Sinopsis Ashoka Samrat episode 374 bag 2 by Kusuma Rasmana.
Siamak berkata, "Kalian dengar itu? Pikirannya sangat negatif.
Bagaimana bisa dia berkata demikian saat yang seperti ini? Ketika saudaranya
berjuang melawan maut, bagaimana bisa dia menjadi tidak simpati dengan saudara
dan keluarganya sendiri?".
Ashoka berkata, "Kebenaran kami orang-orang India sejati tidaklah seperti dirimu Siamak!".
Siamak terhenyak mendengarnya, namun berusaha menutupinya. Namun Bindushara bingung mendengarnya.
Ashoka berkata, "Kebenaran kami orang-orang India sejati tidaklah seperti dirimu Siamak!".
Siamak terhenyak mendengarnya, namun berusaha menutupinya. Namun Bindushara bingung mendengarnya.
Bindushara bertanya, "Ashoka, apa maksudmu itu?"
"Anda bisa menanyakan sendiri kepada Siamak", jawab Ashoka. Bindushara masih bingung.
Siamak berusaha berkelit, "Bagaimana aku bisa mengerti apa yang dia maksud sedangkan Anda sendiri tidak mengerti apa yang ia katakan". Bindushara melihat Siamak dan Ashoka.
Ashoka berkata, "Aku mengerti maksudmu. Tidak ada orang istana yang dapat mengertimu. Ini biasa bagimu untuk menunjukkan cinta dan perhatian kepada ayahmu tercinta".
Bindushara bertanya, "Maksudnya?".
Ashoka menjawab, "Mohon Anda tanyakan langsung kepada Siamak ".
Siamak jadi salah tingkah dan tergagap, bibirnya bergerak-gerak tanpa suara.
Tabib mengobati Sushima dengan menggunakan beberapa jarum
akupuntur. "Samrat, jika obat ini bekerja, maka hasilnya akan menjadi positif
bagi pangeran", kata Tabib. Mereka semua diam menunggu perkembangan.
Siamak berpikir, "Sushima harus mati setidaknya demi dewa. Kemudian Ashoka juga akan mati. Dan pada akhirnya, aku akan memenuhi janji yang diucapkan oleh ayahku!".
Tabib memberitahu setelah menarik salah satu jarum itu dari lengan Sushima, "Samrat, Obatnya bekerja dengan baik!".
Siamak berpikir, "Sushima harus mati setidaknya demi dewa. Kemudian Ashoka juga akan mati. Dan pada akhirnya, aku akan memenuhi janji yang diucapkan oleh ayahku!".
Tabib memberitahu setelah menarik salah satu jarum itu dari lengan Sushima, "Samrat, Obatnya bekerja dengan baik!".
Samrat dan semua orang lega mendengarnya. Kecuali Siamak yang berusaha menyembunyikan rasa kecewanya, gerak-geriknya tidak lepas dari pengamatan Ashoka.
Sushima yang wajahnya tidak biru lagi mulai membuka mata dan tersadar. Dia pun mulai bangun dan duduk di pembaringan. Semua orang lega melihatnya, Charumitra memeluknya bahagia, "Sushima, Kau masih hidup!".
Sushima melihat Ashoka dengan marah, "Kenapa? Apa kau senang melihatku? Jangan khawatir. Tidak ada yang akan terjadi padaku. Tidak ada yang bisa melakukan sesuatu kepadaku".
Ashoka hanya diam menatapnya, namun batinnya menjawab, "Aku belum pernah segembira ini saat melihatmu hidup sebelumnya. Kau tidak pantas mati dengan begitu mudah. Karena Aku yang akan melakukan tugas itu".
Sushima yang menatapnya juga berpikir, "Kau kehilangan kesempatan untuk membunuhku hari ini. Ini akan menjadi kesalahan terbesarmu!".
Bindushara berkata kepada yang hadir di ruangan itu, "Keputusan akan dibuat besok di sidang pengadilan istana. Rajkumari Padmawati juga harus memiliki alasan dan bukti yang kuat. Karena jika tidak, maka aku bisa menghukumnya juga!"
Di ruangan Kaurwaki, malam hari, Devi berkata, "Aku yang
memasak makanan itu. Itu seharusnya menjadi kesalahanku. Seseorang datang saat
Anda pergi. Namun Aku tidak bisa melihat wajahnya dari persembunyianku. Itu
dalah kesalahanku, bukan kesalahan Anda!"
Kaurwaki mendekati Devi dan memegang bahunya, "Coba kau ingat, apakah kau melihat sesuatu yang mencurigakan?">
Kaurwaki mendekati Devi dan memegang bahunya, "Coba kau ingat, apakah kau melihat sesuatu yang mencurigakan?">
Devi hanya menggeleng. Kaurwaki berkata, "Disini Aku menemukan keanehan. Seorang anggota keluarga kerajaan berusaha membunuh pangeran melalui aku? Aku rasa seseorang mencoba membahayakan Ashoka. Dia hanya menggunakanku sebagai medianya"
Devi berkata, "Kita tidak tahu, mungkin memang kehendak Dewa jika Sushima yang memakannya dahulu, kalau tidak, maka Ashoka..."
Kaurwaki melihat tangannya, "Aku telah berdoa dengan tangan yang sama untuk kebaikan Ashoka. Aku telah berdoa kepada Tuhan untuknya hanya dengan tangan ini. Tapi dengan tangan ini, aku hampir membuat Ashoka..."
Kaurwaki mengambil sebuah pisau dari nampan buah di meja, tapi Devi segera merebut pisau itu dan melemparkannya.
"Apa yang akan Anda lakukan?", tanya Devi dengan nada tinggi.
Kaurwaki menjawab tidak kalah lantang , "Aku ingin Ashoka yang pertama memakannya. Kami akan berpisah selamanya karena hal ini. Sekarang, apa yang akan dia pikirkan tentangku? Aku yang memintanya untuk memakan masakanku pertama. Aku harus bicara dengannya! Sudah ada begitu banyak perbedaan diantara kami, tapi kini jangan ada lagi", kata Kaurwaki sedih dan menyalahkan dirinya sendiri. "Aku harus bicara dengannya!", kata Kaurwaki langsung pergi. Devi memanggil Kaurwaki namun sia-sia, Kaurwaki tidak peduli dan terus pergi.
Di serambi depan sebuah ruangan Ashoka, Sushima melihat Ashoka
yang sedang melangkah dan keluar dari ruangan itu menuju koridor. Sushima
melihat kepergian Ashoka dan berguman, "Ketika seorang putra sepertimu bisa
melawan perintah ayahnya dan berusaha membunuhku. Tapi aku adalah iblis! Aku
tidak peduli apa yang ayah katakan. Cukup sudah! Kita tidak perlu
kucing-kucingan lagi. Kau akan mati sekarang, Adik!".
Kaurwaki datang bergegas ke ruangan itu, namun tidak menemukan
Ashoka di ruangan itu. Kaurwaki bertanya tentang Ashoka kepada seorang prajurit
penjaga koridor dan prajurit itu memberi tahu dia dimana keberadaan Ashoka.
Kaurwaki segera pergi ke arah yang ditunjuk prajurit.
Di dalam ruangan yang temaram itu, Kaurwaki kaget melihat seorang pria menaruh tangannya diatas api sebuah obor atau penerangan di ruangan itu. Namun pria yang membelakanginya itu seakan tidak merasakan panas api penerangan yang menyala itu. Kaurwaki menyangka itu adalah Ashoka yang melampiaskan kemarahannya.
"Hukum aku! Aku adalah alasan dari kemarahanmu. Kau terhindar dari kematianmu hari ini karena kesalahanku", kata Kaurwaki.
Di dalam ruangan yang temaram itu, Kaurwaki kaget melihat seorang pria menaruh tangannya diatas api sebuah obor atau penerangan di ruangan itu. Namun pria yang membelakanginya itu seakan tidak merasakan panas api penerangan yang menyala itu. Kaurwaki menyangka itu adalah Ashoka yang melampiaskan kemarahannya.
"Hukum aku! Aku adalah alasan dari kemarahanmu. Kau terhindar dari kematianmu hari ini karena kesalahanku", kata Kaurwaki.
Kaurwaki memeluk pria itu dari belakang dan menangis, "Aku adalah pelakumu. Tapi percayalah kepadaku. Aku sangat senang melihatmu masih hidup. Jika sesuatu terjadi kepadamu, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri. Aku mengenalimu saat kita pertama kalibertemu. Aku sadar bahwa kau adalah orang yang denganmulah aku akan mengabiskan seluruh hidupku. Egoku tidak pernah membiarkanku berterusterang kepadamu. Egoku selalu membuatku jauh darimu. Kini Aku tidak tahan lagi. Aku sudah memberimu banyak isyarat tapi kau tidak mengerti. Kau terus menjauh dariku. Aku marah kepadamu karena saat itu tapi kejadian membuktikanku bahwa kau melakukan hal yang benar dengan menjauhkanku darimu. Aku tidak tahu siapa yang ada dibalik semua ini. Tapi jika kau merasa bahwa aku yang menambahkan racun di dalam masakanku, aku akan pergi jauh dari hidupmu selamanya. Katakan sesuatu!. Aku ingin mengatakan bahwa aku adalah milikmu dan akan selalu begitu. Namun selanjutnya tergantung dari dirimu".
Kaurwaki lalu melepaskan pelukannya dan melangkah mundur, "Katakanlah sesuatu! Berikan aku satu petunjuk. Menerimaku atau menolakku. Aku tidak bisa menunggu lagi!".
Kaurwaki terkejut saat melihat pria itu berbalik. Pria itu ternyata bukan Ashoka, melainkan Sushima yang segera tersenyum menyeringai. Mata Kaurwaki terbelalak menatap Sushima yang berdiri dihadapannya.
CUPLIKAN : Sushima memegang Kaurwaki secara paksa. Kaurwaki
mencoba untuk melarikan diri. Kaurwaki melihat Ashoka yang muncul di pintu,
Ashoka menatap mereka dengan marah. Sushima melepaskan Kaurwaki dan menyeringai
melihat Ashoka.