Sinopsis Ashoka Samrat episode 329 by Kusuma
Rasmana. Di hutan kecil di luar kota Pattaliputra, Ashoka dan Kaurwaki
sedang berlari mencari tempat persembunyian karena ada rombongan Jagannatha yang
sedang berderap dari jalan arah Pattaliputra mulai menyusuri hutan itu dan
menyebarkan prajuritnya. Kaurwaki menduga ayahnya dan para prajurit Kalingga
sedang mencari dirinya. Sementara seorang pembunuh bayaran bernama Yama sedang
berlari mengejar sasarannya karena yakin calon korbannya kali ini berada di
sekitar hutan tersebut. Salah seorang prajurit Kalingga melihat Yama yang
perawakannya tinggi besar dengan wajah coreng moreng menyeramkan tengah berlari
sambil menjinjing pedang yang terhunus.
Prajurit itu segera menembakan panahnya,
namun panah itu luput mengenai sasaran sehingga Yama yang tengah berlari sadar
ada seseorang yang menyerang dirinya, Yama sangat marah melihat siapa yang
menyerangnya dan langsung membunuh prajurit Kalingga itu. Kaurwaki yang tengah
berada didekat situ bersama Ashoka memekik kaget dan ketakutan melihat prajurit
dibunuh didepan matanya. Ashoka segera membekap mulut Kaurwaki, namum pekikan
itu membuat Yama si pembunuh menoleh dan melihat calon mangsanya yaitu Ashoka
bersama seorang gadis. Ashoka dan Kaurwaki pun segera berlari dari tempat itu
dan Yama mengejarnya.
Jagannatha yang sudah menyebar prajuritnya di hutan itu melihat
salah seorang prajuritnya terbunuh. Sementara Ashoka dan Kaurwaki yang kelelahan
berlari segera berhenti dibawah pohon besar. Kaurwaki berkata, "Aku mengerti
mengapa ayah datang kesini. Tapi siapa orang yang telah membunuh prajurit
itu?"
Ashoka dengan nafas tersengal karena lelah tidak punya gambaran apapun, namun ia yakin ada sesuatu yang salah. "Kita harus berpencar dari sini. Kau harus menuju ke sana!", Ashoka menunjuk ke depan, "dan aku akan ke arah lain disana", katanya menunjuk arah lainnya.
Namun Kaurwaki tidak ingin berpisah dan pergi jauh dari Ashoka. "Tidak, Ashoka, aku tidak ingin berpisah lagi, aku tidak akan bisa hidup tanpamu", kata Kaurwaki memegang tangan Ashoka. Ashoka balas memegang kedua pundaknya dan berusaha menenangkan Kaurwaki.
Ashoka berkata, "Kita akan bertemu lagi jika kita masih hidup. Tidak ada waktu atau pun musuh yang bisa memisahkan kita. Ayo, pergilah Kaurwaki!"
Kaurwaki memegang erat tangan lelaki yang dicintainya, Ashoka juga menatapnya lekat. Mereka berdua pun saling melepaskan tangan dengan perasaan berat dan sedih. Kaurwaki segera pergi dari sana dengan berlinang air mata. Namun baru beberapa langkah, Kaurwaki kaget karena didepannya Jagannatha sudah menghadangnya dari atas kuda. Kaurwaki berbalik untuk melihat Ashoka namun Ashoka bersembunyi di belakang pohon. Jagannatha segera memerintahkan prajuritnya untuk membawa Kaurwaki menuju Kalingga.
Dari tempat persembunyiannya, Ashoka berguman, "Maafkan aku, Kaurwaki. Aku tidak ingin hidupmu dalam bahaya karena aku. Kita pasti akan bertemu suatu hari nanti"
Ashoka segera meninggalkan tempat itu ke arah yang lain yang berbeda dari arah kepergian rombongan Maharaja Kalingga yang membawa Kaurwaki.
Ashoka sedang melangkah ketika seseorang menarik tangannya
keluar dari jalan itu. Hanya sejenak setelah itu, Yama sang pembunuh sampai di
tempat itu, dia mencari-cari Ashoka namun tidak menemukannya. Kembali dia
berlari menyusuri sekitar tempat itu. Sementara itu Ashoka ternyata diselamatkan
oleh Dharma dan diajak ke sebuah gua yang dianggap aman. Ashoka senang melihat
adik kecilnya yang masih bayi dalam gendongan ibunya. Dharma memastikan semuanya
sudah aman, lalu dia menyerahkan bayinya untuk dipangku oleh Ashoka, sang kakak.
Ashoka mencium kening adiknya yang merengek kecil yang mungkin tidurnya
terganggu karena kondisi tempat itu. Ashoka yang tersadar dengan situasi
barusan, berkata, "Mengapa Ibu datang menyusulku? Aku sudah diusir dan tidak
punya pilihan lain. Mengapa ibu tidak memikirkan tentang adikku ini? Mengapa ibu
meninggalkan ayah?"
Dharma menjawab, "Aku tidak bisa hidup terpisah darimu di istana, jadi aku meninggalkan semuanya"
Ashoka bertanya, "Bagaimana ibu bisa meninggalkan ayah begitu saja?". Ashoka yang sedang memeluk adiknya dengan sedih karena Ibu dan adiknya harus ikut susah di luar istana sekarang. Saat itulah dia melihat tanda bekas alas kaki di pakaian ibunya, di bawah pinggang.
"Ibu... " tanya Ashoka dengan nada marah, "Apakah Samrat berhati begitu rendah sehingga dia menendang ibu keluar juga?"
Dharma membantah kata-kata Ashoka. "Tidak, Nak, ini adalah keputusanku"
Ashoka menuntut dan ingin tahu siapa yang melakukan itu. "Ibu selalu berbicara kebenaran. Mengapa ibu ragu-ragu hari ini?", tanya Ashoka, "Ayolah, Bu! Mengapa ibu tidak jujur sekarang? siapa yang melakukan ini?".
Akhirnya Dharma menyebut nama Sushima yang membuat Ashoka marah. "Sushima!!!", teriak Ashoka, "Kau telah memanggil kematian dengan melakukan hal ini. Mengapa ibu tidak membalas?"
Dharma menjawab, "Aku takut, Nak. Aku pergi dari istana ketika mereka semua mengepungku". Dharma pun menceritakan semua kejadian di koridor istana kepada Ashoka.
Ashoka marah besar mendengar kejadian yang dialami ibunya. Dia segera menyerahkan adik bayinya kepada ibunya dan bergegas keluar. Dharma sedih melihatnya, dia segera manggil Ashoka dan mengikuti keluar gua.
Ashoka terus melangkah lebar menyusuri rerumputan dan hutan kecil itu hendak kembali ke istana membalaskan kelakuan Sushima. Dharma mengikuti dan berusaha menenangkan amarahnya. "Aku bersumpah! Aku akan memotong kaki Sushima yang telah menyakiti ibuku. Ashoka putra Dharma tidak akan membiarkan penghinaan kepada ibunya. Bukan hanya Sushima, tapi semua orang di istana itu harus menerima hukuman! Ini akan jadi peringatan bagi mereka", kata Ashoka marah. Sementara itu itu tanpa disadari Ashoka dan Dharma, Yama sang pembunuh tengah mengejarnya juga.
Dharma menghalangi langkah Ashoka dan menyuruh dia tenang dan meredakan kemarahannya. Dia minta Ashoka menunggu waktu yang tepat bila ingin memberi pelajaran kepada orang yang telah menyakitinya.
Ashoka yang tengah murka menyahut, "Setiap orang, termasuk ibu dan Acharya Chanakya sering berbicara tentang waktu yang tepat..waktu yang tepat. Tapi kapan ada waktu yang tepat?. Sekaranglah menjadi waktu yang tepat itu!". Ashoka bersikeras ingin pergi namun Dharma terus menghalangi. Bahkan adik bayinya ikut memegang kalung di leher kakaknya seakan ikut melarang kakaknya pergi melampiaskan dendamnya, namun Ashoka tetap marah.
Dalam kekalutan hatinya, Dharma berjongkok di depan Ashoka dan meminta Ashoka agar membunuh dirinya dan bayinya dulu. "Kalau kau memang ingin membunuh seseorang, Kau harus melihat ibu dan adikmu mati dulu jika kau ingin pergi sekarang!"
Ashoka berkata, "Apa yang ibu lakukan? Tidak, Bu. Ibu tidak bisa
melakukan ini kepadaku. Aku akan mati dengan cara ini karena ibu membuatku lemah
dengan merampas kekuatan dariku"
Dharma berdiri dan meminta Ashoka berjanji. "Kau tidak akan pernah melangkahkan kakimu di Pattaliputra hingga aku memberimu izin", kata Dharma. "Kau harus berjanji pada adikmu", katanya menempelkan tangan Ashoka ke kepala bayinya.
Ashoka melangkah menjauh, dia berkata "Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan membenci ibu juga. Ibu telah membuatku lemah!"
Ashoka akhirnya bersumpah sambil memegang kepala adiknya akan menuruti kemauan ibunya, tapi... "Ingat, ibu memang menyelamatkan anak bungsu ibu hari ini, tapi mulai sekarang ibu kehilangan anak sulung!". Dharma kaget mendengar perkataan Ashoka, yang terus menatapnya tajam.
Ashoka tersadar ada seorang tinggi besar dengan wajah seram dan pedang telanjang tengah berlari menuju tempat itu. Dia segera berlari sambil menuntun ibunya, matanya mencari-cari dimana tempat yang bisa dipakai bersembunyi. Tanpa disadari, Ashoka menuntunnya menuju pinggir tebing. Dharma yang mengetahui jurang menganga didepannya segera menarik Ashoka agar tidak terpeleset jatuh
Ashoka dan
Dharma menjadi tersudut di pinggir tebing karena Yama sang pembunuh sudah sampai
didepan mereka dengan pedang panjang terhunus. Dharma menatap Ashoka seakan
bertanya. Yama tersenyum sumringah karena mangsanya saat ini sedang tersudut dan
tidak mungkin lolos lagi.