Sinopsis Ashoka Samrat episode 364 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 364 by Kusuma Rasmana. Di ruang sidang terbatas istana Magadha, Pattaliputra, semua orang berkumpul di ruangan itu yang dipimpin langsung oleh Samrat Magadha Bindushara. Sudah hadir pula, Rani Dharma, Pangeran Ashoka, Pangeran Witashoka, Acharya Radhagupta, Rani Charumitra, Pangeran Sushima, Pangeran Siamak, Mahamatya Khalatak, dan para pejabat kerajaan dan para penasihat yaitu para acharya.
Dari singgasana, Bindushara berkata, "Sayembara ini akan menjadi cara yang paling efektif dan tepat dalam memilih istri yang cocok untuk kedua anakku, yaitu Sushima dan Ashoka sesuai arahan Rani Dharma".
Dharma tersenyum, Witashoka tampak menikmati acara sayembara itu. Ashoka dan Sushima hanya menampilkan wajah datar namun mereka sering saling menatap.


Bindushara berkata lagi, "Aku sudah mengudang para putri kerajaan tetangga untuk hadir dalam acara Shrawana Mela hari ini di Pattaliputra. Para putri yang hadir akan diperkenalkan secara terbuka di tempat ini, sementara Ashoka dan Sushima yang akan mengamati dan menilai tentang kualitas para putri yang ikut sayembara. Persaingan yang tajam akan membuat mereka menyisihkan lawan atau mereka sendiri akan tersisih. Demi gelar yang didambakan yaitu menjadi istri dari dua ahli waris yang layak untuk tahta. Dan untuk itu, sayembara ini dimulai".
Witashoka menggoda kakaknya yang duduk disampingnya, namun Ashoka hanya membalas dengan senyuman.
Mahamatya berdiri dari kursinya dan berkata sambil melihat catatan di tangannya. "Aku akan menerangkan kualitas dari setiap putri yang akan diperkenalkan di ruang sidang ini, mulai dari bakat terbaik bernyanyi, menari, berenang, memasak, dll yang akan dikompetisikan dalam sayembara ini. Dan dari hasil kompetisi, kualitas para putri itu mungkin bisa menjadi pertimbangan oleh kedua pangeran untuk memilihnya menjadi pendamping", kata Mahamatya.

"Inilah dia, Putri Shrishti!", kata Mahamatya, sambil memuji dan menerangkan tentang kelebihan putri raja tersebut. Putri Shrishti melangkah anggun memasuki ruang sidang, diiringi dua pelayan perempuan. Beberapa pelayan istana melemparkan bunga-bunga kepada putri itu yang terus melangkah ke tengah-tengah ruang sidang sehingga bisa dilihat jelas oleh Samrat dan keluarga istana terutama kedua pangeran. Putri Shrishti melemparkan senyumnya yang manis ke arah hadirin di ruangan itu dan menjadi perhatian semua yang hadir, termasuk Ashoka, Sushima dan dua rani dan Samrat. Putri Shrishti lalu melakukan sembah penghormatan dengan mencakupkan tangan kepada samrat, Rani Dharma dan menuju kursi yang telah disediakan baginya, diiringi kedua pelayannya.
Selanjutnya, Mahamatya mengenalkan Putri Ananta yang sangat menyukai makanan. Putri yang berperawakan berisi, agak gemuk dan bulat namun wajahnya cantik membuat Sushima menggelengkan kepala merasa geli. Bindushara, Charumitra dan Dharma menerima sembah hormatnya dan mempersilakan dia duduk. Putri Ananta melirik kedua pangeran sambil menuju kursi yang telah disediakan bersama pelayannya.

Setelah itu Mahamatya memperkenalkan Putri Anandini, didahului dengan pujian tinggi tentang kecantikannya yang hanya bisa dibandingkan dengan bidadari di Indraloka.
"Inilah dia, putri dari Suryanagari, Putri Anandini!", kata Mahamatya.
Putri Anandini pun tampil di ruang sidang diiringi dua pelayan. Dia berhenti dan melempar senyumnya yang manis sebelum menuruni tangga di ruang sidang. Dia juga yang melirik ke arah Ashoka membuat Ashoka juga menatapnya dengan lekat seolah tertarik kepadanya. Semua para hadirin mengagumi kecantikan putri Anandini yang melangkah ke ruang sidang sambil menebar senyum dan memberi salam kepada acharya, samrat dan para rani.
Setelah memberi salam, Putri Anandini berkata, "Orang yang jauh dari kesedihan adalah Ashoka dan orang yang penuh kebahagiaan adalah saya sendiri, Putri Anandini".

Dharma dan Bindushara tersenyum atas kepercayaan diri putri cantik tersebut, yang dari kata-katanya seolah mencoba menyimpulkan bahwa dia adalah pasangan yang sempurna bagi Pangeran Ashoka. Samrat lalu mempersilakan Anandini menempati kursinya.
Seorang putri raja masuk ke ruang sidang diiringi dua pelayannya. Mahamatya yang bengong mungkin karena masih takjub karena kecantikan Putri Anandini, buru-buru memperkenalkan Putri Chanda kepada para hadirin. Mahamatya menyanjung Putri Chanda dengan pujian atas kecantikan yang sempurna dan kecerdasannya. Sushima menatap lekat dan langsung tertarik, mendengar nama dan melihat kecantikan putri yang berperawakan mungil dan langsing itu. Mahamatya juga menambahkan tentang manfaat secara ekonomi bagi kerajaan Magadha bila terjadi perjodohan dengan putri ini.

Putri Chanda yang melangkah tersandung saat menuruni tangga menuju ruang sidang, namun dia tidak sampai jatuh. Putri tetap bisa tersenyum dan melanjutkan langkahnya yang anggun. Sushima terus melihat ke arah Putri Chanda yang melangkah dan memberikan salam hormatnya kepada samrat dan para rani. Putri Chanda melihat ke arah Ashoka, namun bertatapan lama dengan pangeran Sushima yang juga menatapnya. Charumitra melihat gelagat putranya yang tampaknya tertarik dengan Putri Chanda. Demikian juga Siamak melihat semua gelagat kakaknya. Bindushara lalu mempersilakan Putri Chanda agar menuju tempat duduknya.

Kaurwaki yang sudah berdandan cantik masuk ke ruang sidang dengan diiringi oleh Devi. Dia masuk tanpa didahului perkenalan dari Mahamatya, yang membuat Mahamatya bingung sendiri mencari-cari identitasnya pada daftar catatan ditangannya. Kaurwaki menghentikan langkahnya di ujung tangga. Semua orang yang hadir kaget dan heran melihatnya, tak terkecuali Samrat Bindushara, Charumitra dan Sushima. Demikian juga Ashoka, Dharma, dan Witashoka, melihatnya dengan kaget namun dengan alasan berbeda.

Ditemani Devi, Kaurwaki melangkah ke tengah ruangan itu dan meminta izin kepada para hadirin untuk memperkenalkan dirinya. Dia memberi salam hormat kepada Samrat, para rani dan para acharya. Dharma, Ashoka dan Witashoka tahu bahwa mereka sudah mengenal siapa putri itu sebelumnya. Dharma mengenalinya sebagai orang yang sama, yang memberi mereka makanan di hutan saat sedang kelaparan. Sedangkan gadis yang mendampingi Kaurwaki saat itu, tentu saja mereka sangat kenal karena pernah menyewa dan tinggal di rumah ayah gadis bertahun-tahun. Dia adalah Devi, putri Seth Dhaniram.
"Kalau boleh diijinkan, Aku ingin memperkenalkan diriku", kata Kaurwaki dengan sopan. Bindushara mengangguk mengijinkannya, "Ijin diberikan".
"Aku adalah Putri dari Kaushali, dekat Kalingga, Putri Padmawati"

Ashoka kaget mendengar perkenalan itu, dia tersenyum mungkin merasa geli, karena Kaurwaki yang dia sudah tahu jelas berbohong. Bindushara heran karena baru mendengar nama putri dari Kaushali itu. Dharma mengingat dia putri yang memberi mereka makanan di hutan malam itu dan sempat singgah di rumahnya di Rajagira.
Dharma lalu melihat Devi yang juga melihatnya sambil menyembunyikan senyumnya. "Devi? Apa yang dia lakukan dengannya?", batin Dharma heran.
Ashoka berdiri dari kursinya, "Dia berbohong! Dia bukanlah seorang putri dari Kaushali!", kata Ashoka.
Semua para hadirin menjadi tegang dengan ucapan Ashoka. Namun Kaurwaki malah tersenyum senang. "Dengan demikian, Ashoka memang mengenaliku sebagai Kaurwaki", batin Kaurwaki.
Ashoka melanjutkan, "Dia bukanlah seorang putri dari kerajaan manapun!".

Ashoka berkata sambil tersenyum lebar. Semua orang terkejut mendengarnya, para putri raja yang hadir juga bingung dan heran, sementara Kaurwaki terhenyak dengan ucapan Ashoka. Devi merasa bingung dengan perkembangan itu. Kedua gadis itu masih berdiri mematung dengan perasaan terluka.
Dari singgasana, Bindushara bertanya kepada Ashoka, "Apa dasar penilaianmu? Apakah berdasarkan penampilannya?".
Ashoka menanggapi, "Penampilan? Lihatlah penampilannya. Pakaiannya hanya terlihat seperti barang curian atau pinjaman!".
Ashoka berkata sambil berkata seakan mengejeknya. Dharma tampak heran dan tegang mendengar ucapan Ashoka. Radhagupta yang melihat kelakuan Ashoka juga merasa heran.
Kaurwaki menjawab, "Seseorang tidak dilihat dari pakaian, tapi dari perilaku, tidak seperti anggapan Anda".

Ashoka menjawab, "Benar! Kau benar, tapi aku minta kau menghilangkan dulu rasa dahagamu. Apakah kau datang dari Kaushali yang cukup jauh? Jika benar, maka kau pasti tidak datang sendiri. Di mana orang-orangmu, dimana pelayanmu berada sekarang?".
Ashoka bertanya sambil melihat keliling ruangan itu. Kaurwaki hanya diam membisu, demikian juga Devi hanya berdiri dengan wajah tegang.
Ashoka berpikir, "Sekarang kau pasti akan berkata tentang kebenaranmu, Putri!", sambil menyembunyikan senyumnya.
Ashoka bermaksud berbicara, namun Putri Chanda berdiri dan berkata, "Sebelumnya aku minta maaf karena ikut campur masalah ini. Aku merasa aku pernah mengenalnya. Sebelumnya, aku sudah pernah bertemu dengannya pada acara makan malam keluarga kerajaan".

Putri Chanda duduk kembali setelah berbicara. Kaurwaki merasa senang karena Putri Chanda mengenalinya dan membelanya. "Namun mengapa Ashoka malah tidak mengenaliku dan malah mempermalukan aku?", batin Kaurwaki.
Kembali Ashoka akan berbicara, namun Dharma yang berdiri memberi isyarat agar dia mendengarkan dirinya.
"Itu benar! Dia memang benar adalah seorang putri. Aku juga pernah bertemu dengannya", kata Dharma. Ashoka berpikir, "Apakah ibu juga mengenalinya sebagai Kaurwaki juga?".
Dharma berkata sambil menatap Ashoka, "Dia adalah putri yang memberi kita makanan di hutan pada malam itu. Dia pernah datang ke rumah kita pada saat kau akan pergi untuk mengikuti kompetisi gulat".

Ashoka mengingat saat dia akan berangkat ke Nalanda, di rumahnya di Rajagira, ibunya memang menerima tamu dua orang gadis. "Ini berarti, dia telah mengikutiku sejak lama", batin Ashoka lagi.
Di tempatnya, Kaurwaki berdiri diam, namun dia melirik Ashoka lalu menunduk sambil membatin, "Kau tidak tahu kesedihan apa yang telah aku lewati untuk mendapatkanmu. Aku telah meninggalkan keluargaku. Tapi kau tidak menyisakan rasa simpati di hatimu kepadaku".
Tanpa setahu Kaurwaki, Ashoka juga mencuri pandang kepada Kaurwaki yang dilihatnya sedang sedih.
Dharma berkata lagi, "Aku layak kagum dengan kerendahan hati, kemurahan hati dan rasa kemanusiaanmu, Putri".

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top