Sinopsis Ashoka Samrat episode 397 by Kusuma
Rasmana. Di istana Magadha, Pattaliputra, di ruangan ritual mandi bagi
Kaurwaki, Devi memasukkan jari kanan Kaurwaki yang melepuh ke dalam beberapa
mangkuk lain untuk meringankan rasa perihnya.
"Bagaimana ini bisa terjadi?", tanya Devi heran.
Kaurwaki berkata, "Ini karena Uptan".
Uptan adalah lulur mandi yang dipakai dalam ritual mandi bagi pengantin, agar kulit sang pengantin bersih dan bersinar.
"Bagaimana ini bisa terjadi?", tanya Devi heran.
Kaurwaki berkata, "Ini karena Uptan".
Uptan adalah lulur mandi yang dipakai dalam ritual mandi bagi pengantin, agar kulit sang pengantin bersih dan bersinar.
Devi menjadi heran dan membatin, "Apakah ada sesuatu yang aneh dengan ini?", sambil menoleh Uptan di meja kecil, yang telah membuat tangan Kaurwaki melepuh.
Devi lalu mencampurkan air perasan lemon pada Uptan dan sekejap kemudian Ubtan mulai berubah, muncul gelembung busa yang berwarna putih.
Devi kaget melihatnya, "Aku yakin seseorang telah mencampurkan sesuatu pada Uptan ini". Devi akhirnya minta para pelayan melayani Kaurwaki dengan rempah yang ada.
Devi yang memikirkan Uptan aneh itu teringat saat melihat Anandini pergi dari dapur yang menurut para pelayan dapur, Anandini hanya mengambil Sugandhi (parfum) saja. Devi terbelalak marah, dia yakin Anandini pelakunya. Dia lalu mengambil mangkuk Uptan dan bergegas membawanya menuju ruangan Anandini. Dia melewati para pekerja yang sedang sibuk menyiapkan dekorasi. Salah seorang pelayan bahkan bertanya namun tidak dipedulikan oleh Devi.
Devi datang ke ruangan Anandini sambil membawa Uptan celaka
itu.
"Anandini!", teriak Devi memanggil. Teriakan itu membuat Anandini menjadi takut karena mengenali itu adalah suara Devi. Anandini bertambah ketakutan melihat Devi bergegas menuju ke arahnya dengan Uptan di tangannya, wajahnya tampak marah.
"Ada apa kau kemari?", tanya Anandini. Namun jawaban Devi adalah..Plak! Devi menampar Anandini dengan keras. Anandini marah sambil memegang pipinya.
"Beraninya Kau!", kata Anandini.
Devi berkata sambil mendelik, "Kau akan melihat keberanianku ketika aku akan melemparkan ini kepadamu. Dan kau akan dihukum karena perbuatanmu!".
Devi bertingkah akan melemparkan mangkuk Uptan ke wajah Anandini. Anandini yang ketakutan segera berjongkok dan menutupi wajahnya dengan tangan sambil berteriak, "Jangan!".
Anandini yang duduk ngesot dilantai memegang-megang wajanhya, ternyata tidak terjadi apapun. Dia menangis tersedu-sedu, ternyata Uptan itu masih ditangan Devi.
"Kau berusaha untuk menghancurkan kehidupan orang lain tapi kau tidak menyadari pengaruhnya akan berdampak pada Kaurwaki dan Ashoka. Ashoka benar-benar tak mementingkan dirinya sendiri. Jika kau mencintainya bahkan sedikit, maka tinggalkan istana ini secepatnya. Jangan tunjukkan wajahmu disini lagi", kata Devi marah.
Anandini hanya menangis sambil menggeleng atau mengangguk tanpa bisa menjawab dengan kata-kata.
Devi yang marah langsung menaruh mangkuk Uptan di pangkuan Anandini dan pergi dari ruangan itu. Anandini yang ketakutan segera memindahkan Uptan itu ke lantai, dia masih menangis ketakutan sambil memandang langkah Devi yang menjauh.
Di ruangan Ashoka, Witthasoka membantu kakaknya yang sedang
bersiap dengan memasang sandal di kaki kakaknya, namun Ashoka tidak mau
diperlakukan seperti itu. "Wit, kau tak perlu melakukan ini", kata
Ashoka.
Namun Witthasoka berkilah, "Lakshmana dengan senang hati bisa melayani kakaknya Sri Rama, lalu kenapa aku tidak boleh?". Ashoka jadi terharu dan membelai rambut adiknya.
"Oh..oh, Kau jangan malu, Kak, Kau akan mendapatkan Sita-mu hari ini. Perasaan malu tidak cocok untukmu. Dia (Kaurwaki) terlihat sangat cantik ketika dia pergi mandi dengan tersipu malu. Aku akan memeriksanya lagi", kata Witthasoka akan melangkah pergi. Namun Ashoka memegang tangannya, "Tapi Kau juga harus bersiap-siap dahulu", katanya. Witthasoka pun segera pergi.
Di ruangannya, Kaurwaki sedang mencoba memasang Kamarbandha
(ikat pinggang) di pinggangnya yang ramping, namun dia kesulitan karena jari
kanannya yang melepuh.
"Aku menyuruh Devi keluar tanpa alasan penting. Dia semestinya bisa membantuku memasang ini", batin Kaurwaki sambil terus berusaha di depan cermin.
Namun sejenak, jarinya yang melepuh terasa sakit karena bergesekan dengan Kamarbandha keemasan itu.
"Aduh!", teriaknya meringis sambil mengayunkan tangannya yang sakit. Dia pun meniup jari-jari yang melepuh dan rasanya sakit itu.
Ashoka datang ke kamar itu karena mendengar teriakannya. "Kaurwaki?", Ashoka lalu memegang tangan kanan Kaurwaki dan melihat jarinya yang melepuh. "Kenapa ini? Ini pasti sakit sekali!", katanya sambil meniup jari Kaurwaki dengan penuh perhatian.
Kaurwaki memperhatikan Ashoka yang sangat perhatian kepadanya. Ashoka melihatnya, "Apa masih sakit?",
"Kini tidak lagi", jawab Kaurwaki manja. Ashoka terus meniup jarinya. Kaurwaki lalu berbalik menghadap cermin dan berkata, "Kau tidak seharusnya datang kesini".
Ashoka mendekati Kaurwaki sambil ikut melihat ke cermin, "Apa aku tidak boleh datang untuk menemui calon istriku?", tanyannya.
Kaurwaki berkata, "Aku sedang bersiap-siap untuk acara pertunangan ini"
Dengan manis Ashoka menjawab, "Aku pikir kita telah siap untuk saat ini sejak remaja dulu".
Kaurwaki berbalik menghadap Ashoka, mereka berdua berbagi tatapan yang romantis.
Ashoka memegang tangannya dan membantunya bersiap-siap. Dia mengangguk kepadanya tapi Kaurwaki terlihat terbawa perasaan malah menggeleng, dia akan berbalik, namun Ashoka menahan tangannya dan membuatnya bertatapan lagi. Ashoka mendekati Kaurwaki dan memasangkan Kamarbandha di pinggangnya. Kaurwaki kembali melihat ke arah Ashoka yang terus mengumbar senyum kepadanya.
Kaurwaki merasa malu, namun dia berbalik menghadap cermin ketika Ashoka memakaikannya Chunri (sejenis dupatta atau selendang) yang disampirkan di bahu atau lengan kirinya.
Ashoka mendekatkan tubuhnya dan ikut menatap Kaurwaki di cermin, "Aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu. Jika aku tidak bisa meringankan, maka aku juga akan selalu bersamamu. Aku tidak bisa menjanjikanmu bahwa kita tidak akan memiliki perbedaan tapi aku berjanji untuk mencintaimu, apa pun yang terjadi. Aku tidak bisa memberikanmu kehidupan yang normal tapi aku meyakinkanmu bahwa aku akan mempercayaimu setiap saat. Aku berjanji bahwa hidup kita akan akan selalu lengkap. Aku berjanji untuk membuat semuanya mungkin hingga kita bersama", kata Ashoka mengucapkan janjinya sambil memegang bahu calon istrinya. Dia lalu menyuruhnya duduk di depan cermin lebar itu.
Ashoka lalu memakaikan gelang di lengan Kaurwaki. Kaurwaki yang terbawa perasaan menutup matanya.
"Kau kenapa?", tanya Ashoka yang masih memakaikan gelang. Namun Kaurwaki menjawab dengan gelengan. Kembali dia menatap Ashoka dengan mesra.
Dari sisi pintu ruangan itu, Witthasoka yang mengintip tersenyum melihat kemesraan kakaknya.
Devi yang melangkah di dekatnya melihat Witthasoka sedang sibuk di pintu kamar Kaurwaki.
"Apa yang sedang dia lihat?", batinnya heran. Devi yang akhirnya juga mengintip ikut tersenyum. Sememtara, di dalam ruangan, Ashoka sedang memakaikan kalung dan hiasan di leher Kaurwaki dan memakaikan cincin di jarinya.
Devi menutupi mata Witthasoka dengan tangannya, namun sejenak kemudian Devi membuka sedikit jarinya, membiarkan Witthasoka melihat ke arah ruangan itu lagi.
Dharma yang membawa nampan puja juga melintasi koridor itu. Dia heran saat dia melihat Devi dan Witthasoka seprti itu di pintu kamar Kaurwaki. Dharma ikut bergabung dan menutupi mata Devi. Devi kaget, namun Dharma memberi isyarat agar Devi dan putra bungsunya tetap diam. Di dalam kamar, Ashoka memakaikan Kaurwaki gelang kakinya, sementara Kaurwaki terus menatapnya.
Dharma tersenyum, dia bertambah senang saat melihat Ashoka memasangkan anting di telinga Kaurwaki dan hiasan kepalanya. Kini hiasan bagi Kaurwaki sudah lengkap, dia pun berdiri dari duduknya. Ashoka menatapnya mesra, membelai rambutnya, sementara Kaurwaki hanya tersenyum tersipu malu.