Sinopsis Ashoka Samrat episode 327 by Kusuma Rasmana.
Di sebuah ruangan di istana Pattaliputra, Sushima terbaring terluka dan
sedang dirawat oleh beberapa orang tabib istana. Disampingnya berdiri Rani
Charumitra dengan perasaan cemas. Sushima berteriak kesakitan ketika tabib
mengoleskan obat herbal di lukanya, setelah itu dia kembali pingsan. Charumitra
menangis melihat kondisi putranya seperti itu.
Sementara itu, di pintu luar bangunan istana Magadha,
Pattaliputra, Ashoka yang sudah diusir kerajaan, sedang berjalan keluar bersama
Acharya Radhagupta dan prajurit. Khalatak dan Siamak diam-diam melihat kepergian
Ashoka dari balkon lain istana. Sambil melangkah pelan Ashoka teringat masa-masa
bahagia yang ia lalui bersama semua orang di istana, khususnya Bindushara yang
berhasil disatukan dengan ibunya. Melangkah di halaman istana, ia teringat
kata-kata terakhir dari Acharya Chanakya menjelang kematiannya. Ashoka berhenti
setelah melewati gerbang halaman istana. Dia memutar badan dan memandangi istana
dengan sedih, Radhagupta dan prajurit mengikuti tindakannya. Di balkon Siamak
dan Mahamatya terlihat gembira dan nyengir penuh kemenangan.
Ashoka berkata, "Ini berkebalikan dengan apa yang aku harapkan.
Ketika aku ingin pergi jauh dari istana ini dan Pattaliputra, Acharya Chanakya
tidak membiarkanku. Sekarang aku ingin tinggal disini untuk memenuhi impiannya,
tapi aku dilempar keluar dari sini. Aku tidak bisa melakukan apapun untuk
Guruku, ibuku, dan tanah air. Aku telah mengkhianati mereka semua"
Di ruang peraduannya, Dharma sedang terbaring didampingi para
pelayan karena akan melahirkan. Tiba-tiba dia menjerit, "Ashoka!" bersamaan
dengan bayinya yang akhirnya lahir ke dunia. Pelayan dengan gembira menyambut
bayi laki-laki itu, sedangkan Dharma tidak sadarkan diri. Pelayan membawanya
bayi laki-laki yang baru lahir itu kepada Bindushara untuk meminta berkatnya.
Di depan gerbang istana, Ashoka membungkuk dan berjongkok
menyentuh tanah lalu mencakupkan kedua tangannya ke arah istana. Bindushara
melihatnya dengan pandangan tajam dari balkon atas istana. Ashoka memandang
tajam ke arah Bindushara, sambil menyeka air matanya, dia berkata, "Aku telah
menerima hukuman apapun, tapi kau tidak mengizinkanku menemui ibuku sebelum
pergi. Kau menjauhkanku dari berkat ibu. Kau memisahkan aku dari adikku yang
baru lahir tanpa merasa kasihan. Kau berkata kita tidak berbagi apa-apa mulai
saat ini dan seterusnya. Hubungan yang dibuat dan dirusak dari kedua pihak
sekarang berakhir. Kaulah yang sudah merusaknya, bukan aku, tapi aku
melakukannya sekarang dari sisiku juga. Kau bukan ayahku mulai dari sekarang dan
seterusnya, Samrat Bindusara! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!". Ashoka
berkata marah dengan nafas tersengal.
Pelayan datang melapor kepada Bindushara bahwa Dharma telah
melahirkan seorang putra. Bindushara merasa bahagia mendengarnya, dia
berkata,"Bagaimana keadaan permaisuri Dharma?"
Pelayan menjawab, "Maharani baik-baik saja, namun dia sedang istirahat".
Pelayan menjawab, "Maharani baik-baik saja, namun dia sedang istirahat".
Pelayan menunjukkan bayi yang dibawanya, Bindushara membentangkan tangannya untuk meraih bayi ketika Charumitra datang kepadanya. Dia berkata, "Apakah Samrat pernah khawatir tentang orang lain selain Dharma dan bayinya? Mungkin saat ini Sushima tidak akan sanggup untuk bertahan". Bindushara kaget dan tersadar, dia pun pergi menuju kamar Sushima diikuti oleh Charumitra. Pelayan yang melapor tadi heran menyadari Samrat tidak sempat memegang bayinya sama sekali.
Di kamar Sushima, Bindushara duduk disebelah Sushima yang masih
tidak sadarkan diri. "Maafkan aku, putraku. Aku tidak bisa melindungimu. Kau
selalu mengingatkanku bagaimana Ashoka sering kehilangan kendali, tapi aku tidak
memperdulikanmu. Pada akhirnya aku menghukum si penjahat itu. Aku telah
mengusirnya dari Magadha. Dia tidak akan pernah kembali dalam hidup kita
sekarang. Kau selalu marah kepadaku setelah dia masuk di kehidupan kita tapi
semuanya akan berubah sekarang. Kumohon jangan tinggalkan aku putraku", kata
Bindushara sedih. Sushima tiba-tiba menggerakkan jarinya, Mahamatya melihat itu,
hatinya lega. Charumitra dan semua orang yang ada di kamar itu merasa lega
melihat Sushima membuka matanya. Bindushara menyarankan Sushima agar tetap
berbaring dan beristirahat."Jangan khawatirkan apapun",kata Bindushara lalu
pergi keluar dari ruangan itu.
Sepeninggal Bindushara, Charumitra duduk di pembaringan
disamping putranya. Sushima memberi isyarat kepada Mahamatya untuk mendekat.
Kepada Mahamatya, Sushima berbisik dengan suara serak, "Hanya ada satu hukuman
untuk Ashoka. Kematian! Kita membutuhkan seseorang yang bisa membunuhnya tanpa
belas kasihan. Pergilah dan bunuh putra pelayan itu!" Mahamatya menyanggupi
permintaan itu, sambil membayangkan sosok yang bisa disuruh untuk pekerjaan itu.
Dia berguman, "Aku harus memanggil Yama untuk membunuh Ashoka. Aku akan pergi ke
pekuburan untuk menemuinya".
Di ruangan Dharma, tabib memberitahu Bindushara, "Yang Mulia,
Rani Dharma belum sadar juga sejak melahirkan hari ini. Bila sampai lewat 4 hari
maka...", kata-kata Tabib terpotong karena Bindushara meminta semua orang keluar
dari ruangan itu. Bindushara duduk di pembaringan dan memegang tangan Dharma dan
berkata, "Aku tahu kau marah kepadaku karena aku memisahkanmu dari putramu. Aku
tidak berdaya terhadap tugasku. Aku mengikuti kebenaran dari seorang raja. Aku
tidak bisa memaafkan karena aku tidak melakukan hal yang salah. Kamu juga akan
meyadari setelah beberapa waktu bahwa tindakan Ashoka salah. Tapi putra kita
yang lain telah lahir pada hari ini dengan sebuah harapan. Jika kau tidak bangun
untukku, setidaknya bangunlah untuk putra kita ini"