Sinopsis Ashoka Samrat episode 292 by Kusuma
Rasmana. Di sebuah ruangan di dalam istana Magadha, Pattaliputra,
Drupada sedang berdiri sambil memikirkan sesuatu. Ashoka datang ke tempat itu
untuk menemuinya. Ashoka berterima kasih kepada Drupada karena telah membantunya
menenangkan samrat. Ashoka bertanya, "apa yang kau lakukan disini malam-malam
begini?". Drupada menjawab, "ini tidak adil, mengapa aku tidak boleh berada
disini padahal kakak Siamak baru saja dari sini". Ashoka terkejut mendengar
perkataan Drupada. Drupada menceritakan bahwa dia melihat Siamak dari sini. "Dia
terlihat khawatir atau takut akan sesuatu. Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa
keluar dari kamar ini, padahal tidak ada pintu masuk dari arah sini", kata
Drupada. Mendengar keterangan itu, Ashoka memutar otaknya, berpikir
menghubungkan hal yang sedang dihadapi. Dia lalu minta Drupada pergi dan kembali
ke tempat itu bersama prajurit secepatnya. Drupada pergi menuruti permintaan
Ashoka.
Ashoka mencoba masuk ke ruangan yang dimaksud Drupada namun dia
tidak menemukan pintu masuk. Dia mendengar suara seseorang yang berteriak dengan
keras, teriakan dan geliatan kesakitan. Ashoka berusaha mencari jalan masuk,
karena yakin ada pintu ke dalam kamar itu. Saat melihat ada lemari dengan
tumpukan beberapa buku yang dibungkus, dia pun menggeser lemari itu kesamping
dan ternyata sekaligus bisa membuka pintu rahasia. Ashoka terkejut saat melihat
ke dalam ruangan rahasia yang sudah terbuka itu. Tampak Kasturi yang terkapar
tak berdaya karena kesakitan.
Mahamatya, Charumitra, Helena dan Sushima keluar dari ruang
rahasia itu melalui jalan lain. Mereka semua bergembira karena menganggap
Kasturi sudah mati. Namun Mahamatya kemudian berkata, "Aku merasakan ada
seseorang masuk ke dalam lewat pintu yang kita masuki". Sushima menjawab,
"kekawatiranmu berlebihan, Khalatak. Tak seorang pun tahu jalan rahasia itu".
Ashoka melihat Kasturi yang sedang sekarat menjelang ajalnya.
"Apa yang terjadi padamu, Kasturi?, katakan, ayo katakan!", tanya Ashoka.
Kasturi dengan nafas tersengal berguman tentang kematian Acharya Chanakya. "Ayo
katakan, Kasturi!, siapa?", tanya Ashoka. Dengan nafas terputus-putus, Kasturi
berguman, "Pangeran...pangeran Ss...", kata Kasturi terputus seiring tarikan
nafasnya berhenti. Dia meninggal dengan mata terbuka, sementara Ashoka berteriak
memanggil namanya. Drupada datahg ke tempat itu bersama beberapa prajurit.
Ashoka melihat seekor ular keluar dari karung dekat kaki Kasturi. Dia minta
Drupada agar diam di tempatnya karena ular itu melata mendekati Drupada dan
mulai melingkar tubuhnya dan mengembangkan capingnya siap mematuk . Drupada
tampak ketakutan melihat ular itu memperdengarkan desisannya. Ashoka minta agar
Drupada percaya kepadanya. "Aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi kepadamu",
kata Ashoka. Ashoka mengangkat ular itu dan melemparkannya keluar kamar dengan
pedangnya dan melegakan Drupada dari ketakutan. Drupada yang sudah reda dari
ketakutan berkata, "apakah Siamak terlihat ketakutan karena ular ini?". Ashoka
tidak menjawab, namun dia lalu menyuruh Drupada agar kembali ke kamarnya dengan
ditemani 2 prajurit. Seorang prajurit memberikan sesuatu kepada Ashoka berupa
pakaian yang berlumuran darah kering (yang mungkin milik Chanakya) dan beberapa
belati juga berlumuran darah yang sudah mengering. Ashoka terpukul dan sedih
memikirkan kematian Kasturi yang pasti terkait dengan kematian gurunya, Acharya
Chanakya, namun dia juga marah atas cerita Drupada yang mengatakan melihat
Siamak keluar dari ruangan itu.
Di ruangan itu sudah berkumpul Helena, Siamak, Mahamatya,
Charumitra dan Sushima. Siamak sangat gembira karena kisah Kasturi akhirnya
berakhir. "Dia sudah pergi menuju tempat guru favoritnya (Chanakya)", kata
Siamak tersenyum lalu tertawa. Semua orang disitu ikut tertawa mendengar Siamak.
Helena akan pergi ketika Ashoka masuk ke ruangan itu. Ashoka terlihat marah
dengan keberadaan mereka yang berkumpul. Ashoka memandang semua mata yang hadir
satu per satu. "Aneh, ini adalah kedua kalinya setelah kematian seseorang di
istana ini, aku melihat kalian semua berkumpul seperti merayakan sesuatu", kata
Ashoka. Helena berpura-pura terkejut. "Siapa yang mati?", tanyanya. Ashoka minta
Siamak menjawabnya namun Siamak berlagak tidak tahu apa-apa. Ashoka menyebut
nama Kasturi. "Dia mati di ruangan rahasia, yang mana Drupada melihat kau keluar
dari ruangan itu", kata Ashoka. "Katakan apa yang kau tahu tentang pembunuh
Chanakya?", tanya Ashoka ketus kepada Siamak. Siamak agak gugup mencoba
mengatakan alasan dia berada di tempat itu. Atas isyarat Helena, Charumitra
pergi dari ruangan itu. Helena bertanya, "apa yang sebenarnya kau ingin katakan?
Apa kau kehilangan ingatanmu setelah menjadi putra mahkota?". Mahamatya minta
Ashoka mengatakan apa yang sebenarnya dia lihat.
Di ruang pribadi samrat, Dharma sedang berbicara dengan
Bindushara. "Ashoka melakukan hal itu bila sedang marah", kata Dharma. Dharma
bermaksud menyuapi Bindushara makanan ketika Charumitra datang ke sana.
Charumitra mengadu kepada Samrat, "Ashoka memukul Siamak karena marah".
Bindushara dan Dharma kaget mendengarnya. Mereka semua segera keluar ruangan itu
untuk melihat apa yang terjadi.
Di ruangan Charumitra, Ashoka tidak percaya kalau semua ini
disebut hanya kebetulan. "Di hari ketika aku mencari Kasturi, tiba-tiba
seseorang membunuhnya. Siamak terlihat keluar dari tempat aku menemukan
Kasturi", kata Ashoka. Siamak hanya diam mendengar kata-kata Ashoka. Helena
minta Ashoka agar tidak menuduh Siamak atas apa yang dilakukan ibunya. Siamak
dengan marah berkata, "Ya, ibuku menjadi pengkhianat karena ibu dari Ashokalah
penyebabnya. Kalian berdua (Dharma dan Ashoka) telah merebut semua kebahagiaan
kami sejak kalian datang ke dalam kehidupan kami. Kakak Sushima benar, ayah
telah membuat Dassi (seorang pelayan) menjadi Rani dan Ashoka inilah hasilnya".
Ashoka marah mendengar kata-kata Siamak. Dia menampar Siamak hingga roboh
terjengkang. Bindushara, Dharma dan Charumitra yang baru tiba kaget melihatnya.
Bindushara berteriak marah, "Ashokaa!". Ashoka pun kaget atas kehadiran ayah dan
ibunya yang tiba-tiba. Mereka semua membantu Siamak berdiri. Sushima tersenyum
menyindir dan berkata, "lihatlah Ayah, lihatlah! Ashoka memukul saudara mudanya
(Siamak). Tidakkah ayah merasa malu?". "Dan kau menjadi arogan setelah menjadi
putra mahkota. Jangan lupa, bahkan seorang samrat tidak bisa menganiaya orang
tanpa alasan", kata Sushima kepada Ashoka. Bindushara yang marah berkata, "aku
sungguh tidak percaya, kemenangan di Takhsashila akan mempengaruhimu seperti
ini. Kau telah banyak berjanji kepadaku beberapa saat lalu dan sekarang kau
melupakan semua itu?".