Sinopsis Ashoka Samrat episode 339 by Kusuma
Rasmana. Di pasar festival Kumbha Mela, di tepi sungai Gangga, Sushima
yang memacu kudanya melewati jalan pasar itu hampir menabrak seorang bocah yang
mengenakan kostum Krishna kecilwanita, beruntung Ashoka berhasil menyelamatkan
bocah itu. Sushima tidak peduli dengan kejadian itu, kudanya terus berlari
kencang.
Ashoka yang marah atas tindakan penunggang kuda itu berteriak, "Hei...Apa kau buta atau bodoh? Bagaimana bisa kau menunggangi kuda dengan kencang saat banyak orang disini? Apa matamu tidak bisa melihat anak ini dan setidaknya berhenti"
Ashoka yang marah atas tindakan penunggang kuda itu berteriak, "Hei...Apa kau buta atau bodoh? Bagaimana bisa kau menunggangi kuda dengan kencang saat banyak orang disini? Apa matamu tidak bisa melihat anak ini dan setidaknya berhenti"
Sushima segera berhenti mendengar teriakan dari seseorang yang berani mencaci makinya. Dia membalik arah kudanya dan berkata, "Kau akan segera tahu siapa yang telah datang dalam tugas ini. Ini bukan antara kau dan aku, tapi antara hidup dan kematianmu".
Sushima segera turun dari kudanya, dia melangkah mendekati pemuda yang berani meneriakinya itu. Sementara Ashoka yang marah juga segera menyongsong penunggang kuda yang arogan itu. Orang-orang semua memperhatikan apa yang segera akan terjadi. Kedua pemuda yang tidak saling kenal itu segera berhadapan satu sama lain, mata keduanya memancarkan rasa marah.
Bunyi lonceng dari sebuah kuil terdengar berdentang. Sushima yang berdiri menatap orang yang di depannya mendadak merasa pusing karena bunyi lonceng itu. Dia memiringkan kepalanya yang terasa nyeri. Ashoka merasa aneh dengan prilaku orang yang di depannya yang tiba-tiba seperti terganggu setelah bunyi lonceng dari kuil.
Seorang prajurit Magadha datang mendekati Sushima dan menyarankan dia untuk tidak membuang-buang waktu melayani pemuda di depannya itu. "Kita harus tiba di Awantipuram sebelum malam", kata prajurit itu.
Sushima mendengarkan ucapan prajuritnya dan dia berkata kepada pemuda didepannya, "Kau beruntung hari ini! Kau berhasil memanfaatkan lonceng kuil ini dan tujuanku menyelamatkanmu hari ini. Jika tidak, maka kau harus membayar dengan nyawamu!"
Sushima lalu melangkah menuju kudanya dan pergi dari tempat itu bersama prajuritnya.
Ashoka yang menatap kepergian Sushima, bermaksud akan pergi juga, tapi pria yang berpakaian Acharya datang lagi mendekatinya.
Acharya itu menyarankan Ashok untuk berhenti menjadi agresif sejak saat ini. "Anda menyelamatkan anak itu dan sekarang tugasmu di sini selesai. Jika hal yang baik dilakukan pada waktu tidak tepat, maka Anda tidak akan mendapatkan hasil yang diinginkan pada saat itu"
Ashoka beralasan hanya ingin memberi pelajaran pada si penunggang kuda yang sombong itu, tapi Acharya itu meyakinkannya. "Waktunya akan tiba ketika Anda akan menghukum orang-orang yang Anda inginkan selama ini!", kata Acharya.
Ashoka menanggapi, "Heran, Anda berbicara persis seperti ibuku"
Acharya itu tersenyum dan menjawab "Bakta (penyembah, pendoa) yang baik memiliki pikiran yang sama".
Ibu dari anak yang berpakaian Kanha kecil yang hampir celaka
itu sangat berterima kasih kepada Ashoka karena telah menyelamatkan anaknya,
walaupun Ashoka tidak ada didepannya. "Aku bahkan tidak sempat berterima kasih
padanya. Aku tidak tahu siapa dia dan dari mana dia berasal", kata ibu itu
sambil menenangkan putranya yang memeluknya.
Wanita lain setuju dengan ucapannya, "Dia menyelamatkan anakmu dan menantang pemuda sombong itu juga. Dia pasti memiliki berkat dari Dewa Shiwa Shambhu. Liontin kalung yang dipakainya tampak istimewa"
Kaurwaki yang kebetulan lewat bersama Bela mendengar percakapan mereka. Dia memegang pundak wanita setengah baya, hingga wanita itu berbalik. "Seperti apa lionting kalung orang itu?", tanya Kaurwaki.
Wanita tadi menjawab, "Cahaya terang kelap-kelip itu berasal dari liontin kalung di lehernya yang berbentuk lingga Shiwa". Kaurwaki sumringah mendengar ucapan wanita itu. Kaurwaki bertanya lagi, "Ke arah mana orang itu pergi?"
Wanita menunjuk sebuah arah dengan tangannya. Kaurwaki yang gembira segera memeluk wanita itu. Dia lalu pergi bersama Bela dengan perasaan bahagia mengikuti arah yang ditunjuk. Wanita itu hanya menatap kepergian gadis cantik itu dengan heran.
Masih ditempat yang sama, Acharya itu sambil duduk memeriksa
tangan Ashoka yang juga duduk berhadapan. Acharya berkata kepadanya tentang
pentingnya Chakra di jari-jarinya dan dia juga menjelaskan arti dari semua
chakra yang dimaksud. "Chakra-chakra ini menunjukkan tidak ada yang bisa
menipumu dengan mudah. Kau memiliki kekuatan untuk mengumpulkan orang-orang
bersama-sama dan memilih mereka dengan hati-hati. Kau telah diberkati dengan
kesabaran, pengetahuan, dan akal".
Acharya itu terkejut menyadari bahwa setiap jari Ashoka memiliki Chakra. "Dewa telah menganugerahkanmu dengan kekuatan untuk menjelaskan sudut pandangmu kepada orang-orang dan membuat mereka mendengarkanmu. Aku tahu waktu tidak berpihak kepadamu saat ini. Tapi waktu akan berubah. Kau akan mendapatkan apa yang hilang darimu dan mereka yang mendapatkannya saat ini akan segera kehilangan semua itu!", kata Acharya itu lagi.
Ashoka membantah perkataan Acharya itu yang dianggap mengada-ada. Namun Acharya itu berusaha meyakinkan dia bahwa semuanya akan terjadi saat waktunya tiba. Ashoka segera pergi dari sana karena tidak tertarik sama sekali dengan ucapan pria berpakaian Acharya yang dianggap omong kosong itu.
Baru berjalan beberapa langkah, seorang pria mendekati Ashoka dan berkata kagum dan memuji tindakan Ashoka atas apa yang dia lakukan sebelumnya. "Tidak ada yang berani melakukan ini pada Pangeran Sushima selain kau!"
Ashoka terkejut menyadari penunggang kuda barusan itu adalah kakaknya, Sushima.
Ashoka memegang bahu orang itu, "Apa katamu? Dia Pangeran Sushima, putra sulung Samrat Bindushara?".
Pria malah diam mungkin karena takut melihat pemuda itu marah. "Ayo jawab!", bentak Ashoka. Pria itu mengangguk membenarkan, "Benar", katanya.
Ashoka jadi memikirkan sesuatu, dia mengingat-ingat wajah penunggang kuda itu dan membandingkan dengan wajah Sushima remaja dalam ingatannya. Dia lalu menudingkan jarinya dengan marah pada acharya yang meramalkan dia barusan.
"Kau tahu semua ini?!", seru Ashoka.
Ashoka berjalan bergegas dari sana, tanpa peduli dengan barang bawaannya. Dia segera berlari menuju kota Awantipuram, di pusat Ujjaini.
Di depan rumah Seth Dhaniram, di Awantipuram, Nirankush
bertanya kepada Seth Dhaniram tentang keberadaan Chanda, Dhaniram menjawab
terbata-bata dan cenderung ngawur, dia mengaku tidak tahu dimana Chanda namun
dia siap melayani keinginan Nirankush. Nirankush mendekati Dhaniram yang semakin
gugup ditambah hampir pingsan karena bau menyengat. Devi berusaha menenangkan
ayahnya, dia berkata, "Sungguh, Kami tidak tahu apa-apa"
Witashoka memegang ibunya dengan erat saat Nirankush berjalan mendekati Dharma dan Witashoka. "Bagus, Aku senang ternyata salah satu anakmu setidaknya takut padaku", kata Nirankush. Witashoka berbisik, "Aku tidak takut, Aku hanya tidak ingin mati dengan baunya"
Nirankush mundur selangkah ke arah warga yang berkerumun. Dia bertanya kepada keempat orang yang disandera oleh prajuritnya. "Apakah Chanda itu adalah Ashoka?"
Dhaniram dan Devi yang ditanyai terkejut, demikian juga Dharma dan Witashoka.
Nirankush mengulangi pertanyaannya dengan nada tinggi, "Apakah Chanda itu adalah Ashoka??!!!".
Devi teringat saat dia menguping obrolan Dharma dengan dua orang tamunya di tengah malam beberapa waktu sebelumnya. "Apakah ini penyebabnya, mengapa Nirankush mengikuti Chanda sejak beberapa hari ini?", batin Devi.