Sinopsis Ashoka Samrat episode 330 bag 2

Sinopsis Ashoka Samrat episode 330 bag 2 by Kusuma Rasmana.  Dhaniram lalu duduk dibangku yang ada di halaman itu sambil menggerutu ,"Aku tidak akan bersikap lunak sekarang! Aku akan mengambil uang sewa setiap hari sekarang". Dia menggerutu sambil masih menahan sakit dikeningnya. Namun raut mukanya berubah ketika melihat ibu dan anak itu keluar dari rumah besar itu. Dhaniram tampak terpesona karena wajah cantik wanita penyewa yang bernama Dharma itu keluar dari kamarnya sambil membawa nampan berisi minuman dan makanan kecil. Dharma mengucapkan salam dan berbasa-basi dengan Dhaniram yang merupakan pemilik rumah yang disewanya. Dhaniram menerima suguhan yang dibawa Dharma itu dengan senyum sumringah, membuat anak kecil putra Dharma heran dengan perubahan roman mukanya yang tadinya tampak marah. Dharma yang mengerti keperluan Dhaniran mengatakan ingin minta waktu untuk pembayaran uang sewa. "Aku akan membayar iuran tepat waktu", kata Dharma meyakinkan Dhaniram.

Dhaniram menjawab, "Tidak apa-apa, Aku bisa meberi pinjaman kepada orang baik sepertimu", Dhaniram menikmati suguhan di nampan


Dharma kembali berjanji, "Aku akan mengirimkan uang sewa begitu Chanda pulang dari bekerja"
"Chanda?!" tanya Dhaniram terkejut hingga menjatuhkan nampan ditangannya. Dia kaget mendengar nama Chanda disebut oleh wanita cantik yang menyewa rumahnya itu.

Sementara itu, Ashoka sedang berada di sebuah pasar ketika dia merasa seperti ada seseorang yang sedang mengikutinya. Beberapa kali ia melihat ke belakang dan menoleh ke sana kemari, tapi dia tidak melihat siapapun yang pantas dicurigai. Perasaan Ashoka memang peka, karena tidak jauh dari tempat itu ada sesorang berpakaian putih dan memakai tongkat sedang mengawasinya. Dari penampilannya, orang itu bukan orang sembarangan.

Di keramaian pasar, Ashoka sengaja mendekati seorang wanita istri bekerja yang pernah ditolongnya di jembatan tebing beberapa waktu sebelumnya. Wanita itu kaget karena tidak menyangka pria gempal yang dikenali sebagai Chanda telah berdiri didepannya.

"Ini, ambil kembali!" kata Ashoka memberikan kantong berisi koin emas yang dipegangnya. Wanita itu kaget, " tapi itu milikmu, kau pantas menerimanya".

"Aku tidak ingin sedekah. Kau memperkirakan hargaku hanya dengan ini? Simpan uang itu untukmu. Ini adalah hutang budiku kepadamu. Aku akan datang mengambilnya suatu hari nanti", kata Ashoka menjatuhkan uang itu di depan wanita itu. Dia lalu melangkah pergi dari tempat itu, wanita itu hanya bengong dan melirik kepergian Chanda. "Dia mencoba menyembunyikan kebaikan di dalam dirinya semaunya, tapi sebenarnya dia orang yang baik hati", guman wanita itu. Sementara kembali sosok yang berpakaian putih melihat kejadian itu dari tempat tersembunyi.

Sementara itu di rumah yang disewa oleh Dharma, Dhaniram panik mendengar nama Chanda yang disebut Dharma sebagai anaknya.

"Jangan katakan sesuatu tentang Chanda", kata Dhaniram seperti ketakutan dengan nama itu. Dharma merasa heran dengan tingkah polah Dhaniram yang tiba-tiba panik.

Putra bungsu Dharma yang ikut disitu malah berkata akan menceritakan semua kepada kakaknya bila sudah datang. Dhaniram bertambah panik, "Jangan katakan apapun padanya!", kata Dhaniram sambil berlalu dan dia akhirnya berlari keluar dari pekarangan rumah itu.

Putra bungsu Dharma tertawa melihat Dhaniram yang lari ketakutan, sementara Dharma malah terlihat heran dan tegang.

Masih di pasar yang sama, sekelompok pemuda berjalan di jalan pasar sambil bersorak mengepalkan tangan mereka menentang raja atau penguasa setempat. Sekelompok pemuda tersebut diam dan saling pandang saat melihat Ashoka / Chanda berdiri menghadang langkah mereka. Namun Ashoka malah mendekat ke kerumunan kelompok itu dan ikut juga bergabung bersama mereka. Ashoka berbicara dan juga berseru menentang kebijakan penguasa. Kelompok pemuda itu pun merasa senang dan mereka ikut bersorak menirukan seruan Ashoka.

Salah seorang pemuda pergi mencabut tiang bendera kerajaaan setempat yang tidak jauh dari tempat mereka. Pemuda itu bermaksud membakar bendera kerajaan dengan obor sebagi bentuk penentangan kepada penguasa. "Aku akan membakar bendera ini dengan api!", kata pemuda itu.

Namun Ashoka yang tidak senang melihat itu segera menghentikannya. "Hentikan!", kata Ashoka menudingkan telunjuknya. Dia mendekat dan menendang pemuda itu hingga roboh dan bendera beserta tiangnya yang dipegang pemuda itu terpelanting ke udara. Ashoka menangkap tiang bendera yang jatuh ke bumi. Dia marah dan menahan pemuda itu dengan kakinya sehingga tetap terbaring ditanah. Pemuda itu heran dan mempertanyakan tindakan Ashoka, namun Ashoka menjawab tangkas.
"Kau menghina bendera Rajya (kerajaan/negara) kita! Ada perbedaan antara raja dan rajya". Ashoka pun mulai berbicara didepan para pemuda itu.

"Kita harus menghormati rajya bahkan jika kita tidak menghormati sang raja. Raja adalah pelayan dari rajya yang mendapatkan hak istimewa untuk melayani para warga rajya. Raja bisa jadi datang dan pergi silih berganti, tapi rajya akan tetap ada. Jika kita tidak menghormati rajya maka kita akan berakhir menjadi musuh terbesar rajya kita. Ketika kita sendiri tidak menghormati rajya, menghargai ibu pertiwi, maka raja juga tidak akan menghormatinya. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi dalam rajya-ku! Jika ada seorang atau sekelompok orang mencoba berani melawan rajya-ku, aku tidak akan mengampuni mereka!". Ashoka menuding pemuda yang bermaksud membakar bendera tadi, membuat pemuda tadi terkejut dan ketakutan sambil memegang lehernya. Ashoka melangkah menuju tempat tiang bendera dan menempatkan tiang bendera itu sebagaimana mestinya. Matanya tajam menatap bendera merah yang mulai berkibar. Dibelakangnya beberapa pemuda takjub dengan kata-kata dan aksi yang dilakukan Ashoka barusan.


CUPLIKAN : Ashoka meminta ibunya untuk mengijinkan dia kembali ke Pattaliputra, namun Dharma menolaknya. "Ibu bahkan tidak membiarkanku menyebut nama dari Pattaliputra lagi", katanya kesal dan lalu meminta adiknya untuk membuat ibunya mengerti. Sementara itu di Pattaliputra, Sushima berkata, "Dunia ini memerlukan seorang penjahat dan bukan seorang Nayaka (pemimpin)! Aku adalah penjahat itu!". Charumitra hanya tersenyum mendengar ujaran Sushima.

PREV  1  2  NEXT
Bagikan :
Back To Top