Sinopsis Ashoka Samrat episode 327 bag 2 by Kusuma
Rasmana. Dalam tidak sadarnya, Dharma bermimpi tentang Ashoka dalam
sosok pangeran membawa busur dan panah seperti Sri Rama. Namun sejenak kemudian
sosok Ashoka itu berubah, dia berpakaian perang seperti sosok Rahwana dengan
tertawa terbahak-bahak dan mengangkat golok besarnya. Ashoka mulai melakukan
pembantaian berdarah terhadap orang-orang dan melampiaskan marah dan dendamnya.
"Sekarang kau akan melihat kekejamanku!", kata Ashoka. Dharma hanya bisa
berteriak, "tidakkkk!!.
Dharma pun terbangun dan masih berteriak, "tidaakkk!"
Bindushara yang disamping segera memanggilnya dan Dharma yang baru tersadar
hanya menyebut, "Ashoka, putraku!". Bindushara berbohong kepadanya bahwa Ashoka
beristirahat di ruangan lain yang berdekatan. "Aku akan membawanya", kata
Bindushara menanggapi Dharma yang meminta bertemu dengan Ashoka.
Mahamatya datang ke pekuburan mencari Yama. Disana tampak
seseorang sedang menikmati kesenangan mengais abu bekas pembakaran jenazah dan
bermain dengan tengkorak manusia. Mahamatya menanyakan Yama kepada orang itu,
orang itu menunjukkan pondok tempat Yama berada. Didalam pondok, Yama yang
berpenampilan seram itu mengejutkan Mahamatya yang masuk ke pondok dengan
berhati-hati. Yama menunjukkan kepada Mahamatya tentang koleksi tengkorak dari
orang-orang yang ia bunuh dengan tangannya sendiri. "Ini memberimu ketenangan
untuk tidur di samping mereka", kata Yama. Mahamatya memberikan sekantong uang
kepadanya dan berkata, "Kau akan mendapatkan lebih banyak setelah pekerjaan
selesai". Yama merasa senang dengan permintaan itu.
Di kamar peraduan Dharma, Dharma tidak sabar ingin bertemu
Ashoka, namun putra yang ditunggu itu tidak muncul juga. Bindushara akhirnya
memberitahu Dharma bahwa Ashoka sudah pergi dari istana. "Dia tidak dapat
menaanggung rasa bersalah atas kejahatannya. Dia bahkan tidak berani
menghadapimu" Namun Dharma meyakini itu tidak mungkin, "Tidak, Ashoka tidak
mungkin pergi, ia tidak mungkin meninggalkan ibunya seperti ini. Aku baru saja
mimpi yang sangat buruk tentang dia". Pelayan perempuan masuk membawa bayi
Dharma dan meletakkan dipembaringan, disamping ibunya. Dharma membelai bayi yang
tertidur itu. Bindushara menyarankan Dharma lebih perhatian dulu pada pangeran
kecil (bayi) ini karena ia membutuhkan ibunya sekarang. "Aku akan membuat
persiapan untuk mengumumkan kelahirannya", kata Bindushara lalu pergi dari
ruangan itu.
Tabib istana datang ke ruangan itu dan mengucapkan selamat pada Dharma. Tabib memperhatikan bayi Dharma yang diserahkan oleh pelayan kepadanya. "Bayi ini sungguh tejaswi (bersinar, sebagai tanda anak berbakat, cerdas dan cemerlang). Dia akan membawa perdamaian dalam kehidupan setiap orang. Tapi, Anda terlihat khawatir, Maharani", tanya Tabib. Dharma menceritakan tentang mimpinya tentang Ashoka kepada tabib itu. Tabib terkejut dengan cerita Dharma, dia mencoba menelisik arti mimpi itu. "Sepertinya mimpi yang tidak biasa. Aku merasa Ashoka akan melalui waktu yang sangat sulit ditandai dia melalui terowongan gelap. Dalam waktu yang dilalui 10-12 tahun lagi, mungkin ia akan menjadi Chakrawarti Samrat (raja agung) tapi jalan menuju depan baginya benar-benar keras. Atau bisa jadi akhir hidupnya ada di dalam terowongan kegelapan", kata Tabib menjelaskan. Dharma hanya bisa sedih mendengar penjelasan itu.
Ashoka datang ke wisma kediaman para Acharya dan masuk ke
ruangan Acharya Chanakya. Dia langsung bertimpuh dan memegang terompah Acharya
Chanakya. Sementara Radhagupta hanya berdiri diam dibelakangnya. Ashoka
mengenang kata-kata Acharya Chanakya bahwa dia akan menjadi Samrat Magadha suatu
hari. Namun dia kembali teringat kata-kata Bindushara yang mengusirnya dari
Magadha dan menganggap Ashoka sebagai anak yatim piatu. "Aku menjadi yatim piatu
hari ini Acharya! Anda berkata kepadaku bahwa Anda sangat membutuhkan aku. Anda
mempercayaiku dengan mimpimu ketika aku bahkan tidak tahu diriku sendiri. Anda
membentuk dan membimbingku, tapi aku kalah hari ini. Lupakanlah tentang memenuhi
impianmu! Aku bahkan tidak bisa menyelamatkan keluargaku dari perpisahan", kata
Ashoka terisak.
Acharya Radhagupta menaruh tangannya di bahu Ashoka "Aku
mengerti rasa sakitmu tapi kau harus selalu ingat bahwa perubahan adalah hukum
alam. Tidak ada yang tetap abadi, demikian juga masa yang sedih maupun senang
senantiasa berganti". Ashoka bangkit, raut wajahnya berubah marah, "Anda
mengatakan hal yang benar, banyak perubahan akan terjadi. Banyak yang akan
berubah sekarang. Maukah Anda melakukan sesuatu untukku?". Acharya Radhagupta
mengangguk, "katakanlah, Ashoka". Ashoka berkata, "Rajamu memutuskan hubungan
denganku dan tidak memiliki kendali atas diriku sekarang. Ini adalah kesalahan
besar karena tidak ada yang bisa menghentikanku sekarang. Pergi dan katakan itu
kepada samrat bahwa bukan kepadaku tapi masa-masa buruk bagi keluarga kerajaan
telah dimulai mulai hari ini!"
Di kamar peraduannya, Dharma bangkit sambil memangku bayinya
bermaksud pergi. Namun Bindushara datang dan dengan nada tegas dia bertanya
kepadanya, "Kemana kamu pergi?".
Dharma menjawab, "Mimpi itu benar, Yang Mulia. Ashoka akan berubah menjadi kejam jika aku tidak menghentikannya hari ini. Dia sangat membutuhkan ibunya".
Tapi Bindushara meminta Dharma agar melupakan Ashoka. "Ashoka bukan putra kita lagi! Kita hanya punya satu putra yang sekarang ada ditanganmu"
Dharma kaget mendengar kata-kata itu dan tidak menyangka Bindushara bisa berkata seperti itu. Dia bertanya marah, "Bagaimana bisa Anda menghentikan aku yang seorang ibu untuk menemui putraku?"
Bindu beralasan, "Sebagai suami, Aku bisa menghentikan istriku setidaknya". Dharma menolak dan menentang permintaan Bindushara.
Bindushara dengan marah dan berkata, "Jika kau bertemu Ashoka maka kau juga akan dianggap penjahat. Baik kau maupun anakmu itu akan diusir keluar kerajaan ini! Kau akan kehilangan putra yang lain dan suamimu juga. Sekarang, pilihan itu ada padamu. Mana yang kau pilih, suami atau putra?" Dharma tegang mendengar kata-kata Bindushara yang memberinya pilihan sulit. SInopsis Ashoka Samrat episode 328 by Kusuma Rasmana
CUPLIKAN : Ashoka berkata, "Aku akan kembali kepada ibuku,
adikku, dan untuk memenuhi visi guruku yaitu bersatunya tanah India", dia
berjalan menyusuri tanah bebatuan. Putaran waktu berubah cepat, Ashoka dewasa
ditampilkan, mula-mula hanya berupa bayangan siluet, lalu muncul sosoknya yang
perkasa.