Sinopsis Ashoka Samrat episode 373 bag 1 by Kusuma
Rasmana. Di istana Magadha, Pattaliputra, Charumitra diam-diam masuk
ke dalam ke kamar peraduan raja bersama Dharma. Beberapa kali ia melihat ke arah
pintu untuk memastikan tidak ada yang melihatnya. Charumitra membuka kotak
peralatan kosmetik milik Dharma di ruangan itu yang terletak di meja rias dekat
cermin. Tidak ada yang menarik baginya, dia lalu membuka wadah berbentuk bulat
dan botol parfum. Botol parfum itu diciumi isinya dan Charumitra mencoba
mengoleskan ke lehernya sambil bercermin. Charumitra lalu memakai kajal (pensil
mata) dan mempercantik garis matanya dengan alat itu di di depan cermin saat
itu, saat Rani Dharma tiba-tiba datang di belakangnya. Charumitra yang masih
sibuk tidak melihat bayangan Dharma dicermin. Dharma tersenyum melihatnya, "Aku
senang melihat Anda berias, Maharani. Anda dapat memakai kosmetik itu kapan
saja"
Charumitra tampak kaget dan tersipu, namun dia merasa kesal dan memegang bekas torehan digaris matanya.
"Oh, kajal Anda belepotan", kata Dharma mendekatinya dan memperbaiki garis kajal yang tampak tebal dan menghapusnya dengan kain Dupttanya. Charumitra tampak segan dengan perlakuan Dharma, namun Dharma tetap tersenyum, "Aku hanya ingin mempunyai hubungan baik dengan Anda".
Charumitra mencoba menghindar, namun Dharma memaksanya duduk, "Duduklah, biar aku bantu Anda menyisir rambut anda". Charumitra duduk di depan meja rias, sedangkan Dharma menyisir rambut yang panjang terurai dari belakang.
Charumitra berkata ketus, "Samrat telah melihat rasa permusuhan anakmu terhadap putraku dan dia terus mencoba mencari nama didepan samrat dan warga kerajaan yang mungkin punya tujuan agar bisa duduk diatas tahta. Tapi singgasana sepenuhnya adalah keputusan Samrat yang sebenarnya hak bagi anakku. Namun saat ini, aku tidak suka dengan keputusan Samrat tentang acara perjodohan bagi putraku atas saran yang kau usulkan. Aku sudah punya pilihan orang yang tepat untuk Sushima, Karena aku tahu Sushima sudah dewasa dan ia akan memilih putri yang tepat untuk menjadi istrinya".
Rani Dharma menjawab, "Aku setuju dengan Anda, sama seperti halnya jodoh untuk putra Anda, Sushima. Ashoka pun telah dewasa dan wanita yang tepat akan mendampinginya saat Samrat memilih dia untuk duduk ditahta Magadha. Aku juga menginginkan Ashoka mendapatkan wanita yang tepat dan Aku mempunyai keyakinan jika Ashoka akan mendapatkan pasangan hidupnya".
Charumitra yang sewot segera berdiri dan membalikkan badannya
menghadap Dharma. "Putramu tidak akan pernah berhasil dalam tujuannya. Dalam
sepuluh tahun ini, Sushima yang makin dewasa telah meningkatkan banyak
kekuatannya, putramu tidak akan bisa mengalahkan putraku Sushima lagi", kata
Charumitra beranjak akan pergi.
Dharma tetap tersenyum menjawab, "Anakku bukanlah Ashoka yang dahulu. Dia adalah Chanda sekarang. Dia akan menghukum siapa pun yang mencoba melawan ibu pertiwinya. Apa yang bisa dilakukan putra Anda bila Ashoka melampiaskan kemarahannya? Lihat apa yang Ashoka lakukan di ruang sidang kemarin? Dia berjasa kepada kerajaan dengan mengembalikan harta kerajaan dan membawa jasad Dakshina si penjahat? Dia senantiasa bekerja demi rakyat banyak dan Aku memiliki keyakinan padanya! Sedangkan putra Anda....?"
"Cukup!", teriak Charumitra marah, "Aku tahu yang dilakukan putraku! Jangan pernah meremehkan putraku lagi!".
Dia bermaksud pergi dengan marah, namun ucapan Dharma kembali menghentikannya.
"Mengapa buru-buru?", kata Dharma, "Satu lagi, anakku adalah hidupku juga dan juga hidup suamiku! Sekarang Anda mendengar itu dengan jelas?!".
Charumitra yang marah segera menuju pintu, namun dia berhenti karena Bindushara datang dari arah pintu.
Samrat Bindushara berkata dihadapan Charumitra, "Kau cantik
sekali hari ini, Maharani".
Mendengar pujian samrat, Charumitra tersenyum dan menunduk tersipu malu. Samrat segera menghampiri Rani Dharma dan ia pun memuji kecantikan Dharma sambil memutarnya menghadap ke cermin. Charumitra merasa kesal menyadari samrat tidak lagi didepannya, melainkan memeluk Dharma dari belakang. Dharma berterima kasih karena pujian samrat, dia lalu memutar badan menghadap samrat dan tersenyum manis. Bindushara memegang kepala Dharma dan mencium keningnya dengan mesra. Charumitra yang melihat adegan itu merasa kesal dan panas hatinya karena cemburu. Dia pun segera pergi meninggalkan ruangan pribadi raja yang tidak nyaman baginya itu.
Samrat Bindushara berkata, "Aku merasa gelisah saat akan menyandingkan kedua putraku dengan istri pilihan masing-masing. Aku khawatir, saat Aku akan memberikan posisi yang tepat untuk Ashoka, sesorang berusaha untuk menyakitinya. Aku ingin mengembalikan martabatnya".
Dharma hanya tersenyum mendengar ucapan samrat.
Bindushara kembali berkata, "Sekarang aku tidak ingin kehilangan Ashoka lagi, aku tidak ingin kehilangan kalian bertiga lagi".
Bindushara memegang bahu Dharma. Dharma tersenyum meyakinkan samrat, "Tidak, Samrat, itu tidak akan terjadi lagi. Ibu dan ayah bagi anak-anak kita senantiasa bersama".
"Tapi keputusanku sebagai ayah aku berharap sudah benar dalam mencarikan putra-putraku pasangan hidup mereka. Aku berdoa agar Tuhan senantiasa menjaga anak-anakku. Aku berharap kelak istri yang dipilih Ashoka dapat meredakan emosi dan amarahnya", kata Bindushara lagi.
Dharma menanggapi, "Samrat, yakinlah, langkah yang telah kita ambil sebagai orang tua sudah benar untuk melihat putra kita yang telah dewasa hidup dengan bahagia".
Bindushara terharu mendengar dukungan Dharma, dia segera memeluk istri tercintanya itu.
Tanpa mereka sadari, Ashoka melihat kemesraan ibu dan ayahnya dari depan pintu, sehingga hanya berdiri disana, tidak berani mengganggu mereka. Ashoka berpikir, "Jika semua yang harus aku jalani untuk kebaikanku, tidak ada yang lebih penting selain mewujudkan semua sumpahku menyelesaikan masalah Gondana". Ashoka yakin dengan perencanaan yang telah orang tuanya laksanakan dan segera pergi
Di persembunyian Helena yang berupa pondok sederhana, Helena
sedang marah dan menangis sambil melemparkan semua barang-barang yang terkait
dengan identitasnya sebagai Gondana. Mulai dari alas kaki, perhiasan, jubah
hitam, hingga anting yang dikenakan semua dicampakkan ke tanah. Dia juga
menendang kotak kayu atau bangku yang ada di tempat itu sambil menangis dengan
putus asa. Helena alias Gondana sedang frustrasi dengan yang dilakukan Ashoka
yang membunuh seorang kepercayaannya dan mengambil semua harta yang
dikumpulkannya serta tekad Ashoka yang akan mengejar Gondana dengan segala
cara.
Helena meratap, "Semuanya hilang!! Setelah begitu banyak rencana, Aku tetap mendapatkan hasil yang buruk! Semuanya hilang sekarang. Oh dunia... dunia....!".
Helena akan melangkah pergi ketika Siamak yang datang memegang tangannya dan berusaha membuatnya tenang.
Helena meratap, "Semuanya hilang!! Setelah begitu banyak rencana, Aku tetap mendapatkan hasil yang buruk! Semuanya hilang sekarang. Oh dunia... dunia....!".
Helena akan melangkah pergi ketika Siamak yang datang memegang tangannya dan berusaha membuatnya tenang.
"Lepaskan aku, Siamak, lepaskan aku! Biarkan aku pergi!", kata Helena masih menangis.
"Tidak, Nek! Aku tidak membiarkan itu terjadi selama aku hidup", kata Siamak.
"Tidak ada yang hilang, Nek! Aku akan memenuhi impian Nenek, impian kaum Yunani, impian dari kakek buyut Seleukos Nikator!. Aku tidak akan membiarkan pengorbanan ayahku menjadi sia-sia. Aku akan membalas kematiannya dengan membunuh Ashoka dan tidak akan mengampuni ataupun membiarkan orang-orang itu hidup!", kata Siamak dengan kemarahannya. Helena menatapnya tajam.
Di dapur istana, para putri raja yang akan mengikuti
pertandingan memasak sedang berkumpul di depan Rani Dharma yang menjelaskan
semua peraturan pertandingan.
Dharma berkata, "Perlombaan dalam memasak ini akan dilaksanakan dalam dua tahapan. Kalian harus menyiapkan bahan, memasak dan mengolah makanan untuk pangeran Ashoka dan Sushima. Aku senang karena melihat Putri Padmawati telah kembali dengan selamat dan Aku memilih agar Padmawati yang pertama kali menyajikan makanan untuk kedua pangeran".
Semua putri mengucapkan selamat pada Putri Padmawati karena ia kembali dengan selamat. Dimulai dari Putri Chanda, Putri Srishti, Putri Anantha yang subur dan Putri Anandini yang sebenarnya segan memberi selamat kepada Padmawati.
Padmawati atau Kaurwaki segera mengucapkan terima kasih kepada putri lainnya. Dharma hanya tersenyum melihatnya.
Dharma berkata lagi, "Tahap kedua dari putaran ini adalah menyajikan makanan bagi kedua pangeran! Silakan kalian menuju dapur yang sebelah sana, semua bahan sudah ada di dapur masing-masing. Putri yang membuat masakan terbaik dan paling disukai oleh kedua pangeran akan memenangkan putaran ini. Aku ucapkan selamat berlomba dan semoga kalian berhasil!", kata Dharma.
Ditempatnya, Kaurwaki berpikir bimbang, "Aku ragu apa bisa mengikuti pertandingan ini. Aku tidak pernah melakukan hal masak-memasak sebelumnya. Aku ragu Ashoka akan menyukai masakanku".
Kegelisahan Kaurwaki dilihat oleh Dharma, namun Kaurwaki beralasan ada masalah dengan pernafasannya. Dharma menyarankan dia agar tidak segan bertanya dan minta bantuan teman mereka walaupun mereka saingan. Kaurwaki akhirnya mempertimbangkan akam mundur dari perlombaan, namun ucapan Anandini yang tersenyum sinis, seakan mengejek dan merendahkan harga dirinya. Anandini dengan percaya diri yakin jika ia bisa menyajikan makanan lezat untuk Ashoka dan mengalahkan semua saingannya dengan menyiapkan makanan menu andalannya. Kaurwaki hanya diam melihatnya sambil mempertimbangkan Ashoka dan Anadini sudah mulai akrab saat ini. Namun hati kecil Kaurwaki tidak menerima ejekan itu, dia pun membatalkan diri untuk mundur dari perlombaan dan meyakinkan dirinya akan ikut dalam pertandingan memasak.
Dharma senang dengan semangatnya dan segera meninggalkan dapur istana.
Pertandingan bakat memasak para putri pun di mulai, para putri peserta pertandingan segera menuju dapur mereka masing-masing. Para putri juga memeriksa bahan-bahan masakan yang mereka olah dalam perlombaan itu, namun putri Anantha yang doyan makan melihat bahan-bahan tersebut dengan sumringah
Didapur Putri Srishti, dia menyiapkan bahan makanan yang akan
dimasak. Ibunya datang sambil bersembunyi di balik pilar. Dia melambaikan tangan
memanggil putrinya dan menyerahkan gulungan kertas berisi tentang resep
makanan.
"Kau simpan gulungan kertas ini, ini akan membantu membuat masakan yang disukai pangeran", kata Ibu Srishti. Putri Srishti menerima gulungan itu. Namun baru saja berbalik, saat itulah Witthasoka datang memergokinya dan meminta gulungan kertas itu. Srishti berusaha menolak melalui diamnya, namun Witthasoka berkata, "Kau bisa serahkan itu kepadaku atau kau tidak diijinkan untuk ikut lomba".
"Kau simpan gulungan kertas ini, ini akan membantu membuat masakan yang disukai pangeran", kata Ibu Srishti. Putri Srishti menerima gulungan itu. Namun baru saja berbalik, saat itulah Witthasoka datang memergokinya dan meminta gulungan kertas itu. Srishti berusaha menolak melalui diamnya, namun Witthasoka berkata, "Kau bisa serahkan itu kepadaku atau kau tidak diijinkan untuk ikut lomba".
Srishti menjadi gugup dan menyerahkan gulungan kertas itu. Begitu Witthasoka pergi dia bertingkah kesal sambil melihat ibunya yang masih bersembunyi.
Witthasoka menuju dapur yang dipakai oleh putri Anantha. Dia melihat sang putri malah sedang asik duduk menyantap wortel, bukan mulai menyiapkan bahan makanan. Witthasoka berpikir, "Apa yang akan terjadi jika Kak Ashoka memilih gadis ini sebagai istrinya? Dia hanya bisa makan!". Witthasoka tersenyum geli melihatnya lalu pergi.
Di dapur putri Chanda, Witthasoka melihat Chanda sedang melakukan puja aarti diatas api tungku, tersirat di wajahnya ia tampak gelisah. "Ya, Dewa Agni, Aku akan menyiapkan makanan, mohon bantulah usahaku", demikian doa Putri Chanda. Wittashoka segera berlalu menuju dapur lainnya.
Di dapur Anandini, Witthasoka pun mengamati saat sang putri yang tengah asyik memasak dengan riang gembira tanpa hambatan apapun. Witthasoka tersenyum senang melihat kelincahan putri itu dalam menyiapkan bahan masakan dan menjaga tungku api menyala dengan panci diatasnya. Wittashoka segera pergi.
Di ruang dapur Kaurwaki, Kaurwaki diam terpaku sambil memegang saringan minyak yang dipakai mengangkat masakan yang digoreng. Dia tersadar dan bingung dengan langkah yang harus dilakukannya dalam lomba memasak itu. Kaurwaki semakin bingung dan berpikir, "Jika Ashoka melihatku tidak mekakukan apapun, apa alasanku untuk menghadapi semua pertanyaan Ashoka?".
Kaurwaki yang sedang menengok di pintu bergegas kembali ke dapur karena kelihat Ashoka sedang melangkah di serambi dapur. Kaurwaki berpikir, "Aku harus melakukan sesuatu, karena Ashoka pasti akan datang menemuiku".
Kemudian Kaurwaki berpura-pura ia mengambil nampan berisi tepung dan duduk mencampur bahan dan bumbu secara sembarangan kedalam tepung dan mengaduknya. Ashoka yang sedang melangkah terpaku melihat ke arah dapur Kaurwaki yang sedang duduk sambil sibuk mengaduk adonan itu dengan air. Sementara Ashoka terus memperhatikan sambil melangkah pelan mendekatinya, dia tersenyum. Kaurwaki yang tidak melihat kedatangan Ashoka mengusap peluh di keningnya dengan punggung tangan yang penuh tepung.
Dari pintu ruang dapur sebelah, Anandini mengintip Ashoka yang sedang di dapur Kaurwaki, dia berpikir harus melakukan sesuatu agar Ashoka berkenan ke dapurnya.
Kaurwaki tersadar kedatangan Ashoka saat dia menoleh. "Sedang apa Kau disini?", tanya Kaurwaki sambil berdiri.
Ashoka menjawab, "Aku tahu, kau sebenarnya tidak tahu memasak. Dan kau cuma berpura-pura bisa memasak. Kau bahkan mencampur bahan makanan dengan asal".
Kaurwaki berkata, "Aku tahu bahan makanan dengan baik, aku tahu cara mencampurkan bahan-bahan itu, aku bisa menyiapkan makanan dengan sangat baik. Untuk apa kau ikut campur dan datang kemari?".
Ashoka makin mendekati Kaurwaki dan menatapnya lekat, "Aku hanya mampir, tapi tepung yang lengket di rambut ini harus dibuang!", katanya mendekati Kaurwaki sambil menarik tepung yang ada di rambut Kaurwaki.
Ashoka mempersilakan Kaurwaki melanjutkan kegiatannya dan meminta Kaurwaki agar menyiapkan makanan yang paling disukainya.
Kaurwaki akan berkata sesuatu, namun Ashoka menyuruhnya diam, karena hidung Ashoka mencium aroma masakan yang sedap dari arah dapur sebelah.
"Aroma makanan yang lezat! Dari arah sana", kata Ashoka sambil menunjuk arah dapur sebelah dan segera melangkah pergi. Kaurwaki melihat kepergian Ashoka dengan pandangan kesal dan cemberut. Dia mengikuti langkah Ashoka namun segera berhenti lagi.