Sinopsis Ashoka Samrat episode 335 by Kusuma Rasmana

Sinopsis Ashoka Samrat episode 335 by Kusuma Rasmana. Di dalam bangunan istana Ujjaini, raja penguasa Ujjain sedang duduk di singgasananya. Dia sedang didampingi oleh beberapa bawahan dan prajurit pengawal yang berdiri agak jauh didepannya. Beberapa prajurit menyeka hidungnya karena tidak tahan bau tak sedap di dalam ruangan itu. Salah seorang prajurit kesal dan mengeluhkan bau itu melalui prilaku kegelisahannya namun tidak berani berkata apa-apa.

Satu prajurit lainnya memberitahunya bahwa penguasa yang bernama Nirankush yang sedang makan itu memang takut dengan air. "Dia tidak pernah mandi seumur hidupnya", bisik prajurit itu. Prajurit yang mengeluh itu pun kaget. Seperti yang lainnya, kedua prajurit yang sedang ngobrol dalam bisikan itu menutupi hidung mereka. Sedangkan penguasanya di singgasananya masih asik bersantap seakan tak peduli.


Seorang pria, bawahan Nirankush, bertanya kepada para prajurit bahwa penguasa sedang mencari seorang pria yang terlihat disini tapi sebenarnya dan terlihat tidak berasal dari tempat ini. Salah seorang prajurit menjawab dalam gumanan menyebut nama Nirankush, mungkin bermaksud bergurau karena gangguan bau itu.

Namun sejenak keheningan ruangan itu pecah oleh teriakan Nirankush, sang penguasa. Dia melompat naik diatas singgasana karena takut dan panik melihat air yang dibawa oleh seorang pelayan. Akhirnya pelayan itu pun pergi sambil membawa air dalam wadahnya. Nirankush lalu turun dan berkata marah, "Aku benci dua hal, air dan orang yang mengatakan "tidak" kepadaku. Jika kalian tidak mengatakan yang sebenarnya maka aku akan menghukum kalian semua. Dan Aku akan memberikan hadiah kepada orang yang bisa menemukan Ashoka untukku!"

Nanda dan Kalia, dua mandor pekerja galian batu di bukit, datang menghadap penguasa. Kalia bahkan melangkah tertatih-tatih karena menahan sakit di kaki dan badannya. Mereka berdua memohon bantuan atas kesulitan yang mereka hadapi di bukit penggalian batu. Asisten Nirankush tampak tidak percaya, namun Nanda akhirnya menceritakan rentetan masalah dari awal mulai dari jembatan gantung yang terputus, Chanda yang mendukung para pemuda melawan penguasa, seorang lelaki jagoan yang membantu Chanda dan memanggil dia sebagai swami (tuan/majikan), hingga kejadian terakhir Chanda membuat babak belur Kalia dan prajurit mereka. Nirankush dan bawahannya serta prajurit semua menyimak penuturan Nanda.

Pria asisten Nirankush berkata, "Kalau ceritamu benar, Aku merasa Chanda adalah orang yang kita cari. Orang seberani ini hanyalah Ashoka!". Nanda dan Kalia terkejut dengan simpulan Pembantu Nirankush sedangkan Nirahkush senang mendengarnya.

Nirankush turun dari singgasananya dan mendekat ke arah pembantunya dan kedua orang tamunya. Pembantunya, Nanda dan Kalia mau tidak mau harus menutup hidungnya karena bau menyengat. Nirankush berkata, "Aku akan membuat Sushima senang. Ayo! Cari Chanda itu dan bawa dia ke sini! Aku memberi kalian semua kesempatan untuk menyelamatkan diri dari hukumanku".

Entah karena tidak tahan bau atau apa, Nanda dan Kalia ingin cepat-cepat pergi dari ruangan itu. Namun pembantu Nirankush menawarkan diri untuk pergi bersama Nanda dan Kalia. "Aku akan melihat apakah ini adalah orang yang sama yang kita cari. Bila benar, maka Sushima harus diberitahu kabar ini!", kata pembantu Nirankush. Nirankush mengijinkan dengan perasaan senang.

Pembantu Nirankush lalu pergi bersama Nanda dan Kalia mencari orang yang bernama Chanda.
Di Awantipuram, Devi setengah berlari memasuki halaman rumahnya. Dia disambut oleh Dharma dan Witashoka yang datang menyongsong. Dengan terengah-engah, Devi bercerita kepada Dharma semua yang Chanda lakukan di bukit penggalian batu.

Witashoka yang mendengarnya merasa bangga dengan kakaknya. "Aku sudah bilang Bu, kakakku adalah seorang pemberani! Dia tidak akan pernah menghina Dewa", kata Witashoka gembira.
Devi masih terus bersemangat bercerita bagaimana Ashoka membela para pekerja dan mengalahkan Kalia dan orang-orangnya. Witashoka tertawa mendengar penjelasan Devi, mungkin membayangkan bagaimana kakaknya membuat Kalia dan orang-orangnya babak belur.

Devi berkata, "Orang-orang yang bahkan tidak siap untuk bersabar menghadapi dia sampai kemarin, sekarang sungguh bahagia berada di dekatnya! Chanda telah menjauhkan kebiadaban di Ujjaini dan membuat tempat ini menjadi tempat suci. Setiap orang berdoa di sana. Aku juga akan pergi dan bergabung dengan mereka". Devi segera bergegas bermaksud naik ke dalam rumahnya.

Dharma yang malah khawatir dengan berita itu mengeluh kepada Devi bahwa tindakan itu akan mendatangkan perhatian dan masalah. Karena Chanda telah melukai beberapa orang tanpa belas kasihan.

Devi membantah kekhawatiran itu, "Anda harus bangga padanya".
"Bangga? Apa yang bisa dibanggakan?", kata Seth Dhaniram yang baru masuk pekarangan rumah. "Mereka adalah orang-orang raja penguasa, Nirankush pasti tidak akan tinggal diam", katanya.
Dharma terkejut dengan kata-kata Dhaniram.

Devi mendukung tindakan Chanda, "Chanda memang pantas menghukum orang-orang itu".  Seth Dhaniram berkata dengan perasaan takut kepada orang-orang Nirankush, dia menyalahkan Chanda atas peristiwa itu. "Putramu telah mendatangkan masalah bagi kita!", keluh Dhaniram. Witashoka marah mendengar keluhan Dhaniram, Dharma meminta Witashoka diam. Tapi Dhaniram malah lebih marah karena adik Chanda membela kakaknya. "Aku mengutuk saat mengijin kalian semua menjadi penyewaku. Aku bahkan tidak mendapatkan uang sewaku sampai saat ini!", kata Dhaniram marah dan mengeluh.

Devi turun dari lantai atas membawa dua nampan pemujaan. Dia mendekati Dharma dan berkata pelan, "Ketakutan adalah hal baru bagi ayah. Ia panik setiap menghadapi hal kecil. Mari kita pergi dan berdoa di tempat itu". Dharma menerima satu nampan itu dengan perasaan ragu.

Saat itulah mereka mendengar suara sorakan orang-orang dari jalan yang merupakan para pekerja galian batu. Mereka mengelu-elukan nama Chanda yang dibopong beramai-ramai oleh beberapa orang, sementara yang lainnya terus bersorak. Devi dan Witashoka gembira mendengar sorakan itu, keduanya langsung keluar menuju jalanan kota. Melihat Witashoka menyongsongnya, Ashoka turun dari bopongan orang-orang dan sekarang Ashoka yang mengangkat Witashoka di pundaknya. Mereka semua pun bersorak bersama-sama lagi."Hidup Kakak Chanda!", seru Witashoka, seruan itu disambut dengan sorakan dari para pekerja itu. Ashoka dan para pekerja yang bersorak serentak diam melihat Dharma disana dengan nampan puja. Wajah Dharma menampakkan rasa kesal dan tidak suka atas yang dilakukan Ashoka.

Ashoka bertanya pada adiknya, "Apa arti akan dilakukan terhadap Dewa Ganesha hari ini? Bagaimanapun, kami juga layak mendapatkannya karena ini adalah perbuatan baik!"

PREV  1  2
Bagikan :
Back To Top