Sinopsis Ashoka Samrat 341 bag 2 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat 341 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Kaurwaki dan rombongannya sedang di perjalanannya menuju Ujjaini. Sejenak rombongan itu berhenti. Kaurwaki turun dari keretanya dan memeriksa arah angin dengan menaburkan debu dari tangannya. Begitu arah angin diketahui dia memutuskan untuk pergi menurut arah angin tersebut.
Bela bertanya, "Mengapa Anda begitu yakin bahwa Anda akan menemukan dia di arah tersebut?"
Kaurwaki menjawab, "kepercayaan atau sugesti ada di luar logika. Aku tidak tahu mengapa aku memiliki sugesti ini tapi itu pasti ada. Aku hanya meyakini hal itu!"

Di suatu tempat di luar benteng istananya, Witashoka dibawa ke tempat itu oleh prajurit bersama rajanya. Sementara tangan Witashoka dipegangi oleh prajurit, Nirankush memegang wajah Witashoka erat-erat dengan kasar. "Kakakmu sangat menyukai permainan petak umpet. Kami akan memainkan permainan itu hari ini. Aku akan melihat apakah kakakmu dapat menemukanmu atau tidak", kata Nirankush dengan marah.


Witashoka berteriak minta dibebaskan, Nirankush dan prajuritnya hanya tertawa mendengarnya.
Di rumah Seth Dhaniram, di ruangannya, Ashoka sedang makan. Dharma menanyakan Witashoka kepadanya. Ashoka sambil meneruskan makannya, menjawab, "Dia pasti sedang bermain dengan teman-temannya".

Mereka mendengar derap kuda di luar pekarangan rumah, Ashoka dan Dharma segera keluar dari rumahnya, demikian juga Devi turun dari lantai atas. Garuda kembali ke rumah sendirian, tidak bersama Witashoka. Ashoka dan Dharma heran karena tidak menemukan Witashoka.
Salah seorang teman Witashoka datang dengan nafas tersengal setelah berlari. Dia memberitahu mereka bahwa prajurit Nirankush menangkap Witashoka dan membawa bersama mereka. Semua orang terkejut mendengar laporan teman Witashoka itu.
Ashoka dengan marah segera naik ke punggung kudanya dan pergi bersama Garuda menuju benteng istana Ujjain.

Devi memegang Dharma yang menangis memikirkan keselamatan Witashoka. Devi dan Dhaniram yang ikut turun berusaha menenangkannya.
Di hutan kecil di luar benteng istana, beberapa prajurit sedang mengejar Witashoka yang berlari dengan tangan terikat di belakang punggung dan secarik kain menyumpal mulutnya. Prajurit itu terus mengejar sambil memukulkan cambuknya.

Sementara itu Ashoka yang marah sampai didepan pintu benteng istana. Dia segera turun dari kuda dan berlari ke arah prajurit yang berjaga di depan gerbang benteng. Salah seorang prajurit yang menghadangnya berhasil ditelikung dan lehernya dikunci oleh tangan Ashoka yang berotot.
"Katakan dimana Witashoka jika kau ingin hidup!", ancam Ashoka sambil memanggil Witashoka.
Prajurit yang nafasnya megap-megap karena lehernya dijepit oleh Ashoka menjawab, "Kau tidak akan menemukan apa-apa dengan cara ini. Kau harus bermain petak umpet atau menyerah jika ingin menyelamatkan adikmu".

Prajurit lain segera mengelilingi Ashoka sambil mengarahkan pedang terhunus. Ashoka melepaskan prajurit yang ditelikung tadi dan membiarkan dirinya ditangkap.
Prajurit yang baru di lepas itu memperingatkan Ashoka untuk tidak bertindak nekat. "Bila kau berani melakukannya, maka kau menempatkan hidup adikmu dalam bahaya", kata prajurit itu tertawa terbahak-bahak.

Di ketinggian sebuah bukit, Nirankush dan seorang prajuritnya tertawa lebar menikmati tontonan Witashoka dengan mulut tersumpal kain dan tangan terikat di belakang punggung tengah berlari di tengah hutan di bawahnya. Di belakangnya, dua prajurit Ujjain mengejarnya sambil menghelanya dengan pukulan cambuk seperti gembala menghela ternaknya.

Tak jauh dari tempat itu di hutan kecil yang sama, beberapa prajurit menggelandang Ashoka ke tempat itu dibawah todongan pedang mereka. Seorang prajurit yang tampaknya pimpinan kelompok itu menutup mata Ashoka dengan secarik kain hitam. Dan kedua tangan Ashoka diikat erat dibelakang punggungnya. Ashoka yang memikirkan keselamatan adiknya hanya bisa menuruti kemauan prajurit itu tanpa melawan.

Pimpinan prajurit melihat Nirankush mengibarkan bendera merah dari ketinggian bukit yang berarti Ashoka harus dilepaskan sendirian dan permainan petak umpet itu dimulai.
Pimpinan prajurit berkata kepada Ashoka, "Sekarang kau bisa berlari mencari adikmu hanya dengan cara begini! Jika kau melepas penutup mata ini maka adikmu akan dibunuh tepat saat itu juga! Ayo, pergi sekarang!".

Pimpinan dan para prajurit tertawa dan segera berlari meninggalkan Ashoka sendirian. Tinggal Ashoka sendiri yang berteriak marah.
"Wit!", teriak Ashoka memanggil adiknya, Witashoka.
Witashoka yang berlari di hela dua prajurit mendengar teriakan itu. Dia menoleh kesana kemari namun tidak melihat kakaknya.

Salah seorang prajurit yang mendapat isyarat dari Nirankush diatas bukit yang tertawa-tawa dengan permainan itu, mulai melepas kain dari mulut Witashoka.
Witashoka akhirnya berteriak, "Bhaiya!"
Ashoka yang mendengar teriakan adiknya mulai berlari ke arah darimana datangnya suara teriakan Witashoka. Nirankush berjingkrak gembira tertawa menikmati tontonan itu dari jauh. Prajurit masih mengejar dan menghela Witashoka yang terus berlari sambil berteriak memanggil kakaknya.

Ashoka yang berlari dengan mata tertutup harus jatuh bangun berkali-kali karena tersandung batu atau batang pohon dan juga menabrak cabang pohon yang melintang dan tonggak kayu. Nirankush berteriak senang setiap melihat Ashoka terjatuh dan kesakitan. Badan dan wajah Ashoka penuh luka memar, luka gores dan lecet-lecet. Namun Ashoka tidak menyerah, dia terus berlari mengikuti suara panggilan Witashpka.

Sementara Witashoka terus berteriak memanggil kakaknya, "Selamatkan aku Bhaiya!"
Ashoka terus berlari sambil memanggil adiknya.

Witashoka yang terus berlari dihela prajurit dengan cambuk, mendadak berhenti karena sampai di bibir tebing yang didepannya jurang dalam yang menganga. Ashoka yang berlari juga menuju tempat itu karena teriakan Witashoka yang terus memanggilnya.

Dua prajurit yang melihat kedatangan Ashoka segera memukulnya dengan cambuk. Namun Ashoka mengalahkan keduanya dengan tendangan kakinya walaupun matanya masih tertutup kain. Ashoka membebaskan tangannya yang terikat hanya dengan menyentakkan kedua pergelangan tangannya. Para prajurit lain berdatangan, namun semuanya roboh di tangan Ashoka, termasuk pimpinan prajurit yang menyabetkan pedangnya dibuat roboh tak berdaya. Nirankush terkejut dengan perubahan dalam sekejap itu. Tawa berderainya berubah menjadi tegang. Witashoka tertawa melihat bagaimana kakaknya mengalahkan prajurit itu. Para prajurit yang kalah segera berhamburan melarikan diri. Namun salah seorang prajurit menangkap dan membopong tubuh Witashoka di pinggir tebing dengan maksud akan menjatuhkan adik Ashoka ke dalam jurang. Witashoka yang tubuhnya dibopong berteriak ketakutan. Ashoka yang baru melepaskan kain penutup matanya kaget melihat keselamatan adiknya terancam. Dia segera berlari ke arah prajurit itu dan melayangkan tendangan ke dadanya. Prajurit terdorong jatuh ke dalam jurang, sedangkan Witashoka yang terlepas dari bopongan prajurit ditangkap dengan selamat oleh Ashoka. Ashoka segera memeluk adiknya dengan lekat.

Nirankush merasa kecewa karena sekali lagi Ashoka berhasil mempercundanginya. Dia dan prajuritnya segera pergi dari tempat itu.

Ashoka masuk memeluk adiknya. "Wit", katanya.
Witashoka melepaskan pelukan dan meminta maaf kepada kakaknya, "Maafkan aku, Kak, karena jadi serakah dan mencuri makanan"

Ashoka menjawab, "Kau tidak perlu meminta maaf. Ini bukan salahmu tapi tujuannya adalah menyakitiku. Nirankush adalah orang yang memaksa kita untuk melakukan sesuatu yang salah atau mencoba mengubah jalan kita".

Ashoka melihat luka di tangan Witashoka dan memegang luka itu. Dia memeluk adiknya dan tampak marah. "Mereka menyakitimu? Kau luka berdarah. Sekarang mereka akan kehilangan darah! Mereka telah memberikan rasa sakit padamu. Sekarang aku akan memberikan mereka bagaimana rasa sakitnya! Mereka harus merasakan dalam hidup mereka! Mereka harus membayar untuk setiap lukamu!", kata Ashoka menahan marah

CUPLIKAN : Malam hari, Nirankush bersama lebih banyak prajurit datang ke rumah Dhaniram lagi. "Dimana dia? dimana Ashoka?", tanyanya kepada Dhaniram dan Devi yang menyambutnya mereka. Saat itu Dharma, Witashoka dan Ashoka bersama kudanya sedang menuju suatu tempat. Nirankush menyandera Dhaniram dan Devi dan memerintahkan prajurit membakar rumah Dhaniram. Dhaniram dan Devi berteriak panik sambil menangis melihat bencana yang akan menimpa rumahnya, namun Nirankush tidak menghiraukan teriakan mereka.

PREV  1  2  NEXT
Bagikan :

Related Post:

Back To Top