Sinopsis Ashoka Samrat episode 331 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 331 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Ashoka melangkah menuju bangku yang ada di sudut halaman. Dia menjawab dengan tegas, "Mereka yang datang kesini tidak mendapat kesejahteraan apapun. Semua orang tahu mereka harus membayar, jadi aku menyelamatkan mereka dari bahaya. Aku tidak bisa melakukan sesuatu dengan gratis lagi. Aku tidak bisa melakukan amal tanpa imbalan lagi". "Wit, tanyakan kepada ibu, siapa yang datang ke sini dan kemana dia pergi?", tanya Ashoka bertanya Dharma melalui Witashoka.

Dharma menjawab dengan pertanyaan, "Wit, tanyakan kepadanya apa yang akan dia dapatkan dengan pergi ke sana?", Witashoka belum berkata apapun, namun Ashoka bangkit dengan kasar dari duduknya dan membanting bangku. Sementara Devi dan Dhaniram semakin heran dan terkejut melihat pertengkaran keluarga itu.

Ashoka meminta ibunya agar membiarkan dia pergi ke Pattaliputra sekali saja. "Ibu bahkan tidak membiarkanku menyebut nama dari Pattaliputra lagi". Dia lalu meminta adiknya untuk membuat ibunya mengerti. Namun Dharma dengan tegas menolak mengizinkannya pergi kesana. "Aku hanya akan kembali pulang dengan putraku, bukan dengan Chanda!", kata Dharma.

Devi yang sedari tadi melihat dan menguping pertengkaran itu menyadari bahwa keluarga itu berasal dari tempat atau kerajaan lain. "Apa mereka sedang menyembunyikan sesuatu?", gumannya yang juga menumbuhkan rasa ingin tahu ayahnya yang ikut mengamati.
Melalui Witashoka, Dharma berkata tidak langsung, "Wit, bilang kepadanya, Aku tidak akan pernah membiarkan dia pergi ke sana". Witashoka bermaksud meneruskan kata-kata itu, namun Ashoka malah langsung masuk ke dalam kamarnya. Dalam kemarahannya, dia mendorong pintu kamar dengan kasar.
Sepeninggal Ashoka, Dharma berpikir, "Semakin aku mencoba untuk mencegah dia berubah menjadi chanda (kejam), semakin cepat perubahan itu terjadi".
Dharma hanya bisa berdoa pasrah, "Ya, Tuhan, apa yang Engkau pikirkan tentang putra hamba? Bagaimana dia akan kembali menjadi Ashoka? Tunjukkanlah hamba jalan".
Masih ditempat yang sama, malam harinya.

Dharma menidurkan putra bungsunya, Witashoka sambil bersenandung. Lagu "Mein Jo Dil Liye Tere Pichche Baghoon" dimainkan dalam adegan ini. Dharma membelai Witashoka agar cepat tertidur, namun sejatinya dia teringat saat menyuapi Ashoka waktu kecil, menyuapi suaminya, Bindushara bersama Ashoka saat masih bahagia di istana Magadha, Pattaliputra. Sambil terus bersenandung, Dharma teringat juga ketika mengobati Ashoka terluka saat saat masih tinggal di dusun.
Sementara Dharma terus bersenandung, dikamar lain Ashoka mondar-mandir dengan marah. Ia gelisah dan memikirkan semua yang terjadi di Pattaliputra yang menyebabkan dia diusir oleh ayahnya sepuluh tahun yang lalu.
Ashoka merasa terganggu oleh senandung yang dinyanyikan Dharma, karena tu dia menutupi kedua telinganya.

Tanpa sengaja, dia membuka peti pakaian yang ada di kamar itu. Ia melihat secarik kain yang ada bekas kaki, Ashoka jadi teringat hinaan Sushima terhadap ibunya saat meninggalkan Pattaliputra. Ashoka lalu pergi keluar kamar, sementara di kamarnya, Dharma yang melihat Witashoka tertidur, mulai menangis entah karena teringat suami atau merenungi nasibnya kini.
Tiba-tiba Dharma mendengar seseorang mengetuk pintu.
Dharma bertanya-tanya dalam hati, "Siapa yang datang pada jam seperti ini?". ,Dharma bertanya dari dalam, "Siapa itu?".
Terdengar suara lelaki menjawab, "Pattaliputra menunggu Anda untuk mendengarkan seruan Jay Janani (hidup Ibu pertiwi)!". Dharma terkejut dengan jawaban itu. Dia segera membuka pintu, ia semakin terkejut melihat panglima Nayaka ada didepan pintu. Dharma mendelik seakan tidak percaya dengan penglihatannya.

Nayaka mengucapkan salam, "Rani Dharma, salam! semoga Anda bahagia".
Dharma melihat ke arah sosok yang satunya, seorang berpakaian putih dan membawa tongkat. Dia adalah Acharya Radhagupta yang juga datang ke tempat itu. Dharma segera menyapa Acharya Radhagupta
Demi keamanan dan kerahasiaan mereka, Dharma bertanya, "Apakah seseorang melihat kalian datang kesini?"
Nayaka memastikan tidak ada yang mengetahui kedatangan mereka. "Bahkan Ashoka tidak melihat kami karena kami datang saat dia baru saja pergi".
Devi yang saat itu berjalan di balkon atas kaget melihat Dharma mengajak dua orang masuk ke dalam rumahnya. "Siapa mereka?" batinnya dalam hati.
Di ruangan Dharma dalam rumah besar itu, Dharma berbincang dengan Radhagupta yang duduk, sedangkan Nayaka hanya berdiri. Dharma bertanya kepada kedua tamunya, "Apa semuanya baik-baik saja?"

Acharya Radhagupta berusaha menjelaskan keadaan keluarga istana saat ini. "Tidak ada orang yang tahu bahwa kalian masih hidup. Mahamatya telah menyebarkan seluruh mata-matanya tapi tidak ada yang berhasil mendapatkan petunjuk tentang keberadaan kalian hingga saat ini, termasuk Sushima. Aku akan memberi Anda kabar bila ada perkembangan".
Nayaka berkata, "Kepada Ashoka, aku telah bersumpah untuk melindungi kalian semua namun aku merasa begitu tak berdaya melihat keadaan kalian seperti ini".
Dharma menjawab, "Aku telah menerima ini sebagai takdir. Kau juga harus menerimanya hanya seperti itu. Kenapa kalian ada di sini ketika tidak ada masalah di Pattaliputra?"

Acharya Radhagupta menjawab, "Kekerasan dan ketidakadilan banyak terjadi pada para warga di Pattaliputra. Ashoka sangat dibutuhkan di sana. Cintanya untuk ibu pertiwi masih sangat tinggi".
Dharma menjawab, "Itu saja tidak cukup. Ada saatnya ketika Ashoka tenang seperti sungai yang akan memberikan kebahagiaan dan kemakmuran bagi orang-orang. Namun hari ini sungai itu hanya tahu bagaimana untuk menghancurkan semuanya. Situasi hanya akan tambah buruk jika ia pergi sekarang!". Nayaka dan Radhagupta hanya bisa saling pandang atas kata-kata Dharma.
Devi yang penuh rasa ingin tahu mulai menuruni tangga ke bawah untuk mengetahui siapa dua orang tamu yang diterima Dharma. Dharma mempersilakan Nayaka dan Radhagupta yang hendak berpamitan. Namun mendadak Dharma teringat sesuatu, "Bagaimana keadaan Bindushara?", tanya Dharma. Dua orang tamunya yang hendak pergi pun membalikkan badan.

Acharya Radhagupta menjawab, "Dia telah menjadi lebih kuat dan tegas dari sebelumnya. Samrat telah berubah menjadi orang yang benar-benar tanpa ampun, kejam, dan tidak mempercayai siapapun hari ini. Dia pasti sangat kesepian". Di tampilkan adegan di istana Magadha, Pattaliputra, bagaimana seorang tahanan kerajaan dirantai, dicambuk dan dipenggal kepalanya oleh Samrat sendiri. Ditampilkan juga bagaimana sosok Bindushara yang berambut panjang, berwajah garang dengan kumis tebal melintang meminta pembangunan benteng istana dan peningkatan keamananan istana kepada para punggawanya di ruang sidang.

Dharma yang kurang nyaman mendengar penjelasan itu berkata, "Aku bertanya tentang suamiku, bukan samrat Magadha, Acharya"
Acharya Radhagupta kembali menjelaskan, "Setiap orang bisa melihat wajahnya yang garang, namun dibalik itu mereka melihat ketidakbahagiaannya suami Anda. Dia pasti sangat merindukan Anda tapi dia tidak pernah mengakuinya karena dia begitu terluka".
Dharma berkata, "Samrat mengalami itu semua, bukankah disana ada Rani Subhrasi. Bagaimana kabarnya?".

Radhagupta menjawab, "Mengenai ibu dari Drupada, dia sekarang senantiasa dalam pelayanan dan mengabdikan diri sepenuhnya kepada Tuhan".
Nayaka menambahkan, "Rani Subhrasi sekarang mempunyai kemampuan pawisthe dresta (melihat masa depan) dan menjadi seorang Sadhawi (peramal)". Dharma terkejut mendengar keterangan mengenai Rani Subhrasi.

Kilas balik ditampilkan, dalam kuil istana, di depan lingga Shiwa, didampingi beberapa orang berpakaian putih sambil meminkan alat musik dalam suatu ritual, Rani Shubhrasi memainkan rebab sambil larut dalam nyanyian pujian dengan mata terpejam. Dia lalu membuka matanya, wajahnya berbinar dan berkata, "Dia sangat tenang. Tidak dikenali, tapi waktu akan berubah. Dia akan segera datang! Singgasana menunggunya! Bharata (India) menunggu penyatuan kembali. Ashoka akan mempersatukan Bharata! Waktunya tidak jauh!". Semua kejadian itu disaksikan langsung oleh Acharya Radhagupta, kilas balik berakhir.

Dharma kaget dan takjub mengetahui Shubhrasi telah berubah menjadi Sadhawi (orang yang bisa melihat masa depan dan meramal).

CUPLIKAN : Mahamatya berkata kepada Sushima yang berdiri bersama Charumitra. "Aku telah memeriksa setiap kerajaan kecuali Ujjain. Aku yakin dia (Ashoka) hanya ada disana!", katanya. Sushima tersenyum dengan informasi itu. Kaurwaki mengetahui Ashoka akan datang ke sebuah bar tempat minum pada hari ini dari pelayannya. Dalam sebuah bar, tampak Ashoka sedang minum bersama beberapa orang.

PREV  1  2  NEXT
Bagikan :
Back To Top