Sinopsis Ashoka Samrat episede 276 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episede 276 bag 2  by  Kusuma RasmanaNamun Ashoka berkilah, "aku sudah cukup berpengalaman untuk mengerti perbedaan yang benar dan salah!".  Mereka berdua menghunus pedang masing-masing, Ashoka berseru,"Jay Janani!" langsung menyerang Nayaka. Keduanya mulai terlibat pertarungan pedang, namun Nayaka yang lebih berpengalaman berhasil melayang pukulan ke perut lawannya. Ashoka menyerang lagi, namun saat lengah, pedang Nayaka berhasil melukai lengan kirinya, disusul dengan tendangan dan sabetan pedang ke lengan kanan Ashoka hingga pedangnya terlempar. Ashoka berteriak, "Ibu!" sambil terhuyung-huyung.

Di biara, Dharma berdiri tiba-tiba, dia berteriak, "Ashoka!" karena tersentak seperti mendengar teriakan ibu!

Wasantsena, adik Kichaka, tiba-tiba datang ke ruangan saat itu. "Mengapa kau mengijinkan Ashoka pergi? Tidakkah kau tahu, tidak seorang pun sanggup mengalahkan Kichaka hingga hari ini?", tanya Wasantsena. Dharma menjawab, "bahkan kematian tidak dapat mengalahkan Ashoka sampai sekarang!". Wasantsena mengangguk membenarkan. "Ashoka memang kuat, tapi bagaimana dia sanggup bertahan bertarung melawan orang yang mampu mendorong gajah dengan tangannya sendiri?".

"Oh Tuhan...", kata Dharma tertahan karena sangat memikirkan nasib Ashoka, sambil melihat lampu diya di ruangan itu.

Di tanah lapang tempat pertarungan, Nayaka berkata menyindir saat melihat Ashoka bangun tertatih-tatih.

"Apakah hanya ini kekuatanmu? Mengapa Acharya Chanakya sangat yakin kepadamu? Magadha telah melakukan kesalahan dengan percaya kepadamu. Kaurwaki juga cukup bodoh kalau berpikir kau akan bisa menyelamatkannya. Sejarah akan mencatat semua ini. Pangeran Magadha tidak mampu menyelamatkan seorang putri Kalingga", kata Nayaka, "Ayo lawanlah aku!".

Wasantsena berpura-pura bersimpati atas apa yang dialami Dharma. Dia berusaha meyakinkan membawa Dharma keluar dari biara dengan dalih melakukan pemujaan di kuil Shiwa. Dia berkata, "semua keinginan dan harapanmu akan terkabul bila kau berdoa ditempat itu". Dharma setuju dan mengikuti langkah Wasantsena. Mereka pun berangkat diam-diam tanpa memberitahu siapapun. Wasantsena membawa Dharma melalui jalan rahasia yang sama saat dia masuk biara itu.

Ditempat pertarungan, Ashoka yang mencoba melawan namun roboh bergulingan karena tendangan geledek Nayaka pada perutnya. Sementara di ruang lain di biara, Acharya Dewaratha yang didampingi biksu Ananda merasa bersalah karena menyembunyikan kebenaran dari Ashoka. "Aku merasa telah berbohong kepada Acharya Chanakya", kata Acharya.

Dalam perjalanannya bersama Dharma menuju kuil, Wasantsena diam-diam menjatuhkan sebuah surat. Pimpinan Prajurit, Bhairawa menerima surat itu yang berisi tulisan "Mahadewa Mandir" (Kuil Shiwa), dia tersenyum lega setelah membacanya. Dharma dan wasantsena sampai di kuil itu. Dharma menghantukkan kepalanya ke kaki lingga Shiwa hingga dahinya berdarah. "Ibu Bhumi, puaskanlah rasa hausmu akan darahku bila Engkau membutuhkan darah! Mohon selamatkanlah Ashoka-ku. Aku telah melihat ketidakberdayaannya. Aku tak sanggup lagi melihat kekalahannya. Aku ingin dia cukup mampu melawan segala dan semua orang yang menentangnya dari mimpi menyatukan tanah India. Kumohon, Engkau dengarkan doaku hari ini!", ujar Dharma menghadap lingga Shiwa di kuil itu. Sementara Wasantsena hanya melihatnya sambil gelisah.


PREV    1      2            3
Bagikan :
Back To Top