Sinopsis Ashoka Samrat episode 371 by Kusuma
Rasmana. Di suatu tempat dekat air terjun, Ashoka tersenyum melihat
harta karun yang ia temukan karena benang raksha kavacha milik Kaurwaki. Ashoka
berguman sambil menggenggam benang suci itu, "Terima kasih kepadamu Raksha
Kawacha! Karena kau telah menghubungkanku menuju tumpukan harta karun yang
paling mungkin terkait dengan Gondana".
Ashoka menoleh ketika sebatang kayu melayang berputar ke arah kepalanya. Beruntung dia sempat mengelakkan tubuhnya untuk menghindar. Ashoka menoleh kesana kemari mengamati tempat itu, nalurinya mengatakan ada orang yang akan datang ke tempat itu. Saat Ashoka berbalik seseorang tiba-tiba menyerangnya dengan hantaman tinjunya. Ashoka berhasil mengelak dan melayangkan tinju ke dada orang itu. Orang itu meringis namun menyerang lagi. Ashoka menahan serangan itu dan mengunci tangannya dari belakang membuat lelaki itu tidak bisa berbuat apapun lagi. Ashoka merasa ini adalah orang yang sama yang dia tembak dengan panah saat di tempat perburuan di hutan sebelumnya. Ashoka melihat tanda rajah berupa mata tombak diapit bulan sabit berlawanan arah seperti yang dimiliki pekerja Gondana di lengannya. Ashoka segera melepaskan pria itu namun tetap waspada.
"Siapa kau? Kau bukan Uttara, pasti kau adalah Dakshina,
pembantu dekat Gondana!", kata Ashoka yang menyimpulkan berdasarkan info dari
pekerja penagih pajak Gondana yang tertangkap bahwa pembantu dekat Gondana yang
berkaki pincang bernama Uttara, sedangkan yang tidak bernama
Dakshina.
Dakshina mengeluarkan belati dan menyerang Ashoka dengan sabetan belati. Namun Ashoka sambil menghindar masih mampu menyerangnnya lagi. Dakshina kembali menyerang, namun Ashoka menangkap lengannya dan menelikung tangannya ke belakang punggung membuat dia tak berdaya setelah Ashoka menjepit lehernya.
Ashoka yang menahan Dakshina lagi, berkata mengancam, "Katakan siapa Gondana?".
Dakshina mengeluarkan belati dan menyerang Ashoka dengan sabetan belati. Namun Ashoka sambil menghindar masih mampu menyerangnnya lagi. Dakshina kembali menyerang, namun Ashoka menangkap lengannya dan menelikung tangannya ke belakang punggung membuat dia tak berdaya setelah Ashoka menjepit lehernya.
Ashoka yang menahan Dakshina lagi, berkata mengancam, "Katakan siapa Gondana?".
Di persembunyian Helena, Siamak menceritakan tentang apa yang
terjadi pada Ashoka yang jatuh dari tebing dan tak mungkin hidup. Helana senang
dengan berita itu. "Aku seakan tak percaya, namun aku sangat bahagia. Impian
Chanakya tentang Akhanda Bharata seketika sirna bersama kematian Ashoka!", kata
Helena senang, seperti juga Siamak terus mengumbar senyumnya sambil
menggeleng.
"Tapi Nenek juga harus melihat ekspresi ketakutan di wajah Sushima yang takut akan kematiannya, bukan kebahagiaan dari kematian Ashoka", kata Siamak lagi. Helena tertawa tergelak mendengar ucapan Siamak yang ikut juga tertawa.
Helena berkata, "Aku menyukai orang-orang India ini. Mereka mudah terpengaruh oleh perasaan. Mereka merugikan diri mereka sendiri dengan tetap berpegang pada kebenaran. Sepuluh tahun yang lalu, Aku berkata yang sebenarnya kepada Ashoka. Dia menjadi emosional dan hasilnya, dia harus menghadapi sepuluh tahun di pengasingan. Sekarang, ketika dia kembali, ia menjadi emosional lagi dan berusaha menyelamatkan seorang gadis. Hasilnya, dia malah kehilangan nyawanya!"
Dia tertawa terbahak-bahak. "Aku berharap Bindushara ingat dan menepati janjinya untuk memberikan hukuman mati kepada Sushima", kata Helena lagi.
"Tapi Nenek juga harus melihat ekspresi ketakutan di wajah Sushima yang takut akan kematiannya, bukan kebahagiaan dari kematian Ashoka", kata Siamak lagi. Helena tertawa tergelak mendengar ucapan Siamak yang ikut juga tertawa.
Helena berkata, "Aku menyukai orang-orang India ini. Mereka mudah terpengaruh oleh perasaan. Mereka merugikan diri mereka sendiri dengan tetap berpegang pada kebenaran. Sepuluh tahun yang lalu, Aku berkata yang sebenarnya kepada Ashoka. Dia menjadi emosional dan hasilnya, dia harus menghadapi sepuluh tahun di pengasingan. Sekarang, ketika dia kembali, ia menjadi emosional lagi dan berusaha menyelamatkan seorang gadis. Hasilnya, dia malah kehilangan nyawanya!"
Dia tertawa terbahak-bahak. "Aku berharap Bindushara ingat dan menepati janjinya untuk memberikan hukuman mati kepada Sushima", kata Helena lagi.
Siamak berkata, "Sekali saudara-saudaraku keluar dari jalan menuju tahta karena akan mati, maka kita akan dapat memerintah Magadha bersama-sama!". Kembali Helena tertawa tergelak mendengar ucapan Siamak.
"Aku bisa mewujudkan impianku, impian ayah-ibuku, impian Helena dan mendiang Nikator melalui Gondana untuk...", belum selesai kalimat Siamak, tiba-tiba mereka mendengar tepukan tangan. Siamak dan Helena segera menghentikan tawanya dan menoleh. Tampak Sushima masuk ke dalam pondok itu sambil terus bertepuk tangan mengejek mereka.
"Akhirnya aku beruntung melihat Gondana, bukan sekedar Gondana, tapi Gondana yang asli. Semua orang bertanya siapa itu Gondana, darimana asal Gondana?. Ternyata tidak lain adalah nenekku yang telah mati, Helena", kata Sushima.
"Kau sungguh wanita yang lihai dan masih hidup ketika semua orang berpikir bahwa kau sudah mati", kata Sushima dengan sinis. "Dan kau! Beraninya mencoba untuk mencelakakan Aku!", kata Sushima dengan marah dan mencekik leher Siamak. Siamak megap-megap karena nafasnya menjadi sesak karena cekikan itu.
"Hentikan!", kata Helena menghentikan tindakan Sushima dengan marah. "Sushima!", teriak Helena menarik Sushima dan membebaskan Siamak dari cekikan itu. "Siamak tidak mengerti apa yang kau bicarakan!", kata Helena lagi.
"Dia tidak mau mengatakan kebenaran!", kata Sushima beralasan. "Aku tidak mengerti apa yang kau tuduhkan!", kata Helena. "Lalu apa! Ayo katakan apa yang kau bicarakan?!", tanya Sushima serak.
Siamak menjawab, "Aku sedang berbicara tentang Putri Chanda".
"Lalu?", tanya Sushima. Siamak ingat dengan siapa Sushima di tempat panahan, "Aku melihat gadis itu, dia selalu ingin berada di dekatmu. Sedangkan gadis yang kau ajak berburu sering bersama Ashoka!".
"Ya, aku terkesan gadis itu menyukaiku", kata Sushima, "tapi aku juga terkesan dengan gadis yang bernama Padmawati yang mengajakku". Sushima yang membelakanginya sedang terhanyut dalam kesombongannya sambil segera duduk di bangku. Tanpa setahu Sushima, Siamak dan Helena saling mengisyaratkan satu sama lain.
Sushima yang duduk berkata, "Tapi ini bukan tentang para gadis tapi tentang harta benda berharga. Aku tidak bisa duduk dengan tenang dan tidak melakukan apa-apa!".
Helena bertanya, "Lalu apa yang kau inginkan?!".
Sushima menjawab pelan, "Gondana berhasil atau gagal, Kau yang menentukan! Aku hanya meminta setengah bagian dari harta Gondana". Helena kaget dan berpikir, "Dia tidak mengetahui dimana aku telah menyembunyikan harta itu!".
Masih di tempat sebelumnya, Ashoka yang memegang Dakshina minta
dia menyebut siapa Gondana, bahkan dengan menjepit leher Dakshina dengan
sebatang kayu. Namun Dakshina tidak menjawab dan terus berusaha melawan
Ashoka.
"Aku tidak boleh mengampunimu sekarang. Karena jika itu terjadi, maka Gondana akan membunuhku", kata Dakshina disela-sela kesulitannya sambil berusaha melawan dorongan batang kayu yang ditahan oleh Ashoka.
Ashoka terus menjepit lehernya, "Kau tahu bagaimana kekejaman yang harus dilalui oleh rakyat karena ulah Gondana?!"..
"Aku tidak boleh mengampunimu sekarang. Karena jika itu terjadi, maka Gondana akan membunuhku", kata Dakshina disela-sela kesulitannya sambil berusaha melawan dorongan batang kayu yang ditahan oleh Ashoka.
Ashoka terus menjepit lehernya, "Kau tahu bagaimana kekejaman yang harus dilalui oleh rakyat karena ulah Gondana?!"..
Masih di tempat persembunyian Helena, Siamak berkata, "Kau
tidak akan mendapatkan satu sen pun, karena kau sendiri akan mati sesuai janji
Samrat Bindushara yang kau sendiri mendengarnya?". Siamak tersenyum sinis.
Sushima memikirkan itu dan menjadi marah, "Kau dengar apa yang dia katakan?",
Sushima menuding Siamak sambil menoleh kepada Helena. Siamak menjadi kesal dan
mendekati Sushima, namun Helena menenangkan Siamak.
"Siamak! Aku minta kau diam sesekali dan jangan mencoba untuk mengalihkan perhatian Sushima!", kata Helena. Siamak menuruti perintah Helena. "Sushima, aku setuju untuk memberinya bagian. Ini benar, kau bisa memegang janjiku", kata Helena.
"Baik...baik, aku percaya", kata Sushima bersemangat, "Aku percaya Ashoka sudah mati karena tidak ada yang bisa bertahan hidup setelah jatuh dari ketinggian yang curam seperti itu. Tapi aku percaya dia tidak akan mati dengan begitu mudah. Namun bahkan jika dia benar mati, maka dia akan menjatuhkan kalian berdua juga!". Sushima menunjuk hidung Siamak dan Helena dengan kedua tangannya. Siamak dan Helena menjadi tegang.
Ashoka berteriak marah dan memukulkan batang kayu kepada
Dakshina yang bungkam tidak mau menyebutkan identitas Gondana. Ashoka terus
menghajar Dakshina sambil mengingatkan tentang kekejaman yang dilakukannya
bersama Gondana dan anak buah lainnya. Sekali lagi hajaran Ashoka membuat
Dakshina jatuh terduduk dan membungkuk di depan Ashoka. Namun dia tetap bungkam
tanpa mau minta belas kasihan. "Aku harus menghukummu!", kata Ashoka mengayunkan
batang kayu itu tepat diatas kepalanya. Pukulan itu membuat Dakshima berteriak
kesakitan dan jatuh terlentang dengan kepala berdarah. "Aku tidak akan
mengampuni Gondana sekarang!", kata Ashoka marah. Ashoka segera meninggalkan
tempat itu setelah melihat Dakshina tidak bergerak lagi.
Sementara itu di tepi sungai agak jauh dari air terjun, Kaurwaki terbangun dari pingsannya dan bergumam tentang Ashoka.
Ashoka yang datang kembali segera mendekatinya dan memeluk Kaurwaki dipangkuannya. Ashoka berkata, "Aku ada di sini di sekarang. Ini raksha kawacha-mu". Ashoka memperlihatkan benang suci merah-kuning itu. Kaurwaki menatapnya tenang, sementara Ashoka melilitkan benang suci itu di lengan kiri Kaurwaki. Ashoka membelai kening Kaurwaki dan membiarkan Kaurwaki berbaring dengan tumpuan pada kedua pahanya. Ashoka terus memandangi wajah Kaurwaki tampak lelah.
Di istana Magadha, Pattaliputra, dalam ruang
keluarga, semua orang gempar dan berduka setelah mereka tahu kejadian Ashoka
jatuh dari tebing bersama Putri Padmawati (Kaurwaki). Di ruangan itu sudah
berkumpul Bindushara, Charumitra, Khalatak, Sushima, Siamak, Dharma, Witthasoka,
Devi dan Radhagupta.
Bindushara berkata kepada Sushima, "Kau berdoalah kepada Tuhan agar melindungi Ashoka tetap hidup!".
Sushima hanya diam.
"Aku menyatakan jika sampai sore hari ini kita tidak mendapat berita tentang Ashoka masih hidup, maka seiring terbenamnya matahari, Sushima juga akan menutup matanya selamanya!", kata Bindushara di ruangan itu.
Bindushara berkata kepada Sushima, "Kau berdoalah kepada Tuhan agar melindungi Ashoka tetap hidup!".
Sushima hanya diam.
"Aku menyatakan jika sampai sore hari ini kita tidak mendapat berita tentang Ashoka masih hidup, maka seiring terbenamnya matahari, Sushima juga akan menutup matanya selamanya!", kata Bindushara di ruangan itu.
Sushima tegang mendengarnya. Begitu pula Charumitra, Mahamatya, Dharma dan Radhagupta.
Charumitra berkata, "Samrat, ada apa ini? Ini adalah kecelakaan belaka dan Sushima tidak bisa disalahkan ataupun dihukum atas kejadian itu. Bagaimana jika Ashoka sendiri yang sebenarnya ingin mencelakakan anakku melalui kuda milik Sushima?"
Sushima menimpali, "Benar itu ayah, tali pelana kudaku dipotong oleh Ashoka. Dan itu adalah kebenaran Ashoka yang ingin membunuhku!"
Bindushara berkata, "Aku tidak membutuhkan logika, aku hanya ingin anakku hidup".
"Dan Anda, Acharya Radhagupta! Aku minta Anda untuk mengerahkan seluruh kemampuan mata-mata Anda untuk mencari tahu tentang keberadaan Ashoka", kata Bindushara kepada Radhagupta. Acharya mengangguk mematuhi dan segera pergi meninggalkan ruangan itu.
Dharma berkata, "Samrat, aku mohon Anda agar bersabar dulu. Karena hatiku mengatakan bahwa tidak akan terjadi apapun kepada Ashoka. Tuhan tidak sekejam itu untuk menghancurkan keluarga kita lagi. Aku sebagai ibunya merasakan itu".
Bindushara berkata, "Aku tidak hanya mengkhawatirkan Ashoka, Rani Dharma, tapi juga Putri Padmawati yang bersamanya. Jika terjadi sesuatu pada Padmawati, maka itu akan menjadi buruk bagi kita".
Devi spontan berkata, "Rajkumari Kau..", Devi terkejut melihat Bindushara dan Dharma langsung menatpanya. Devi langsung meralat ucapannya dengan berkata pelan, "Rajkumari Padmawati tidak bisa mati karena ini adalah saat yang telah ia nantikan sepanjang hidupnya, dia tidak bisa mati sebelum mendapatkan kesempatan untuk menyadari itu!".
Sushima bertanya, "Menyadari apa? Apa yang kau bicarakan?".
Devi terkejut dan bengong oleh ucapan Sushima yang menatapnya. Demikian juga Bindushara dan Dharma menatap Devi, membuat dia tidak dapat berkata-kata. Witthasoka melihat Devi yang hanya diam, menggunakan kecerdasannya membantu Devi dengan berkata, "Seperti gadis manapun, Padmawati juga ingin menikah dengan Ashoka".
Devi merasa lega atas bantuan Witthasoka.
"Samrat!", berkata seorang prajurit yang menjaga pintu datang menghadap. Perhatian semua hadirin melihat prajurit itu.
"Nirankush ada di sini dan minta diijinkan bertemu dengan Anda", kata prajurit itu lagi.
"Baik, aku ijinkan. Aku akan menemuinya di ruang sidang sebagai raja Magadha", kata Bindushara. Prajurit itupun segera permisi. Sushima, Mahamatya, Siamak menjadi terkejut dengan warta kedatangan Nirankush, penguasa Ujjain. Dharma dan Devi pun ikut tersita perhatiannya.
Sushima membatin, "Bila Nirankush mengaku kepada ayah tentang tuduhan Ashoka, apa yang harus aku lakukan? Apa yang akan terjadi jika Ashoka tidak pulang hingga sore hari ini?".
Di tempatnya Siamak juga bertanya-tanya, "Nirankush tidak tahu Gondana itu adalah nenek Helena. Tapi apa yang akan terjadi ketika Sushima secara tidak sengaja membocorkan bahwa Gondana adalah nenek kepada Bindushara? Kita semua akan dalam kesulitan!".
Di ruang sidang istana Magadha, Pattaliputra, Nirankush beserta
beberapa anak buahnya menghadap Samrat Bindushara di singgasana. Hampir semua
kerabat istana melihat Nirankush dengan tegang. Nirankush melihat Sushima
menggelengkan kepala secara tersamar, dia melihat Mahamatya, Charumitra
melihatnya tegang. Demikian juga Nirankush melihat Dharma menatapnya dengan
tajam. Nirankush teringat kembali saat mencari Ashoka atas perintah Sushima di
rumah Dhaniram di Awantipuram, Ujjain. "Apakah Chanda adalah Ashoka?", demikian
teriakan Nirankush saat itu seperti terngiang kembali. Nirankush juga melihat
pangeran Witthasoka menatapnya yang tak kalah tajam.
Nirankush berkata, "Aku telah berusaha datang secepat mungkin, Samrat. Namun aku sudah merencanakan melakukan perjalanan ke beberapa tempat pemujaan demi kesejahteraan Samrat Bindushara dan keluarga istana".
"Aku juga telah membawakan hadiah untuk para ratu dan putri", kata Nirankush yang segera memberi isyarat kepada anak buahnya dan segera melangkah mendekat.
Bindushara berkata tegas, "Kau cukup di situ! Kau jangan bertele-tele. Bicaralah dengan berani dan jelas tentang masalah yang kau hadapi. Hadiahnya bisa diantar ke tempat masing-masing!".
Nirankush pun berhenti lalu menyembah dan meminta anak buahnya menyerahkan hadiahnya kepada orang yang terkait.
Dari singgasana, Bindushara berkata, "Aku jelaskan alasanmu dipanggil menghadap dalam ruang sidang istana ini. Kau telah dituduh melakukan berbagai pelanggaran, penyalahgunaan kekuasaan, perdagangan wanita, dan penyalahgunaan harta kerajaan".
Nirankush dimulai berdebar dengan ucapan Samrat. Dia melirik Sushima yang dilihatnya menggeleng secara samar dan juga Siamak yang tegang. Dia berpikir bahwa Sushima dan Siamak memberi isyarat aku tidak boleh jujur tetapi mencari cara untuk melawan tuduhan Ashoka.
Nirankush menjawab, "Samrat, itu hanyalah ulah orang-orang yang cemburu kepadaku, mungkin dilakukan oleh para musuh dan tuduhan itu adalah rumor yang tak berdasar yang tersebar di sekitar kerajaan".
Dharma heran dan menggelengkan kepala mendengar bantahan Nirankush, dia melirik Bindushara yang menatap tajam ke arah Nirankush.
Bindushara berkata, "Tuduhan telah dibuat oleh Rajkumar Ashoka sendiri ketika dia pekan lalu datang di Pattaliputra, ia melihat sendiri kau melakukan kejahatan itu".
Nirankush berkilah, "Samrat, Rajkumar Ashoka pasti telah salah lihat. Aku sedang pergi mengunjungi kuil dalam beberapa hari itu. Ashoka pasti salah telah menuduhku".
Bindushara berkata, "Benar atau tidaknya alasanmu akan dinyatakan hanya dihadapan Ashoka dan itu diputuskan sampai Ashoka kembali".
"Baik, Samrat", kata Nirankush merasa lega, demikian juga Sushima, Siamak dan Mahamatya merasa lega dari himpitan beban. Nirankush segera berbalik akan pergi dari ruang sidang, namun langkahnya terhenti karena melihat dua orang yang datang. Mereka adalah Ashoka dan putri Kaurwaki yang segera melangkah pelan memasuki ruang sidang. Semua orang terkejut dan tertegun saat mereka melihat Ashoka datang bersama Kaurwaki. Dharma dan Bindushara merasa lega, sementara Charumitra, Sushima, Mahamatya dan Siamak terperanjat. Nirankush menjadi tegang melihat Ashoka yang melangkah sambil menatapnya tajam.
Witthasoka yang melihat kakaknya, lari bergegas untuk memeluk dan mengungkapkan kebahagiaan karena kakaknya masih hidup.
Dharma juga bergegas ke arah Ashoka, Ashoka langsung membungkuk menyentuh kakinya dan Dharma segera memeluknya. Dharma menyentuh pipi Kaurwaki dan berkata, "Aku lega melihat kalian berdua baik-baik saja". Dharma dan Witthasoka lalu kembali ke tempatnya. Kaurwaki menyongsong Devi yang datang ke ruangan itu dan segera memeluknya erat.
Di tempat masing-masing, Siamak dan Sushima hanya diam membisu tidak dapat berkata-kata.
Bindushara berkata, "Aku merasa lega karena Kau telah kembali Rajkumari Padmawati. Bagaimana keadaanmu? Apakah Kau baik saja? Ashoka pasti merawatmu, bukan?".
Kaurwaki dan Ashoka saling menatap, setelah itu Kaurwaki menunduk.
Kilas balik ditampilkan, saat Kaurwaki yang membungkuk panik dan hampir pingsan diatas kuda Sushima yang berlari liar dan cepat, saat mereka berdua jatuh dari sisi tebing yang curam dan air terjun menuju sungai yang deras hingga di tempat terakhir mereka di tepi sungai. Kaurwaki bangun dalam pangkuan Ashoka dan berpegangan tangan pada saat itu. Kaurwaki melihat Ashoka yang masih tertidur. Ia tersenyum, Kaurwaki lalu bergerak untuk duduk hingga Ashoka pun terbangun. Kaurwaki bertanya dengan ragu, "Mengapa kau mempertaruhkan nyawamu demi hidupku?".
Ashoka menatap Kaurwaki sambil berpikir, "Kau adalah milikku, Kaurwaki dan aku harus melakukannya".
Ashoka tidak langsung menjawab, dia lalu berdiri dan berkata, "Ini adalah satu-satunya pilihan untuk menyelamatkanmu".
Dengan tampang dingin, Ashoka mengulurkan tangannya, tetapi Kaurwaki tak menyambut uluran tangan itu. Dia merasa kesal dengan jawaban Ashoka, lalu memilih berdiri sendiri dan pergi dari tempat itu. Ashoka hanya diam menatap kepergiannya, kilas balik berakhir.
Di depan sidang, Kaurwaki berkata kepada Bindushara, "Benar Samrat, Rajkumar Ashoka telah merawatku dengan baik. Itu pasti akan dilakukan kepada siapa pun yang berada dalam kesulitan". Dharma dan Devi tersenyum mendengar ucapan Kaurwaki.
Nirankush membalikkan badan bermaksud pergi, tapi Ashoka menghalangi dan bertanya, "Mengapa terburu-buru, Nirankush? Bahkan pertemuan di ruang sidang ini belum dimulai".
Ashoka menatap Nirankush dan meminta dia diam di tempatnya. Empat sekawan: Charumitra, Mahamatya, Sushima dan Siamak serentak menjadi tegang. Demikian juga Rani Dharma ditempatnya.
CUPLIKAN: Ashoka berkata kepada Nirankush, "Aku minta kau
menceritakan semua yang kau tahu tentang Gondana karena itu akan menguntungkan
dirimu. Hari ini ataupun besok, aku akhirnya akan mencapai Gondana!". Siamak
berkata dengan amarah di depan Helena, "Aku tidak akan membiarkan pengorbanan
ayahku jadi sia-sia. Aku akan membalaskan kematiannya dengan membunuh Ashoka.
Aku tidak akan mengampuni atau membiarkan orang-orang itu hidup!". Helena
menyeringai culas.