Sinopsis Ashoka Samrat episode 378 bag 2 by Kusuma
Rasmana. Sementara itu Helena alias Gondana sedang berlari menyusuri
jalan di hutan. Jubahnya hitam yang dipakainya menyangkut di semak-semak saat
dia berlari. Ashoka mengikuti jejak Gondana dengan menunggangi Garuda. Di tepi
jalan hutan, Ashoka menemukan potongan kain hitam yang tersangkut yang
menandakan Gondana baru saja melewati tempat itu. Ashoka kembali mencari buronan
kerajaan itu.
Di koridor istana, Dharma sedang melangkah menuju ruangan
Bindushara sambil membawa nampan puja. Sementara di ruangan raja, Bindushara
kaget dan resah mendengar laporan Acharya tentang kesulitan yang dialami Ashoka
dalam menyergap Gondana.
"Begitu cepatnya kemarahan Ashoka. Dia teralalu cepat kehilangan ketenangannya. Apa yang terjadi denganmu, Acharya? Bagaimana bisa kau membiarkannya pergi sendirian untuk menangkap Gondana hidup-hidup? Jika dia bisa masuk ke dalam istana dan mencoba membahayakan hidup anak-anakku maka dia bisa melakukan apapun di hutan sana!", kata Bindushara memarahi Acharya. Acharya hanya diam mendengar ucapan Samrat.
"Begitu cepatnya kemarahan Ashoka. Dia teralalu cepat kehilangan ketenangannya. Apa yang terjadi denganmu, Acharya? Bagaimana bisa kau membiarkannya pergi sendirian untuk menangkap Gondana hidup-hidup? Jika dia bisa masuk ke dalam istana dan mencoba membahayakan hidup anak-anakku maka dia bisa melakukan apapun di hutan sana!", kata Bindushara memarahi Acharya. Acharya hanya diam mendengar ucapan Samrat.
"Bawalah banyak prajurit bersamamu segera, tangkap Gondana, namun kau juga harus membawa anakku kembali dengan selamat", kata Bindushara memberi perintah. Bindushara kaget melihat Dharma di pintu, demikian juga Acharya Radhagupta. Masalah yang dihadapi oleh Ashoka pasti bukan berita baik bagi Dharma.
Kaurwaki bergegas masuk ke ruanganya, dia mengambil belati dari
kotak pakaiannya. Kaurwaki menghunus belati itu dan melihat bilahnya yang tajam
dan kembali disarunginya. Kaurwaki akan pergi dari ruangannya ketika Devi
menghadangnya. "Anda mau pergi kemana?", tanya Devi.
Kaurwaki menjawab, "Aku akan melakukan kewajibanku. Ashoka sedang dalam bahaya dan dia ada di hutan melawan komplotan Gondana sendirian, aku harus membantunya".
Devi berkata, "Anda jangan membiarkan kebenaran Anda terungkap di hadapan semua orang dengan cara ini. Cara ini akan menyebabkan Anda bisa disalahkan oleh Ashoka"
Kaurwaki menjawab, "Aku akan melakukan kewajibanku. Ashoka sedang dalam bahaya dan dia ada di hutan melawan komplotan Gondana sendirian, aku harus membantunya".
Devi berkata, "Anda jangan membiarkan kebenaran Anda terungkap di hadapan semua orang dengan cara ini. Cara ini akan menyebabkan Anda bisa disalahkan oleh Ashoka"
Kaurwaki menjawab ketus, "Aku tidak peduli! Aku bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan Ashoka! Itu adalah kewajibanku!"
Devi berkata, "Aku tidak akan menghentikan Anda dari menjalankan keawajiban Anda. Anda harus pergi, namun tidak sebagai seorang puteri raja. Anda harus berpakaian seorang ksatria perang"
Kaurwaki terdiam harus mempertimbangkan saran dari Devi.
Di ruangannya, Bindushara yang kaget melihat Dharma, segera
menatap Radhagupta yang sebelumnya juga kaget. Melalui tatapan matanya seolah
dia meminta Acharya agar tidak memberitahu Dharma tentang kesulitan yang
dihadapi Ashoka. Bindushara menerima penghormatan Acharya yang segera pamit dari
ruangan itu. Bindushara segera meoleh kepada Dharma, "Kemarilah", kata
Samrat.
Dharma yang mendekat bertanya, "Ada apa, Samrat? Tampaknya ada hal serius".
Dharma yang mendekat bertanya, "Ada apa, Samrat? Tampaknya ada hal serius".
Bindusahara menanggapi pertanyaan Dharma dengan alasan lain tanpa memberi tahu tentang yang dihadapi Ashoka. "Beristirahatlah. Kau sudah berpuasa, tidak makan atau minum apapun sejak pagi tadi", kata Bindushara.
Dharma berkata, "Ini adalah dharma-ku untuk melayani Anda melakukan ritual puja setelah puasa ini". Dharma melangkah mendekati Bindusahara.
"Berhenti Dharma!", kata Charumitra dari arah pintu, Dharma dan Bindusahara segera menoleh.Charumitra masuk ke ruangan itu, dia berhenti dan menatap Dharma.
"Aku yang memiliki hak pertama kali melakukan ritual puja bagi samrat berdasarkan umur, hubungan, dan status", kata Charumitra kepada Dharma.
Bindushara seakan tak peduli kedua istrinya yang sedang berbicara didepannya, karena memikirkan Ashoka. "Aku berharap Ashoka berhasil dan keselamatannya yang terpenting', batin Bindushara.
Di hutan, Ashoka mengikuti Gondana yang terus berlari dan pergi
menuju ke sebuah gua. Ashoka segera berhenti dan turun dari kudanya. Di dalam
gua, Gondana segera berlari memasuk lubang gua lebih dalam dan segera
bersembunyi.
Ashoka memasuki gua itu dengan sikap waspada dengan pedang di tangannya. Ashoka mencari-cari buronan yang dikejarnya dan melihat seseorang yang mengenakan jubah sedang berdiri di sudut gua membelakanginya. Ashoka segera mengarahkan pedangnya di pundak orang berjubah hitam itu. "Permainanmu sudah berakhir Gondana!", teriak Ashoka.
Orang yang berjubah hitam yang dipastikan adalah Gondana segera berbalik. Ashoka membuka tudung yang menutupi wajah Gondana dengan ujung pedangnya. Ashoka tampak kaget dan tidak senang dengan yang dilihatnya karena ternyata Gondana ini adalah seorang pria.
Ashoka memasuki gua itu dengan sikap waspada dengan pedang di tangannya. Ashoka mencari-cari buronan yang dikejarnya dan melihat seseorang yang mengenakan jubah sedang berdiri di sudut gua membelakanginya. Ashoka segera mengarahkan pedangnya di pundak orang berjubah hitam itu. "Permainanmu sudah berakhir Gondana!", teriak Ashoka.
Orang yang berjubah hitam yang dipastikan adalah Gondana segera berbalik. Ashoka membuka tudung yang menutupi wajah Gondana dengan ujung pedangnya. Ashoka tampak kaget dan tidak senang dengan yang dilihatnya karena ternyata Gondana ini adalah seorang pria.
Di ruangan samrat, Rani Charumitra melakukan ritual puja kepada
Bindushara yang sebenarnya tidak peduli dengan ritual itu karena kehilangan
konsentrasi akibat memikirkan Ashoka.
Dharma menunggu gilirannya dengan sabar.
Bindushara memegang Charumitra dan menerima suapan laddu ke mulutnya. Demikian juga dia juga menyuapi laddu bagi Charumitra. Charumitra lau berjongkok menyentuh kaki Bindushara meminta berkatnya. Bindushara memberkati namun sambil menoleh melihat Dharma. "Aku akan selalu mendukung dan menerima masukanmu", kata Bindushara.
Charumitra yang melihat itu merasa jengkel dan sedih. Dia segera berdiri dan tetap menghadap Samrat. "Samrat, bolehkan aku meminta sesuatu?", tanyanya.
Bindushara mengangguk dan mempersilaknya, "Awashya" (Tentu saja).
Charumintra berkata, "Malam ini, aku mohon Anda menghabiskan malam di ruanganku". Dharma tampak kaget mendngarnya.
Dharma menunggu gilirannya dengan sabar.
Bindushara memegang Charumitra dan menerima suapan laddu ke mulutnya. Demikian juga dia juga menyuapi laddu bagi Charumitra. Charumitra lau berjongkok menyentuh kaki Bindushara meminta berkatnya. Bindushara memberkati namun sambil menoleh melihat Dharma. "Aku akan selalu mendukung dan menerima masukanmu", kata Bindushara.
Charumitra yang melihat itu merasa jengkel dan sedih. Dia segera berdiri dan tetap menghadap Samrat. "Samrat, bolehkan aku meminta sesuatu?", tanyanya.
Bindushara mengangguk dan mempersilaknya, "Awashya" (Tentu saja).
Charumintra berkata, "Malam ini, aku mohon Anda menghabiskan malam di ruanganku". Dharma tampak kaget mendngarnya.
Bindushara menjawab, "Tidak!...maksudku, kau bisa datang ke ruanganku ini". Dharma heran dengan ucapan samrat. Namun Charumitra hanya tersenyum mendengar jawaban Bindushara, senyum yang dipaksakan dari bibirnya. Charumitra lalu pergi dari hadapan Bindushara, dia berhenti didekat Dharma dan melihatnya sinis. "Ayo, pergi sana, dia milikmu setidaknya untuk saat ini", kata Charumitra lirih lalu pergi dari ruangan itu.
Di gua persembunyian Gondana, "Akhirnya kita bertemu!", kata
pria yang memakai pakaian Gondana itu.
Ashoka yang melihat pria berjubah itu membatin, "Dia bukanlah Gondana yang asli. Suaranya bukanlah suara yang aku dengar sebelumnya".
"Kau bukan Gondana!", kata Ashoka. Pria itu melepaskan jubahnya dan membiarkan jatuh ke tanah. "Aku juga tidak akan terkejut jika aku ada di tempatmu", kata pria itu.
Pria itu melangkah dengan agak pincang mendekati Ashoka. Ashoka segera mengenali dia sebagai Uttara, orang kepercayaan Gondana berdasarkan keterangan penagih pajak ilegal yang ditangkap dulu.
Ashoka yang melihat pria berjubah itu membatin, "Dia bukanlah Gondana yang asli. Suaranya bukanlah suara yang aku dengar sebelumnya".
"Kau bukan Gondana!", kata Ashoka. Pria itu melepaskan jubahnya dan membiarkan jatuh ke tanah. "Aku juga tidak akan terkejut jika aku ada di tempatmu", kata pria itu.
Pria itu melangkah dengan agak pincang mendekati Ashoka. Ashoka segera mengenali dia sebagai Uttara, orang kepercayaan Gondana berdasarkan keterangan penagih pajak ilegal yang ditangkap dulu.
"Kau Uttara!", kata Ashoka. Uttara segera maju melayangkan pukulannya tapi Ashoka menangkis dan balas memukulnya hingga jatuh terjengkang. Ashoka melangkah mendekati Uttara, namun sebatang kayu besar melayang dan menghajar kepala Ashoka. Ashoka pun limbung sambil memegangi belakang kepalanya, dia lau roboh dan jatuh pingsan di atas sebuah kotak di lantai gua tersebut.
Sushima muncul di ruangan gua itu, dia menyeringai melihat Ashoka tidak sadarkan diri.
"Kerja bagus yang kau lakukan!", kata Sushima memuji Uttara.
Kilas balik ditampilkan, Helena melemparkan jubahnya kepada Uttara saat berlari. Uttara segera memakai jubah itu dan menyamar sebagai Gondana memancing Ashoka menuju gua, sedangkan Helena terus berlari. Kilas balik berakhir.
Sushima mendekati Ashoka yang masih pingsan, dia berkata sinis, "Apa yang terjadi padamu, Adikku? Kau adalah kesatria hebat. Bertarunglah denganku! Mengapa kau tidak bangun hari ini? Dahulu kau selalu bangun di setiap pertarungan. Ayo, Adikku! Ayo bertarung denganku!".
Sushima menarik Ashoka dan membuatnya berdiri lalu memukul kepala Ashoka sehingga dia terdorong dan njatuh telentang diatas tumpukan karung.
"Hidupku kacau selama kau hidup, Ashoka! Tapi aku akan mengakhiri semua masalahku hari ini!", kata Sushima marah sambil menyeret pedangnya.
Dia mengangkat pedangnya dan mengayunkan ke arah Ashoka yang masih telentang pingsan. Namun sebelum pedang Sushima mencapai sasaran, tiba-tiba lemparan belati menghajar tangannya dan pedang Sushima pun terlepas dari tangannya. Sushima mengaduh memegangi tangannya yang sakit sambil melihat ke arah datangnya serangan itu dengan wajah tegang.
CUPLIKAN : Sushima dan Ashoka terlibat dalam pertarungan pedang
dan Ashoka yang berhasil menguasai pertarungan. Ashoka menggelandang Sushima
dengan tangan terikat yang ditarik dengan dibelakang kudanya saat ia kembali ke
istana. Para warga kota melihat kondisi pangeran Sushima dengan heran.