Sinopsis Ashoka Samrat episode 349 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 349 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Di sebuah jalan, Charumitra sedang dalam perjalanan ke Nalanda bersama para pengawal dan pelayan. Charumitra duduk dalam tandu yang dipikul para prajurit, mereka berangkat dengan berterang ditandai dengan bendera dan lambang kerajaan. Charumitra minta kepada para rombongannya untuk berjalan bergegas. "Aku harus berada di sana segera. Aku yakin petarung itu hanyalah Ashoka. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika Sushima dan Ashoka berhadapan dan bertarung", guman Charumitra dalam tandunya.

Sejenak setelah rombongan itu melewati persimpangan, Siamak muncul dari arah jalan lain, lalu dia melewati jalan tadi yang baru dilewati oleh rombongan Charumitra. Siamak melangkah di jalan itu dengan arah berlawanan dengan rombongan tadi sambil mengawasi situasi di sekelilingnya.
Siamak datang menemui seorang wanita tua dalam sebuah ruangan rahasia yang cukup besar dan mewah, namum ruangan itu gelap temaram. Wanita tua itu duduk di kasurnya yang empuk sedang memahat sesuatu menggunakan belatinya yang tajam.
"Seseorang telah datang di Nalanda dan memenangkan pertarungan tetapi tidak mau menundukkan kepalanya di hadapan Samrat", kata Siamak.


Wanita itu dia diam menyimak penjelasan Siamak sambil tetap membelakanginya.
Siamak menjelaskan kepada wanita tua itu tentang petarung muda yang berlengan perkasa. "Dia telah mengejutkan semua orang dengan menang atas Mallu yang tak terkalahkan. Dan dia tidak mau menundukkan kepalanya pada Bindushara. Ketika Bindudhara bertanya kepadanya tentang hal itu, petarung itu menjawab bahwa dia hanya menundukkan kepalanya kepada ibu pertiwi, ibunya dan Gurunya".
Wanita tua itu tanpa menoleh melempar kayu pahatan sebesar ibu jari kepada Siamak. Siamak meringis memegang mata kirinya yang mungkin kena lemparan jitu wanita tua itu.
Wanita tua bangkit dari duduknya, memutar badan dan berjalan mendekati Siamak. Secercah sinar di ruangan itu menerangi wajahnya, dia adalah Helena, ibu suri Magadha yang hidup dalam ruangan rahasia itu.

Dia memegang bahu Siamak dan berkata, "Siamak, Aku sedang menelusuri jejaknya sejak beberapa tahun. Dan Kau memujinya disaat kau menemukan dia. Kau harus berada di sini sekarang sehingga kau dapat melakukan apa yang benar secepat kau mendapatkan kesempatan. Aku membodohi Yamaraja (Dewa Maut) sejak bertahun-tahun hanya karena aku ingin membuatmu memenuhi takdirmu! Walau aku tidak akan mampu melakukannya sendiri. Kau juga harus mencoba. Tidak ada yang kau dapatkan jika kau hanya melihat dari jauh. Ayo! Cari kesempatan dan lakukan apa yang kuharapkan darimu!". Siamak hanya diam mendengar ucapan Helena.

"Ayo! pergilah!", kata Helena mulai terbatuk-batuk. Dia segera kembali ke kursinya sambil menahan batuknya. Siamak mendekati Helena dan mengkhawatirkan kesehatan neneknya itu tapi Helena menyuruh dia pergi. "Jangan khawatirkan aku. Lakukan apa yang telah aku minta", kata Helena.
Siamak pergi dari ruangan itu dengan berat hati.
Helena memandang bekas dahak batuk di tangannya, dahak itu berupa darah pertanda Helena sedang sakit parah. Helena menahan sakitnya memandang ke atas dan tertawa "Yamaraja, aku tidak akan mati begitu cepat! Tidak sama sekali, sebelum melihat mayat Ashoka!", guman Helena terus tertawa.
Di Nalanda, di ruang pesanggrahannya, Sushima sedang bermain dengan seekor kalajengking. Kalajengking itu berjalan menyusuri seluruh tubuhnya.

"Pangeran?!", kata Mahamatya yang baru masuk ke ruangan itu ternganga. Dia terpaku di tempatnya melihat adegan itu. Dia masih terpaku dalam pikiranya bagaimana kalajengking itu menyusuri badan Sushima dan mau turun ke wadahnya seperti menuruti perintah pangeran itu. Dia sampai tidak mendengar Sushima menanyakan dia sesuatu kepadanya.
"Mahamatya!", teriak Sushima mengagetkan Mahamatya dari lamunannya.
Mahamatya yang tersadar segera berkata, "Dia ada di sini, Pangeran! Dia menyebut dirinya Chakrawarti Chanda. Dia menolak untuk menundukkan kepala dihadapan Samrat. Dia berkata hanya menundukkan kepalanya di hadapan ibunya, tanah airnya dan Gurunya saja".
Sushima menjawab, "Jika dia ada di sini, maka tunggu apa lagi? Mari kita bunuh dia sekarang di arena gulat!"

"Tapi, Pangeran?", tanya Mahamatya dengan ragu dan malah diam karena memikirkan sesuatu.
"Ada apa Mahamatya?", tanya Sushima memandang Mahamatya yang khawatir.
Mahamatya berkata, "Anda harus menggunakan kesempatan emas ini, Pangeran Sushima. Ashoka akan mati sebagai seorang petarung yang ksatria jika ia meninggal di arena gulat. Tetapi jika kita menyalahkan dia karena tidak menghargai Samrat dan membunuhnya maka tidak akan orang yang menghargai hidupnya. Kau hanya perlu izin Samrat untuk itu!", kata Mahamatya.
Sushima berkata puas, "Hm... usul yang bagus! Usiamu yang tua tidak mengurangi kecerdasanmu!"
Mahamatya sumringah atas pujian itu.

Sushima menutup wadah yang berisi kalajenngking, dia berpikir, "Aku akan mengakhiri semua rintangan yang akan datang dalam perjalanan menuju tahta!".
Di suatu tempat dibagian lain bangunan tempat komptisi gulat di Nalanda, Acharya Radhagupta sedang berbinacang dengan Acharya peramal dan Nayaka. Radhagupta yakin Ashoka telah benar-benar berubah menjadi sosok Chanda (kejam) seutuhnya. "Dia tidak berubah dalam satu dekade ini. Dia tampil di depan mata semua orang selalu seperti itu. Kita mencoba begitu banyak cara untuk menyembunyikannya tapi...", ucapan Radhagupta terhenti.
"Tapi Chanda Ashoka telah merusak semua rencana kalian!", Ashoka yang baru datang berkata lantang dan sinis.
Acharya Radhagupta, Acharya peramal dan Nayaka terkejut melihat kedatangan Ashoka di tempat itu.


CUPLIKAN : Sambil menuding Acharya Radhagupta, Ashoka berkata lantang, "Aku hanya melihat empat orang di Pattaliputra yang menyakiti Guruku, ibuku, dan adikku! Aku tidak akan tenang sampai menghukum mereka semua!". Di ruang pesanggrahannya, Bindushara memperingatkan Sushima agar tidak menyakiti Chanda. Namun Sushima tetap bersikeras, "Ayah mengijinkan atau tidak, itu tidak akan mengubah apapun!". Bindu marah dan menampar pipi Sushima. Sushima masih kukuh pada rencananya untuk membunuh Chanda alias Ashoka. Ashoka berjalan menyusuri koridor dengan bergegas.

PREV  1  2  NEXT
Bagikan :
Back To Top