Sinopsis Ashoka Samrat episode 339 bag 2 by Kusuma
Rasmana. Sushima dan dua prajuritnya sedang dalam perjalanan mereka ke
Awantipuram, Ujjain. Demikian juga jauh dibelakangnya Ashoka sedang berlari di
jalan yang sama dengan tujuan yang sama juga. Sambil berlari, Ashoka mengingat
saat Helena di sel penjara bercerita tentang pembunuh Chanakya dan bagaimana
dia, adiknya dan ibunya diusir dari Pattaliputra.
Dharma menjelaskan kepada Nirankush, "Chanda dan Ashoka adalah
dua kutub yang terpisah. Chanda tidak bisa menjadi Ashoka dan Ashoka tidak bisa
menjadi Chanda! Keduanya benar-benar berlawanan satu sama lain. Ashoka mencintai
prinsip, tapi Chanda-ku hanya mencintai uang. Putra Mahkota Ashoka mencintai
para warganya dan orang tuanya. Sedangkan Chanda melakukan segala sesuatu
melawan keinginanku. Pangeran Ashoka seperti sungai yang memberi kehidupan
kepada semua orang. Sedangkan Chanda memberi badai dalam kehidupan setiap orang.
Chanda hanya ingin menuntaskan misinya. Dia merasa bisa mengambil apapun yang
dia inginkan dengan cara apapun.
Nirankush tertawa panjang namun dengan nada kemarahan dan rasa putus asa, seakan ingin menangis, dia lau duduk ke kursinya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Jika Chanda bukan Ashoka maka apa yang akan aku katakan? Chanda juga tidak ada di sini sekarang! Aku akan mati ditangannya. Apa yang akan aku katakan padanya saat dia datang? Dia akan datang segera!", kata Nirankush.
Nirankush tertawa panjang namun dengan nada kemarahan dan rasa putus asa, seakan ingin menangis, dia lau duduk ke kursinya. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Jika Chanda bukan Ashoka maka apa yang akan aku katakan? Chanda juga tidak ada di sini sekarang! Aku akan mati ditangannya. Apa yang akan aku katakan padanya saat dia datang? Dia akan datang segera!", kata Nirankush.
Dharma bertanya dengan heran dan tidak mengerti, "Siapa yang Anda bicarakan?"
Nirankush bangkit dari duduknya, dia berkata, "Aku berbicara tentang iblis, dewa dari kematian, Pangeran Sushima! Dia dikenal karena kebengisannya".
Dharma terkejut mendengar kata-kata Nirankush. "Pangeran Sushima!", guman Dharma teringat kembali kejadian diistana bertahun-tahun yang lalu. Dia mulai merasa ketakutan.
Nirankush heran melihat Dharma yang tiba-tiba ketakutan, dia berkata, "Mengapa kau merasa takut mendengar namanya?"
Dharma beralasan, "Seorang pemberani seperti Anda saja takut kepadanya. Apalagi aku yang wanita biasa, maka wajar aku lebih takut kepadanya".
Nirankush berjalan mondar-mandir, dia bertanya seakan berguman, "Apa yang akan aku lakukan sekarang?"
Sementara Dharma berdoa demi keselamatan Ashoka, "Ya Tuhan, jangan Engkau biarkan Ashoka dan Sushima berhadapan saat ini sampai waktunya tepat!"
Sementara itu dalam perjalanan, Ashoka mengambil jalan pintas
dengan berlari, dia berhenti diatas bukit. Dari sana dia melihat Sushima dan
prajuritnya yang pergi ke arah Awantipuram, Ujjain. Dia segera melangkah, namun
kakinya tersandung dan dia jatuh berguling-guling dari atas bukit itu. Ashoka
bangun dan berteriak marah, "Aku bertemu denganmu setelah 10 tahun! Kematian
telah membawamu kepadaku! Aku tidak bisa membiarkan kau pergi seperti ini. Aku
punya banyak cara untuk mencapaimu". Ashoka berusaha mengatur nafasnya yang
tersengal karena marah.
Ashoka baru akan melangkah saat mendengar pengumuman dari seseorang yang mengadakan kompetisi untuk menjinakkan kuda liar. Tidak jauh dari tempat itu memang sedang dilakukan lomba penjinakkan kuda liar dalam sebuah arena yang sudah dikelilingi oleh beberapa orang yang menonton. Seekor kuda putih sedang dipegang 2 orang, sementara seseorang yang tampaknya pemimpin lomba berbicara tentang lomba itu dan hadiah yang didapatkan bagi yang bisa menjinakkan kuda putih yang terus meronta-ronta liar tersebut. Orang itu terus berteriak menantang siapa orang yang berani maju ke arena.
Ashoka baru akan melangkah saat mendengar pengumuman dari seseorang yang mengadakan kompetisi untuk menjinakkan kuda liar. Tidak jauh dari tempat itu memang sedang dilakukan lomba penjinakkan kuda liar dalam sebuah arena yang sudah dikelilingi oleh beberapa orang yang menonton. Seekor kuda putih sedang dipegang 2 orang, sementara seseorang yang tampaknya pemimpin lomba berbicara tentang lomba itu dan hadiah yang didapatkan bagi yang bisa menjinakkan kuda putih yang terus meronta-ronta liar tersebut. Orang itu terus berteriak menantang siapa orang yang berani maju ke arena.
Ashoka yang mendekati arena itu segera maju untuk mengikuti lomba penjinakkan kuda liar itu namun dia mengajukan syarat tambahan kepada pemimpin lomba. "Aku butuh kuda ini sebagai hadiah", kata Ashoka. Pemimpin lomba setuju dengan permintaan Ashoka.
Ashoka segera mendekati kuda liar yang dilepas, dia mencoba menjinakkan dengan memegang tali kekang, namun kuda itu melompat-lompat liar dan menendangkan kaki depannya ke arah Ashoka, hingga dia jatuh terjengkang. Pemimpin lomba dan para penonton tertawa dan bersorak melihat pemuda itu jatuh oleh sepakan sang kuda liar.
Sementara si kuda putih berlari liar di arena, Ashoka bangun dan mengejar kuda itu. Ashoka berhasil memegang talinya, Ashoka mengelus-elus lehernya dengan sopan memanggilnya teman dan membisikan kata-kata meminta bantuan.
Namun kuda itu masih menyulitkannya, bahkan lepas dari pegangan Ashoka. Kembali kuda itu liar berlari mengelilingi arena.
Begitu kuda putih berhasil dipegang kembali, Ashoka meminta maaf kepadanya atas kelakuannya barusan. "Kau membuatku menyadari kesalahanku. Percayalah teman, aku tidak ingin menyakitimu. Kau akan bebas tapi aku membutuhkanmu sekarang. Aku perlu untuk mencapai seseorang segera. Kau dapat membantuku jika mau. Tapi Aku tidak akan memaksamu". Ashoka pun melepas tali kekang kuda dan bermaksud pergi dari arena itu.
Kuda putih yang menjadi tenang malah meringkik, Ashoka menoleh kepada kuda. Kuda itu tetap tenang dan malah merendahkan kepalanya.
Ashoka melangkah kembali mendekati kuda itu dan menepuk kepalanya sambil tersenyum. "Aku akan memberimu nama Garuda karena larimu begitu cepat. Sekarang kita adalah teman dan Aku memiliki dukunganmu sekarang. Aku yakin aku akan mendapatkan tujuanku juga", bisik Ashoka mengelus-elus kepala kuda putih itu.
Ashoka menuntun kuda putih itu dan berjalan keluar dari arena dengan kemenangan, dia menerima pelana dari pemimpin lomba. Ashoka terus melangkah sambil menuntun kudanya, dia dielu-elukan oleh para penonton di arena itu.
Di depan rumah Seth Dhaniram, semua orang terkejut karena
mendengar suara kuda meringkik. Para penduduk yang berkerumun di depan rumah
Dhaniram segera lari ketakutan. Sedangkan Dharma, Devi, Witashoka dan Dhaniram
segera masuk ke dalam pekarangan rumah. Yang masih ada disitu tinggal Nirankush
bersama prajuritnya. Nirankush khawatir akan kedatangan Sushima. Entah karena
ketakutan atau putus asa, Nirankush memarahi salah seorang prajurit dan akan
memukulnya. Prajurit itu ketakutan setengah mati kepada Nirankush yang marah.
Di dalam rumah, Dharma dan Witashoka ketakutan di kamarnya,
Devi dan Dhaniram juga ikut di kamar itu. Witashoka berkata, "Aku sangat takut,
Bu. Bhaiya juga tidak ada di sini". Dharma memeluk Witashoka berusaha
menetramkan hatinya. Dharma lalu menyuruh Witashoka bersembunyi didalam
keranjang dekat tempat tidur. Dharma juga meminta Devi dan Dhaniram untuk ikut
bersembunyi. Namun keduanya malah bingung, Dharma terus meyakinkan mereka untuk
mendengarkan dia kali ini. Keduanya lalu pergi bersembunyi.
Dharma mendekati jendela dan mengintip dari lubang-lubang ventilasi. Di luar pekarangan rumah, tampak Sushima sampai di tempat itu ditandai ringkik kudanya. Sushima memandangi rumah besar Dhaniram tanpa turun dari kudanya. Nirankush dan anakbuahnya malah bertingkah kikuk melihat kedatangan Sushima. Dharma kaget melihat Sushima akhirnya benar-benar datang. Ditempat persembunyiannya, Witashoka mengintip ibunya yang berdiri dekat jendela dengan ketakutan.
Dharma mendekati jendela dan mengintip dari lubang-lubang ventilasi. Di luar pekarangan rumah, tampak Sushima sampai di tempat itu ditandai ringkik kudanya. Sushima memandangi rumah besar Dhaniram tanpa turun dari kudanya. Nirankush dan anakbuahnya malah bertingkah kikuk melihat kedatangan Sushima. Dharma kaget melihat Sushima akhirnya benar-benar datang. Ditempat persembunyiannya, Witashoka mengintip ibunya yang berdiri dekat jendela dengan ketakutan.
Sushima lalu turun dari kudanya. Dia melangkah menuju halaman
rumah Seth Dhaniram.
CUPLIKAN : Di halaman rumah Dhaniram, Sushima berteriak, "Apa
yang terjadi padamu Ashoka? Kau adalah ksatria pemberani Magadha. Kau
berbersembunyi seperti seorang pengecut! Itu tidak cocok untukmu. Aku tidak bisa
menunggu lagi. Aku akan datang ke depanmu jika kau tidak keluar juga". Dharma
yang mendengarnya ketakutan, sedangkan Dhaniram dan Devi heran dan tidak
mengerti teriakan orang itu. Sushima tersenyum melihat Dharma yang berkerudung
melangkah keluar dari kamarnya.