Sinopsis Ashoka Samrat episode 380 by Kusuma
Rasmana. Di ruang sidang istana Magadha, Pattaliputra, Samrat
Bindushara memimpin sidang tentang kegagalan Ashoka menangkap Gondana dan
lolosnya Nirankush. Sushima dianggap sebagai biang kegagalan itu, namun dengan
kelihaiannya Sushima membuat fakta dalam persidangan malah memberatkan
Ashoka.
Bindushara berkata, "Ini mungkin rencanamu, tapi Sushima mempunyai kebenarannya sendiri. Apakah kau memiliki jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu? Faktanya sama tapi sekarang kau yang tampak sebagai pelaku! Apa kau memiliki bukti atau logika lain supaya bisa membuktikan bahwa kau tidak bersalah?".
Pertanyaan Samrat membuat Sushima menggeleng, Siamak sumringah, Charumitra dan Mahamatya tampak senang. Dharma dan Witthasoka tampak tegang, Radhagupta dan Nayaka tampak menunggu jawaban Ashoka. Namun Ashoka hanya diam ditempatnya.
Dari kursinya Dharma bertanya pada Bindushara, "Bagaimana bisa Anda berpikir jika Ashoka akan jatuh serendah ini. Aku memiliki kepercayaan penuh padanya. Dia tidak bisa melakukan itu"
Acharya Radhagupta mendukung ucapan Dharma,"Benar, Samrat. Pangeran Ashoka tidak akan mungkin berkata kepada kita tentang pajak Gondana dan dia juga tidak akan merampas harta Gondana dan mengembalikannya kepada kerajaan jika ia bekerja sama dengan Gondana".
Samrat Bindushara diam belum menanggapi ucapan Acharya, semua orang sedang menunggu kata-kata samrat.
Charumitra berkata, "Samrat, Anda selalu adil dan telah menilai fakta. Ashoka hanya diam yang berarti dia bersalah dalam hal ini. Mengapa Anda tidak melakukan hal yang sama hari ini?".
Dharma menambahkan "Samrat juga telah mengabaikan hatinya sekali sebelum membuat keputusan. Mohon kali ini dengarkan hati Anda sekali lagi"
Setelah diam sejenak, Bindushara berkata mengeluarkan keputusan, "Aku....
"Mohon berhenti dulu, Samrat!", teriak sesorang pria dari pintu ruang sidang. Samrat dan semua orang segera menoleh ke arah pintu ruang sidang. Mereka melihat seorang pria berpakaian hitam sedang mengangkat tangan kanannya, minta samrat berhenti dulu. Pria itu dikenali sebagai Uttara, salah satu pembantu dekat Gondana oleh Ashoka yang mengingatnya. Pria itu lalu melangkah pincang dan turun ke ruang sidang.
Kilas balik ditampilkan, didalam gua, Uttara yang terkapar di tanah berteriak kencang saat Kaurwaki akan menghunjamkan pedang ke dadanya. Uttara yang sudah pasrah dengan kematian menjemputnya malah kaget karena Kaurwaki tidak jadi membuhuhnya dan memilih mengampuni hidupnya. "Aku tidak akan membunuhmu. Hanya katakan kebenaran di ruang sidang Magdhaa bahwa Ashoka mengikuti Sushima untuk menangkap Gondana. Dan kau yang berusaha membunuh Ashoka. Ingat bahwa aku dan Ashoka mengenalimu. Ashoka tidak akan mengampunimu jika kau mencoba melarikan diri karena dia adalah seorang Chanda! Kau boleh memilih yang terbaik bagimu, untuk menyerah atau Ashoka tidak akan mengampunimu ataupun keluargamu!", ancam Kaurwaki dengan marah dengan mata mendelik, kilas balik berakhir.
Siamak dan Sushima menjadi tegang saat melihat Uttara yang masih melangkah pincang mendekati tempat berbicara di depan singgasana. Sementara orang-orang selain para pangeran bingung karena tidak mengenal pria pincang itu.
Bindushara bertanya "Siapa kau? Mengapa kau kemari?".
Uttara yang tubuhnya penuh luka dan memar hanya diam, dia memandang kepada beberapa orang yang pernah bertemu dengannya sebelumnya. Dia melihat Sushima menggelengkan kepalanya pelan ke arahnya.
Ashoka menjawab pertanyaan Samrat, "Dia adalah Uttara, pembantu dekat Gondana", sambil menuding ke arah Uttara. Sushima membung mukanya, sementara Siamak menunduk resah.
Uttara mengangguk dan menjawab, "Ya benar, Samrat. Aku telah kalah sebelum mati, Aku telah dikalahkan Ashoka. Aku bisa membohongi semua orang tapi Ashoka tidak. Aku menerima kegagalanku di hadapan semua orang hari ini. Aku telah menyerah".
Bindushara berkata berat, "Siapa Gondana itu dan dimana dia tinggal? Jika kau mengungkapkannya semua, Aku akan mengampuni hidupmu".
Uttara diam sambil berpikir, "Jika aku berterus terang tentang kebenarannya maka Gondana tidak akan mengampuni nyawaku ataupun juga keluargaku. Aku telah menyelamatkan diriku sendiri dari Ashoka. Sekarang hanya ada satu cara untuk menyelamatkan keluargaku".
Di tempatnya, Sushima menatap ke arah Uttara dengan tajam, sedangkan Siamak semakin gelisah.
Uttara menjawab, "Akulah Gondana".
Semua orang kaget dan kebingungan mendengar pengakuan Uttara.
Uttara melanjutkan, "Aku memang Gondana dan juga Uttara. Aku memiliki dua identitas itu dihadapan semua orang sehingga orang takut mendengar nama Gondana yang memang tidak dikenali orangnya. Aku mengatur banyak uang pungutan pajak sehingga tidak ada yang mencurigaiku. Aku tahu permainanku sekarang sudah berakhir namun Aku tidak mau menanggung hukuman".
Uttara secepat kilat meminum cairan yang beracun dari botol kecil yang dikeluarkan dari pakaiannya sebelum ada yang dapat mencegahnya. "Hentikan dia!", teriak Bindushara dari atas tahtanya.
Nayaka segera memegangi lengan Uttara agar tidak jatuh, dua prajurit datang membantu, namun Uttara sudah terkapar dan jatuh lemas ke lantai ruang sidang. Uttara dengan cepat menghembuskan nafasnya yang terakhir di hadapan semua orang di ruang sidang itu. Nayaka segera memeriksa denyut nadinya di lengan dan leher Uttara. Nayaka menggeleng kepada Bindushara karena tidak ada harapan apapun lagi. Bindushara merasa kesal, Sushima merasa lega, demikian juga Siamak lebih lega lagi karena identitas Gondana asli masih rahasia bagi orang lain.
Ashoka hanya bebgong di tempatnya, dia berpikir, "Ini mustahil! Seseorang yang kejam seperti Gondana tidak bisa mati atau menyerah semudah ini". Acharya memandang ke arah Ashoka yang sedang berdiri dengan resah.
Bindushara "Adalah benar dan fakta itu terkenal bahwa seseorang yang sekarat tidak pernah berbohong. Dia ingin melakukan hal baik di saat-saat terakhir hidupnya. Kata-kata Uttara membuktikan bahwa Ashoka tidak bekerja sama dengan Gondana maupun mendukungnya. Dia melakukan itu semua untuk menangkap Gondana dan dia berhasil melakukannya".
Dharma, Witthasoka, Acharya dan Nayaka merasa lega mendengar ucapan Samrat. Sedangkan Sushima, Siamak, Charumitra dan Mahamatya hanya diam mendengar keputusan itu.
"Di sini Aku melihat Ashoka tidak mempercayai kakaknya dan sebaliknya Sushima juga tidak mempercayai Ashoka. Kedua bersaudara ini tidak mempercayai satu sama lain karena memang sudah ada kerenggangan diantara mereka. Dan akibatnya, Sushima dihina di hadapan para warga kota. Dan kau Ashoka, Aku telah kehilangan kepercayaanku kepadamu lagi, Kau harus tahu itu. Tapi sekarang semua sudah berakhir dengan baik. Sekali lagi aku memperingatkan kedua pangeran, datanglah kepadaku jika kalian memiliki beberapa masalah dan beritahu aku. Aku mengucapkan selamat kepada Ashoka dan pendukungnya karena telah mengakhiri komplotan Gondana dan anak buahnya yang merajalela. Dan untuk Siamak dan juga Sushima, Aku minta jangan meragukan saudaramu, Ashoka di masa-masa mendatang".
Siamak dan Sushima diam menundukkan kepala, sedangkan Charumitra dan Mahamatya diam dengan pikiran yang kurang puas.
"Dengan ini sidang dibubarkan!", kata Samrat Bindushara menutup pertemuan itu. Ashoka tampak resah karena sibuk dengan pikirannya, sambil memandang mayat Uttara yang masih tergolek di lantai ruang sidang itu.