat dinding ruangan itu.

Kemarahan Ashoka meledak, dia menatap orang yang dibencinya itu dengan murka. Dia melampiaskan kemarahannya dengan menghantam sebuah pot air yang ada didekatnya dengan sebatang tongkat. Pot air pecah berantakan mencimpratkan air ke segala arah.
Seorang pria yang tampaknya salah seorang panitia pertandingan datang dan marah kepadanya.
"Kau boleh melampiaskan kemarahanmu dan pamer nafsu agresifmu dalam kompetisi. Jika aku melihat hal ini terulang lagi maka kau akan didiskualifikasi dari kompetisi!", kata pria itu langsung pergi.

Ashoka hanya diam, berusaha meredakan amarahnya.
Sejenak kemudian, seorang pria lain dari panita pertandingan datang memberitahu semua peserta untuk bersiap-siap tampil dalam pertarungan. "Ini adalah waktunya!", kata pria itu.
Bindushara tiba di tempat berlangsungnya kompetisi gulat, di Nalanda bersama prajurit pengawal. Sushima datang menyambut ayahnya dengan pelukan.
Terdengar pengumuman dari ruang arena pertarungan, "Pertarungan selanjutnya adalah antara Mallu dan Chakrawartin Chanda". Bindushara yang mendengarnya menoleh.
Sushima berkata, "Aku terkejut melihat ayah ada disini, hari ini. Tapi pertarunganku bukan hari ini, Ayah. Aku telah mengatur kamar untuk tempat istirahat ayah".
"Silakan Ayah!", Sushima mempersilakan Bindushara melangkah menuju ruang istirahat. Namun Bindushara malah lebih tertarik menonton ke arena.
"Ayo, Ayah. Kamar istirahatnya sebelah sana", kata Sushima lagi.

Bindushara mengangkat tangannya dan berkata, "Aku tidak perlu beristirahat. Aku merasa seperti harus menonton kompetisi ini. Aku tidak tahu mengapa aku merasa begitu gelisah".
Bindushara melangkah menuju arena kompetisi gulat, dua prajurit pengawal mengikutinya.
Sushima berkata sambil memandang kepergian ayahnya. "Aku tidak memiliki waktu untuk melihat para pecundang itu!", katanya sambil berlalu dari tempat itu.
Di sebuah tempat di luar pintu arena, Ashoka berdiri mondar-mandir dengan gelisah, mungkin tidak sabar untuk bertarung di arena. Ashoka kaget dan menoleh saat seorang Acharya yang sering bertemu dengannya, tiba-tiba datang menepuk pundaknya.
Ashoka menatap Acharya itu heran, dia berkata, "Bagaimana Anda datang setiap kali aku pergi untuk melakukan kebaikan?".

Acharya berkata, "Aku adalah pemberi selamat-mu! Aku datang untuk memberitahumu karena aku peduli kepadamu. Kau harus memenangkan pertarungan ini jika kau benar-benar ingin bertarung melawan Sushima. Tapi ingat, lawanmu saat ini begitu kuat. Lakukan apapun dalam pertarungan, tapi jangan pernah tertangkap oleh tangannya. Cobalah untuk membuat dia jatuh ke tanah. Hanya dengan cara itu, kau akan dapat mengalahkannya!".

Ashoka belum menanggapi ucapan Acharya ketika suara derit pintu dibuka terdengar. Ashoka melihat ke arah pintu arena yang mulai terbuka, demikian juga Acharya. Tanpa bicara lagi kepada Acharya, Ashoka segera melangkah memasuki pintu itu.

PREV  1  2  3
Bagikan :
Back To Top