Sinopsis Ashoka Samrat episode 344 by Kusuma
Rasmana. Di kamar penginapannya, dekat pasar Rajagira, Kaurwaki sedang
bersiap-siap untuk mandi, seorang pelayan membantu dia melepaskan perhiasan di
badannya, seperti anting, kalung, gelang. Bela datang berlari dengan bungkusan
kain dan mendekatinya, nafasnya tersengal.
"Pemuda yang mengangkat barang itu ada di ruangan depan.... Dia mengenakan kalung yang ... yang..!", Bela berkata dengan terputus-putus karena harus mengatur nafas. "Tenanglah dulu... tenang! Apa yang mau kau katakan?", tanya Kaurwaki.
"Pemuda itu sepertinya pangeran Ashoka, dia memakai kalung yang sama", kata Bela.
Kaurwaki tanpa menunggu Bela selesai bicara, segera berlari bersemangat menuju ruangan depan. Langkahnya disusul oleh Bela.
"Pemuda yang mengangkat barang itu ada di ruangan depan.... Dia mengenakan kalung yang ... yang..!", Bela berkata dengan terputus-putus karena harus mengatur nafas. "Tenanglah dulu... tenang! Apa yang mau kau katakan?", tanya Kaurwaki.
"Pemuda itu sepertinya pangeran Ashoka, dia memakai kalung yang sama", kata Bela.
Kaurwaki tanpa menunggu Bela selesai bicara, segera berlari bersemangat menuju ruangan depan. Langkahnya disusul oleh Bela.
Sementara di jalan pasar, Ashoka berjalan menuntun Garuda. Dia teringat dengan pelayan putri raja barusan. "Mengapa pelayan itu menatapku sedemikian rupa dan terkejut?", batin Ashoka sambil melangkah.
Kaurwaki dan Bela tidak menemukan siapa pun di ruangan itu.
"Tidak ada siapa pun disini..Dimana dia? Aku sudah minta dia menunggu..", kata
Bela. Kaurwaki merasa sedih, wajah yang semangat yang tadi berganti menjadi
suram kembali.
Ashoka menuntun Garuda sampai di depan rumahnya, namun suara
teriakan terdengar dari dalam.
"Berhenti!", teriak Dharma yang muncul dari dalam rumah dengan wajah marah dan tangannya memegang batang ranting. Dia mendekati Ashoka dan mulai mengomel memarahi Ashoka.
"Berhenti!", teriak Dharma yang muncul dari dalam rumah dengan wajah marah dan tangannya memegang batang ranting. Dia mendekati Ashoka dan mulai mengomel memarahi Ashoka.
"Kau telah bersumpah untuk berubah? Kapan?", tanya Dharma sambil memukulkan batang ranting itu ke lengan Ashoka. Ashoka yang tidak mengerti atau tidak peduli hanya diam. Dia memukulkan batang ranting lagi ke tangan dan kaki Ashoka berkali-kali. "Tidak ada perubahan sikapmu setelah datang ke sini! Mengapa kau tidak menyelesaikan pekerjaan mereka? Mereka telah memberi kita tempat tinggal dengan gratis", kata Dharma lagi.
Ashoka yang tidak peduli dengan pukulan itu yang mungkin baginya tidak seberapa sakitnya malah berjalan menuju pojok rumah dan menambatkan Garuda dibawah pohon Kamboja. "Bicaralah pada ibu!", teriak Dharma melihat Ashoka yang hanya diam seperti tidak peduli. Ashoka lalu mengeluarkan uang keping tembaga dari lipatan kainnya yang ia peroleh dengan susah payah dan menempatkan di tangan ibunya.
"Uang apa ini?", tanya Dharma
"Aku telah mendapatkan itu dengan bekerja keras. Ibu harus melakukan puja besok pada hari ulang tahunnya".
Dharma menatap Ashoak dengan kaget, ranting kayu yang dipegang jatuh dari tangannya "Kau ingat ulang ayahmu?",tanya Dharma terbata-bata.
Ashoka menjawab, "Aku ingat ulang tahun suami ibu. Ibu melakukan puja setiap tahun pada hari ini seperti selama ini!"
Dharma memeluknya dan menangis.
Ashoka terharu menitikkan airmata, "Ibu, aku merasa seolah-olah ibu memelukku setelah puluhan tahun dan tidak hanya sepuluh tahun!". Keduanya saling berbagi tangisan haru.
Witashoka muncul dari dalam rumah, dia kaget melihat kakak dan ibunya berpelukan
Dharma dan Ashoka segera melepaskan pelukan dan menghapus air mata mereka.
Witashoka mengeluh kepada ibunya, "Aku tidak penting lagi, Bu. Kalian sudah mulai berbicara satu sama lain secara langsung sekarang. Aku kehilangan peran sekarang. Kalian telah membuatku tidak berguna!"
Ashok berjalan mendekati adiknya, "Beritahu ibumu, beri aku makanan. Aku sangat lapar".
Dharma juga membalas melalui Witashoka, "Katakan pada kakakmu untuk menyegarkan diri. Aku akan menyiapkan makanannya".
Dharma membelai pipi Witashoka dan masuk ke dalam, Ashoka segera menggendong adiknya.
Di dalam kamar, Dharma teringat ucapan Ashoka tadi. Dia jadi merenungi masa bahagia pernikahannya dengan samrat di Champanagari dan masa bahagia saat di istana Magadha. Dia tersenyum lalu menangis teringat saat-saat itu.
Ashoka melangkah keluar saat mendengar ada ketukan di pintu
belakang.
Ashoka membuka pintu dan melihat seorang Acharya berdiri di halaman belakang. Acharya itu adalah orang yang sama yang meramalkan Ashoka saat di acara Kumbha Mela, di tepi sungai Gangga beberapa wakktu yang lalu.
Ashoka berkata keras, "Wit, Aku segera kembali". Dia segera menutup pintu belakang dari luar.
Ashoka membuka pintu dan melihat seorang Acharya berdiri di halaman belakang. Acharya itu adalah orang yang sama yang meramalkan Ashoka saat di acara Kumbha Mela, di tepi sungai Gangga beberapa wakktu yang lalu.
Ashoka berkata keras, "Wit, Aku segera kembali". Dia segera menutup pintu belakang dari luar.
Ashoka melangkah mendekati Acharya itu, "Apa yang kau lakukan
disini?"
Acharya berkata, "Aku datang untuk mengingatkanmu bahwa waktunya telah tiba!"
Ashoka bingung tidak mengerti, "Apa maksudmu?".
Acharya menjelaskan, "Kau telah mendengar tentang kompetisi yang akan diselenggarakan di Nalanda. Mungkin kau tidak mendengar bahwa Sushima juga akan mengambil bagian di dalamnya. Sushima hanya menyiapkan jebakan untukmu agar datang dan ikut dalam kompetisi itu". Ashoka marah mendengarnya, tangannya mengepal.
Ashoka bertanya dengan nada tinggi,"Kau siapa sebenarnya? Mengapa kau datang untuk memberitahuku?"
Acharya menjawab, "Aku hanya bakta (pendoa) yang baik".
Ashoka tidak puas dengan jawaban Acharya. Dia mengancam Acharya dengan pukulan tinjunya. Namun suara Dharma terdengar memanggilnya. "Chanda!", teriak Dharma memanggil Ashoka di halaman depan rumahnya.
Ashoka menatap acharya dengan tatapan tidak suka, namun acharya tetap tersenyum.
Acharya berkata, "ibumu tidak boleh mengetahui semua ini".
Ashoka segera pergi meninggalkan acharya dengan perasaan kesal.
Dharma melihat Ashoka muncul dari lapangan depan rumahnya yang luas. Dia bertanya,"Kau darimana tadi?". Ashoka tidak menjawab, hanya menggeleng berusaha meredakan kekesalannya.
Dharma mengatakan kepadanya "Aku telah menyiapkan makanan".
Ashoka menolak "Aku tidak lapar, Bu", Ashoka melangkah ke dalam rumah.
Dharma bingung dengan tingkah Ashoka dan bertanya pada Witashoka.
Witashoka mengangkat bahu sebagai isyarat dia tidak tahu.
Acharya berkata, "Aku datang untuk mengingatkanmu bahwa waktunya telah tiba!"
Ashoka bingung tidak mengerti, "Apa maksudmu?".
Acharya menjelaskan, "Kau telah mendengar tentang kompetisi yang akan diselenggarakan di Nalanda. Mungkin kau tidak mendengar bahwa Sushima juga akan mengambil bagian di dalamnya. Sushima hanya menyiapkan jebakan untukmu agar datang dan ikut dalam kompetisi itu". Ashoka marah mendengarnya, tangannya mengepal.
Ashoka bertanya dengan nada tinggi,"Kau siapa sebenarnya? Mengapa kau datang untuk memberitahuku?"
Acharya menjawab, "Aku hanya bakta (pendoa) yang baik".
Ashoka tidak puas dengan jawaban Acharya. Dia mengancam Acharya dengan pukulan tinjunya. Namun suara Dharma terdengar memanggilnya. "Chanda!", teriak Dharma memanggil Ashoka di halaman depan rumahnya.
Ashoka menatap acharya dengan tatapan tidak suka, namun acharya tetap tersenyum.
Acharya berkata, "ibumu tidak boleh mengetahui semua ini".
Ashoka segera pergi meninggalkan acharya dengan perasaan kesal.
Dharma melihat Ashoka muncul dari lapangan depan rumahnya yang luas. Dia bertanya,"Kau darimana tadi?". Ashoka tidak menjawab, hanya menggeleng berusaha meredakan kekesalannya.
Dharma mengatakan kepadanya "Aku telah menyiapkan makanan".
Ashoka menolak "Aku tidak lapar, Bu", Ashoka melangkah ke dalam rumah.
Dharma bingung dengan tingkah Ashoka dan bertanya pada Witashoka.
Witashoka mengangkat bahu sebagai isyarat dia tidak tahu.
Acharya Radhagupta, Nayaka, dan Acharya yang sama bertemu di
suatu tempat dalam sebuah ruangan, namun masih di Rajagira.
Acharya Radhagupta bertanya kepada Acharya yang baru saja bertemu Ashoka. "Apakah kau memberitahu Ashoka?", tanya Radhagupta.
Acharya itu mengangguk, "Aku telah memberitahu Ashoka. Sedangkan Rani Dharma tidak tahu apa-apa".
Acharya Radhagupta bertanya kepada Acharya yang baru saja bertemu Ashoka. "Apakah kau memberitahu Ashoka?", tanya Radhagupta.
Acharya itu mengangguk, "Aku telah memberitahu Ashoka. Sedangkan Rani Dharma tidak tahu apa-apa".
Acharya Radhagupta berkata, "Penantian selama 10 tahun akan berakhir dalam beberapa hari. Setelah pertarungan ini, para adharmi (pendukung Adharma/kebatilan) akan musnah! dan pendukung Dharma (kebajikan) akan menang!".
Kilasan adegan menampilkan Ashoka berlari, menangkap tiang bendera merah bergambar singa yang melayang di udara, lalu menegakkan bendera itu di suatu tempat, dengan latar belakang lagu Ashoka Haa Ashoka Hai.
"Hanya satu yang layak bagi semua itu, dialah seorang Jananayaka (pemimpin rakyat), Mahanayaka (pemimpin besar), Mahayudha (ksatria hebat), putra sejati dari dinasti Maurya, pewaris singgasana Magadha yang layak akan menang! Dia akan kembali lagi untuk memenuhi impian Acharya Chanakya akan akhanda Bharata (persatuan India). Segera akan muncul di dunia secara nyata seorang Chakrawarti Samrat Ashoka!", kata Radhagupta.