Sinopsis episode Ashoka Samrat 341 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat 341 by Kusuma Rasmana.  Ashoka tiba di rumah itu bersamaan dengan ringkik kudanya. WitAshoka merasa senang melihat yang datang adalah kakaknya. "Bhaiya?", gumannya lalu memberitahu ibunya. Radhagupta dan Nayaka saling pandang penuh arti, Radhagupta menganggukkan kepalanya Dharma.

Dharma yang melihat WitAshoka akan menyongsong kakaknya ke halaman segera menghentikan langkahnya. Dengan berbisik Dharma minta WitAshokaa untuk tidak memberitahu kakaknya tentang apa yang terjadi di rumah itu beberapa waktu sebelumnya. WitAshokaa hanya mengangguk dan segera pergi.

Dia berlari keluar halaman bertemu dengan kakaknya yang baru turun dari kuda.
Ashoka menunjukkan kudanya yang diberi nama Garuda kepada Witashoka. Witashoka senang melihatnya, dia memuji kuda putih itu sebagai kuda yang gagah. Ashoka bertanya,"Dimana Nirankush dan prajuritnya?", mata Ashoka mencari-cari.
Witashoka menjawab, "Ia sudah kembali ke istananya. Beberapa orang penting datang menemuinya, jadi dia harus pulang".


Ashoka tidak merasa ada yang aneh dalam nada atau kata-kata Witashoka. "Dimana ibu? Dia seharusnya tahu aku sudah tiba. Sepertinya ibu masih marah kepadaku", tanya Ashoka kepada adiknya yang sibuk mengelus kepala kuda itu.
"Kau pergi ke ritual Kumbha Mela karena aku yang memintamu. Mengapa aku masih marah?", jawab Dharma yang tiba-tiba datang. "Kuda ini sangat bagus. Kalian berdua pasti lelah setelah dari perjalanan jauh", kata Dharma berusaha mengalihkan pembicaraan. Ashoka merasa lega melihat ibunya yang bisa tersenyum lagi.

Dharma meminta Witashoka agar mengajak kuda itu ke suatu tempat agar bisa merumput sepuasnya. Witashoka segera pergi sambil menuntun kuda putih kakaknya.
"Dan kau Ashoka, pergilah mandi, bersihkan diri", kata Dharma hendak beranjak kembali ke dalam rumah.

Ashoka yang heran bertanya pada Dharma tentang perubahan perilakunya. "Mengapa tiba-tiba ibu sayang terhadapku?", tanyanya.
Dharma menjawab dengan bingung, "Kau hidup dengan begitu banyak kemarahan dan kebencian. Kau tidak dapat melihat cinta dan kasih sayang dalam setiap perkataan marah ibumu ini. Atau mungkin kau tidak ingin melihatnya".

Dharma lalu pergi dengan perasaan sedih, tak peduli Ashoka terus berbicara kepadanya.
Ashoka berkata, "Kita telah belajar satu hal selama bertahun-tahun, yaitu menyembunyikan rasa sakit satu sama lain. Jika ibu bisa melihat semuanya, maka ibu akan mengerti bahwa aku tidak hanya lelah tetapi telah dikalahkan juga. Aku telah kehilangan kesempatan lain untuk membalas dendam pada Sushima!". Ashoka teringat kembali saat hampir menyusul Sushima di sebuah bukit, namun dia malah tersandung dan jatuh berguling-guling dari bukit itu.

Di dalam ruangannya, Dharma berterima kasih kepada Acharya Radhagupta dan Nayaka karena telah menyelamatkan dia dan keluarga dengan mempertaruhkan nyawa mereka. Keduanya tersenyum lalu pergi dari ruangan itu disusul juga tiga orang lainnya yaitu seorang wanita, putra lelakinya dan seorang pemuda yang semuanya menyamar sebagai Chanda dan keluarganya yang pergi ke hadapan Sushima beberapa saat sebelumnya. Semuanya pergi melalui jalan belakang.

Ashoka bermaksud masuk ke dalam rumah, ketika Devi tiba-tiba muncul di hadapannya.
Devi bertanya, "Dimana Prasad (sisa persembahan) untukku?". Devi menengadahkan kedua tangannya di depan Ashoka. Ashoka bingung, "Prasad?". Devi menjelaskan, "Ya, prasad. Kau mandi dalam Kumbha Mela di sungai Gangga dan mempersembahkan Prasad kepada Dewa Shiwa dalam pujamu. Aku hanya meminta itu saat ini".

Ashoka menjawab, "Untuk pertama kalinya aku mendengar seorang putri tuan rumah meminta sesuatu yang lain selain uang sewa. Aku sungguh terkejut!".
Devi jadi keki mendengar ucapan Ashoka. Namun Devi belum sempat berkata apapun, Dhaniram yang turun dari tangga berkata kepadanya untuk tidak khawatir tentang uang sewa lagi. Devi bingung dengan ucapan ayahnya.
Ashoka juga bingung dengan ucapan Dhaniram yang terkesan dibuat-buat. "Mengapa?", tanya Ashoka.

Dhaniram berbohong, "Kami telah menunggu lama sekali. Kami akan menunggu sedikit waktu lagi. Orang semacam Kalian sudah mulai datang ke rumah ini, mungkin akan lebih baik bagiku untuk tidak menuntut bayaran kepadamu"
Ashoka semakin bingung dan bertanya, "Apakah perubahan ini adalah karena Nirankush atau yang lain? Aku merasa ada yang sangat berbeda sekarang".

Dharma datang dan memberi Ashoka kain yang terlipat. Ashoka pergi ke dalam rumahnya setelah menerima kain tersebut. Dharma berterima kasih kepada Devi dan Dhaniram atas bantuan mereka. "Tapi pastikan bahwa Chanda tidak tahu tentang kedatangan Sushima ke sini", kata Dharma lagi. Dhaniram dan Devi hanya mengangguk.

Di istana Ujjaini, di ruangan raja, Nirankush melangkah mondar-mandir di ruangan itu, beberapa prajurit berdiri dalam jarak tertentu di sisi koridor memberi pengawalan. Nirankush berkata tegang, "Sushima suatu hari nanti akan menyadari bahwa ia kehilangan mangsanya karena aku. Ditambah aku ikut berbohong kepadanya juga. Aku hanya memiliki satu solusi. Aku akan menangkap Chanda dan menyerahkannya kepada Sushima!". Dia lalu duduk ke kursi kebesarannya.

Seorang prajurit menjawab, "Bagaimana mungkin? Mereka sangat cerdas. Chanda lari di depan mata kita sementara Dharma dengan sangat rapi menghadapkan beberapa orang di depan Sushima dan menyamar menjadi Chanda dan keluarganya".

Nirankush bangkit dari singgasana dan berkata, "Hanya tegaskan keraguanku menjadi kepastian! Wanita itu adalah memang Rani Dharma dan Chanda adalah Pangeran Ashoka. Kita harus melakukan sesuatu untuk membuka kebenaran mereka. Orang-orang biasa mungkin mengasihi nyawa mereka sendiri, namun orang-orang yang luar biasa mencintai kehidupan orang yang mereka cintai lebih dari diri mereka sendiri!". Prajurit manggut-manggut mendengar perintah itu.

Di hutan kecil dekat dinding benteng istana Awantipuram, Witashoka memberi makan rumput kepada Garuda, kuda milik kakaknya. Dia sedang bersama teman-teman sepermainannya di tempat itu. Witashoka berkata kepada teman-temannya bahwa kakaknya yang membawanya. "Apakah kau sudah pernah melihat kuda yang bagus seperti ini?"

Salah seorang temannya berkata, "Kuda ini memang bagus, namun dia akan tampak lebih bagus jika ia memiliki pelana yang sama seperti kuda Pangeran Sushima".
Witashoka menanggapi, "Bhaiya-ku tidak suka hal-hal seperti itu".
"Kau juga tidak menyukai, bukan?", tanya Witashoka kepada Garuda. Garuda menjawab dengan meringkik.

Anak-anak yang sedang bermain itu mencium aroma makanan yang lezat yang datang dari arah dalam benteng istana. Mereka melihat dari jauh ke dalam istana dan mereka melihat pelayan sedang membawa ladu.

Witashoka meyakinkan teman-temannya, "Kita akan makan enak hari ini! Kau mau membantuku Garuda?"

Dia membisikkan sesuatu dan memberi isyarat kepada Garuda. Garuda lalu berlari menuju pintu utama istana untuk mengalihkan perhatian para penjaga. Dua penjaga pintu utama terpancing, mereka mengejar kuda putih itu.

Melihat pintu utama benteng sudah kosong, tidak ada penjaga, Witashoka masuk ke dalam secara diam-diam.

Witashoka mengendap-endap mengikuti pelayan yang dilihatnya menuju dapur sambil membawa ladu. Dia masuk ke ruangan dapur, tanpa ketahuan beberapa orang pelayan yang sedang bekerja di ruangan tersebut. Witashoka mengambil satu pot penuh ladu di dapur itu dan segera menyelinap keluar dari tempat itu. Salah satu pelayan di dapur melihat piring ladu kosong hanya menyisakan sedikit ladu. Di koridor, Witashoka berlari dengan ladu ditangannya, tanpa peduli dengan seorang prajurit meneriakinya pencuri.

Di tempat semula, Witashoka dan teman-temannya mulai menikmati ladu dengan puas. Namun sejenak kemudian, teman-temannya lari berhamburan karena melihat prajurit datang ke sana. Terlambat bagi Witashoka yang sedang menikmati ladunya. Dia tidak menyadari kedatangan prajurit, sehingga Witashoka sendiri tertangkap. Dia digelandang oleh tiga prajurit dan dibawa ke dalam benteng istana. Witashoka berteriak agar dibebaskan sambil memanggil-manggil kakaknya.


PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top