Sinopsis Ashoka Samrat episode 336 by Kusuma
Rasmana. Di Awantipuram, Ujjaini, di dalam rumahnya, Dharma tengah
mengepak barang-barang milik Ashoka karena dia minta agar Ashoka pergi keluar
dari Awantipuram, atau bila perlu keluar dari Ujjaini. Dharma menemukan kain
yang ada bekas kaki yang mengingatkan dia saat ditendang keluar dari istana pada
10 tahun yang lalu. Dia trauma dan ketakutan mengingat peristiwa itu. Ashoka
yang melihat ibunya ketakutan sambil memegang kain itu segera bangkit. Ashoka
merampas kain itu dari tangan ibunya dan meminta ibunya untuk berhenti mengepak
barang-barangnya.
"Kita sudah melarikan diri sejak 10 tahun terakhir. Siapa yang ingin ibu selamatkan? Mereka pantas dihukum, biar mereka merasakan itu! Ibu memaksaku bersumpah untuk menghentikanku pergi ke sana. Sekarang biarkan dia datang ke sini!", kata Ashoka dengan nada tinggi.
Dharma menanggapi dengan kesal, "Kau tidak bisa melihat apapun kecuali balas dendam. Apa masalah saat ini belum cukup sehingga kau mengundang lebih banyak masalah lagi?"
Ashoka menjawab, "Ibu khawatir tanpa alasan! Percayalah Ganapati (Dewa Ganesha)-ibu jika ibu tidak percaya kepadaku. Ayah telah melupakanku, tapi Tuhan tidak akan pernah lupa apa yang aku lakukan untuk melindungi arca-Nya. Aku melakukan apa yang ibu minta aku lakukan. Aku tidak datang menghadap mereka. Aku bukan orang yang baik tapi aku tahu hanya pengecut yang menyerang dari belakang. Ibu mengajarkan Chanda hari ini untuk menyerang dari belakang. Ibu putuskan hari ini, siapa yang benar dan siapa yang tidak!"
Dharma hanya duduk tertunduk mendengar ucapan Ashoka. Tiba-tiba hidungnya terganggu dengan bau busuk.
Dharma bertanya sambil mengibaskan tangan didepan hidungnya, "Bau busuk apa ini?".
Witashoka datang ke kamar, dia menjawab, "Tidak tahu, Bu. Aku juga menciumnya. Aku tidak bisa tahan diluar lagi".
Di balkon atas, Seth Daniram keluar dari kamarnya dengan
menggerutu karena terganggu bau busuk itu. "Angin bertiup bersamaan dengan bau
busuk. Dari mana bau ini berasal?", kata Dhaniram
Di pasar kota, orang-orang yang ada disitu juga mengeluh karena
bau busuk yang tiba-tiba tercium, membuat mereka menutup hidung
mereka.
Nirankush, raja Ujjain datang kesana dengan menunggang kuda dan diikuti beberapa orang prajuritnya. Orang-orang di pasar memperhatikan rombongan penguasa yang datang dengan tetap menutup hidung mereka. Namun beberapa orang masuk ke dalam rumah dan menutup pintu maupun jendelanya, karena tidak tahan bau busuk. Seorang anak laki-laki terbatuk-batuk karena mencium aroma busuk itu.
Nirankush, raja Ujjain datang kesana dengan menunggang kuda dan diikuti beberapa orang prajuritnya. Orang-orang di pasar memperhatikan rombongan penguasa yang datang dengan tetap menutup hidung mereka. Namun beberapa orang masuk ke dalam rumah dan menutup pintu maupun jendelanya, karena tidak tahan bau busuk. Seorang anak laki-laki terbatuk-batuk karena mencium aroma busuk itu.
Nirankush yang mendengar suara batuknya segera mendekati anak itu dan menatapnya tajam. Ia turun dari kudanya. Anak itu berusaha menghindar saat Nirankush memegang tangannya. Anak itu masih berusaha menutup hidungnya.
Nirankush bertanya, "Apa yang kau katakan?". Anak laki-laki itu tidak mampu menahan bau busuk lagi hingga ia jatuh pingsan.
Nirankush tertawa dan berkata, "Lihat terorku! Dia pingsan karena rasa takutnya".
Prajurit hanya diam tidak menanggapi. Namun salah seorang prajurit bergumam, "Siapa yang akan mengatakan kepadanya bahwa anak itu pingsan oleh bau busuk, bukan karena takut padanya".
Nirankush kembali naik ke kudanya dan pergi dari sana bersama rombongannya.
Di rumah Seth Daniram, Seth Dhaniram dan Devi keluar dari
rumahnya. Demikian juga Ashoka, Witashoka, dan Dharma keluar dari rumah
kontrakan mereka karena memang dalam satu pekarangan. Mereka semua menutup
hidung karena bau busuk semakin menyengat. Di kejauhan tampak Nirankush dan para
prajuritnya yang melewati jalan di depan rumah semakin mendekat dan akhirnya
bermaksud masuk ke pekarangan rumah Seth Dhaniram.
Devi mengenalinya bahwa itu adalah rombongan Nirankush, raja Ujjaini.
Devi mengenalinya bahwa itu adalah rombongan Nirankush, raja Ujjaini.
Nirankush turun dari kuda dan melangkah mendekati pintu gerbang yang tertutup sambil dipayungi oleh seorang pelayan. Ashoka mengambil secarik kain yang ada di pundak Dhaniram. Dia berjalan ke arah pintu gerbang sambil mengibaskan kain, mungkin bermaksud mengusir bau busuk. Ia membuka pintu gerbang dan terus mengibaskan kain di depan Nirankush. Entah bermaksud menghina raja itu agar tidak masuk ke halaman rumah. Semua penghuni rumah itu takut dan khawatir dengan kelakukan Ashoka. Ashoka mundur selangkah ke halaman lagi dan dengan sambaran kain, dia menarik sebuah kursi kayu yang ada di halaman lalu melemparkannya dan jatuh ditempat Nirankush berdiri. Nirankush harus menghindar mundur kalau tidak ingin celaka karena sambaran kursi yang jatuh namun posisi kursi tetap berdiri.
Dharma, Dhaniram, dan Devi kaget melihat keberanian dan kelancangan Ashoka, sementara Witashoka malah senang menikmati.
Ashoka keluar melewati gerbang mendekati Nirankush dan meminta Nirankush agar duduk di kursi itu. Nirankush akhirnya duduk dengan perasaan ragu.
Nirankush berkata, "Jadi kau orangnya yang tidak membiarkan relief Ganapati dihancurkan dan kau juga memukuli prajuritku?". Nirankush tertawa seakan meremehkannya.
Ashoka menjawab, "Aku bisa meyakinkanmu dengan menunjukkannya lagi".
Dhaniram kaget mendengar jawaban Ashoka. Dharma terlihat cemas dan gelisah. Devi berkata, "Dia tidak pernah memikirkan apa yang bisa terjadi dengan menantang penguasa ini", namun Witashoka malah mengisyaratkan Devi untuk diam.
Nirankush berdiri dan berkata, "Bagus! Aku sudah bertemu denganmu. Aku ingin melihat aksimu lagi. Lebih dari apa yang telah kau lakukan sebelumnya. Aku tidak datang untuk menghukum. Aku datang untuk memberikan hadiah karena keberanianmu!". Ashoka mundur selangkah sambil mengibaskan kain.
Nirakush kembali duduk di kursi, "Aku ingin kau menjadi kepala tentaraku!"
Ashok mengibaskan kain lagi entah karena bau busuk atau bermaksud tidak sopan. Seth Dhaniram bertanya-tanya heran, "Kepala tentara?"
Ashoka berjalan mendekati Nirankush dan berkata, "Tidak ada bedanya jika kau menginginkan ini atau tidak. Aku bebas untuk menentukan menjadi apapun!".
Di halaman rumah, Devi berkata, "Lihat sikapnya..", Witashoka senang melihat sikap kakaknya.
Ashoka bermaksud melangkah kembali ke halaman rumah, namun Nirankush tiba-tiba bangkit dan berteriak marah sambil mengangkat kedua tangannya untuk menyerang.
Dharma, Dhaniram, Devi dan Witashoka kaget mendengar teriakan itu. Ashoka yang mau masuk halaman berbalik menatapnya. Dia melemparkan ujung kain dan menjerat kaki Nirankush serta menyentakkan kain itu dengan tarikan sehingga Nirankush terjengkang jatuh ke tanah.
Namun itu hanyalah imajinasi Nirankush, yang mungkin dari rasa takutnya bila terjadi kemungkinan Ashoka melakukan itu.
Nirankush masih berdiri dalam sikap semula dengan kedua tangan diangkat ke depan.
Nirankush berusaha meredakan amarahnya, kedua tangannya diturunkan. Lalu dia duduk kembali dan berkata, "Aku ingin kau menerima tawaranku. Jika tidak, aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku akan terus duduk di sini!"
Nirankush tertawa, sementara di halaman, Devi dan ayahnya meminta kepada Dharma agar memberi pengertian kepada Ashoka untuk menerima tawaran raja. Namun Dharma hanya diam belum bisa menanggapi.
Ashoka lalu masuk ke halaman dan menutup pintu gerbang luar.
Melihat Ashoka malah pergi, Nirankush berdiri dan berteriak, "Ada apa? Kau ingin berpikir dulu? Terima tawaranku. Jika tidak, aku telah memiliki cara lain untuk meyakinkanmu!". Ashoka tidak peduli teriakan itu.
Ashoka melemparkan kain yang dipakai tadi kepada Dhaniram, lalu masuk ke rumahnya, diikuti ibu dan adiknya.
Di depan gerbang, di luar pekarangan rumah, Nirankush duduk kembali di kursi dan berguman, "Ashoka tidak tahu mengapa aku datang kesini. Karena Sushima yang akan bertemu dengan Ashoka. Sushima sudah menjadi lebih kejam sekarang!". Nirankush tertawa lepas meluapkan kegembiraannya.